Day-1
Kafka memulai misinya untuk mendapatkan hati Adelin kembali di hari senin ini, dia rasa untuk kembali memenangkan hati Adelin tak terlalu sulit mengingat seberapa suka cewek itu padanya.
Untuk hari pertama ini Kafka mulai dengan menjemput Adelin di rumahnya untuk berangkat sekolah bersama.
"Aku pamit dulu,"
Setelah berpamitan pada Mama, dia segera menyalakan mesin motornya dan langsung tancap gas. Senyumnya mengembang, orang rumah sampai keheranan melihat perubahan Kafka hari ini dan Donny bahkan bertanya-tanya.
Masih dengan senyuman mengembang Kafka memberhentikan motornya di depan pagar rumah kediaman Adevaro atau rumah Adelin. Memarkirkan motornya dan segera memencet bel di samping pagar rumah, percobaan pertama masih belum ada tanda-tanda manusia yang akan membukakan pintu, tak menyerah ia melakukan percobaan kedua.
Ada sahutan dari dalam rumah, "BENTAR MAS!"
Kafka menyerengit heran mas? Maksudnya dia di kira tukang paket, gitu?
Bukannya menemukan Adelin Kafka malah mendapati BangSat yang membukakan pintu, pemuda itu hanya mengenakan bokser dengan bertelanjang dada.
"Lah, kembaran ternyata! Gue kira tukang paket," kata BangSat sambil nyengir dan segera membukakan gerbang.
Kafka tersenyum kecil, "Delin ada?"
"Delin? Oh.. Adek gue, si Adelin hari ini nggak di rumah dia nginap di rumahnya Sesil," jelas Satria sambil tertawa kecil karena melupakan Adiknya sejenak.
Kafka diam, ada ya Abang yang lupa Adeknya sendiri? Bisa dia simpulkan sifat pecicilan Adelin menurun dari Abangnya ini.
"Btw rumah Sesil di mana ya Bang?" tanyanya sopan.
"Lo lurus aja terus rumah ke lima warna putih gading itu rumahnya,"
"Thanks Bang, gue duluan ya!"
Setelah berpamitan Kafka segera mencap gas menuju rumah Sesil, dia tak boleh mundur begitu saja.
Sesuai instruksi Satria, Kafka sampai ia menatap rumah di hadapannya dan memantapkan hati kemudian turun dari motor.
Untuk kali ini dia hanya perlu memencet bel sekali dan salah satu penghuni rumah keluar.
"Widihh, cowoknya Sesil Bang? Bentar orangnya gue panggil dulu,"
Belum mengatakan atau membantah tuduhan tadi, cowok dengan seragam SMP tadi sudah berlari masuk ke dalam rumah yang Kafka yakin adalah Adik dari Sesil.
Kafka duduk di atas motornya, dan beberapa menit kemudian muncul Sesil yang membuatnya segera berdiri.
Sesil berdecak sebal, "Katanya Nino, kok yang muncul lo? Cowok gue mana?"
Kafka mengeleng, "Adek lo sok tau,"
Sesil mendengus, "Tuh bocah satu kebiasaan banget,"
Tak mau berlama-lama Kafka langsung ke intinya, "Adelin mana?"
Sesil menjawab sambil memakai sepatunya, "Lo telat, dia baru aja berangkat sama Leon,"
Mendengar nama Leon di sebut sukses membuat mood Kafka buruk, cowok itu menusuk pipi bagian dalamnya dengan lidah.
"Balikan?"
Sesil mendongak, "Siapa? Gue sama Nino? Sok tau bangettt, gue sama dia putus aja nggak pernah!"
Kafka berdecak, Kenapa hanya Adelin yang memahami perkataan singkatnya.
"Bukan lo," jelasnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Bubu! (END)
Teen FictionKamu sama Matematika itu sama-sama nyusahin, kalo Matematika susah di pelajari kalo kamu susah di miliki," Adelin Aluna. Highest rank: •3 in Komedi romantis (17-05-2021) •3 in Kemesraan (22-08-2021) •1 in Acak (14-10-2021) •2 in Fiksi remaja (14-10...