41. ✓

11.6K 1.1K 27
                                    

Setelah mengantarkan Adelin pulang sampai ke rumah dengan selamat, Naufal tak langsung pulang kerumahnya melainkan langsung menuju rumah Adrian karena dia akan menginap malam ini.

Ini bukan kali pertama dia menginap, tapi kali ini Kafka ikutan menginap dengan Donny yang juga tak mau kalah memilih untuk join jadilah semuanya akan nginap di rumah Adrian.

Memarkirkan motornya, dan seperti biasanya tanpa salam dia langsung menyelonong masuk, kebetulan orang tua Adrian ada perjalanan bisnis di luar kota jadi cowok itu hanya sendiri di rumah.

"Cie.. yang abis nge-date,"

Baru saja memasuki kamar Adrian, Naufal langsung di sambut dengan ledekan oleh Donny.

Naufal tersenyum kecil dan berjalan menghampiri Kafka, lalu ikut berbaring di samping cowok itu.

"Gimana sama Jesica?"

Kafka menoleh sekilas, dan mengeleng pelan tak mau menjawab.

Siang ini memang Kafka menemani Jesica jalan-jalan sekalian menemani cewek itu membelikan hadiah untuk sepupunya juga.

"Hari ini Adelin cantik banget bangsat, nggak ngerti lagi gue. Kenapa ada cewek selucu dan secantik itu secara bersamaan dia nyadar nggak sih kalo setiap perlakuan dia ke gue bikin baper?" tanpa diminta Naufal mulai menceritakan kejadian tadi.

Namun tertunda karena pintu kamar di buka dari luar, muncul Adrian dengan semangkuk mie.

"Bahas apaan?" tanyanya kepo, dan mendekat pada Donny yang duduk di sofa.

"Adelin," kata Donny singkat.

Adrian mangut-mangut, "Lanjut deh!"

Dan Naufal menurut.

Cowok itu dengan penuh semangat dan senyum yang tak luntur dari wajahnya mulai menceritakan kejadian tadi, tentang banyak hal yang dia lakukan dengan Adelin hari ini, tentang betapa cantiknya cewek itu saat fokus memilih hadiah, tentang lucunya Adelin saat dibelikan ice cream.

"Kafka asli gue benar-benar nanya, lo suka Adelin apa nggak? Niatnya besok gue mau jujur tentang perasaan gue ke dia,"

Semuanya langsung menatap ke arah Naufal yang baru saja berucap.

"Hubungan sama gue apa?" Kafka bertanya.

"Y-ya siapa tau Adelin terima gue besok. Kan nggak lucu kita musuhan gara-gara suka cewek yang sama," jelas cowok itu sambil mengaruk tengkuknya salah tingkah.

"Idih, gaya lo. Kaya yakin banget bakalan di terima," ledek Adrian di tempatnya.

Kafka diam, melirik room chat-nya dengan Jesica dan kembali menatap Naufal yang terlihat menunggu jawabannya, "Gue nggak yakin,"

"Jawaban lo nggak memuaskan," decak Donny bahkan memukul kencang mangkuk mie milik Adrian, karena kesal.

"Guys!"

Adrian berseru, membuat yang lain jadi memusatkan perhatian padanya.

"Sebelum itu gue tanya sama Kafka dulu, lo nggak masalahkan kalo Naufal nembak Adelin?"

Kafka diam, dan kemudian mengeleng. Agak ragu.

Adrian mangut-mangut, dan beralih menatap Naufal, "Oke, selanjutnya buat Naufal. Kata gue lo mending buru-buru ungkapin perasaan lo, saingan lo banyak,

"Jadi bingung sendiri gue si Adelin pake susuk apa gimana, kenapa banyak yang naksir dia," sambungnya heran sendiri.

Satu buah bantal mendarat tepat di wajah tampan cowok itu, "Jaga omongan lo,"

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang