22. ✓

11.7K 1.3K 7
                                    


Ada yang berbeda dari Adelin hari ini, itu yang bisa Nanad simpulkan.

Jam istirahat pertama berbunyi beberapa menit lalu, tapi Adelin tak beranjak dari kursinya sama sekali, cewek itu hanya menempelkan pipinya di meja sambil bermain ponsel tak berniat keluar kelas sama sekali.

"Temen lo aneh nggak sih hari ini?" bisik Nanad pada Sesil.

Dua orang itu sejak tadi hanya duduk diam sambil menatap aneh juga khawatir pada Adelin.

"Iya, kerasukan kali," balas Sesil ikut berbisik.

Nanad mendelik, "Ya kali, lo kalo ngomong suka sembarangan banget,"

Sesil cemberut, "Siapa tau kan?!"

Nanad melongos malas, kembali menatap Adelin yang tak mengubah posisinya sama sekali sejak jam istirahat tadi.

"Kayaknya dia sakit deh Sil,"

"Ya mana gue tau, langsung nanya aja lah dari pada nebak-nebak gini," putus Sesil dan beranjak dari kursinya menghampiri Adelin.

Nanad mengikuti di belakang.

Sesil menarik kursi kosong samping Adelin.

"Lo sakit beb?" tanyanya langsung.

Adelin menoleh, mengeleng pelan dan kembali berkutat dengan ponselnya.

"Del ihh jangan diam gini dong, aneh tau nggak,"

Nanad memukul lengan Sesil cukup keras, cewek itu kalo ngomong nggak pernah di filter.

"Sakit anjir Nadya!" kesalnya.

Nanad kembali menoleh pada Adelin, mengintip apa yang sedang Adelin lakukan di ponselnya. Ternyata cewek itu hanya geser-geser galeri, hanya saja isi fotonya adalah foto candid Kafka semua.

"Kalo kangen si Kafka, samperin!" celetuknya.

Adelin menoleh dengan tak bersemangat, "Gue mau nyerah aja,"

Sesil tersedak air minumnya, menoleh cepat pada Adelin dengan tatapan kaget yang kentara, "Seriusan lo?!"

Adelin mengangguk lesu, "Kalo di pikirin lagi, gue sama dia nggak cocok banget,"

Sesil mengangguk membenarkan, "Iya sih, Kafka pintar, lo nggak!"

Nanad memukul bahu Sesil kali ini lebih kencang, melotot saat cewek itu mendelik tak terima kearahnya.

"Jangan dengerin dia Del, lo cocok kok sama Kafka. Dia ganteng lo cantik," katanya segera.

Adelin mengeleng, "Yang di bilang Sesil tuh benar, gue nggak cocok dapetin dia,"

"Del, aduh maksud gue bukan gitu elah! Kalian tuh saling melengkapi, lo yang nggak pintar di ajarin Kafka yang pintar pake banget, terus Kafka yang kalem gitu dapat lo yang meledak-ledak cocok bangettt," cerocos Sesil panjang lebar, merasa bersalah melihat sahabatnya ini tak seperti biasanya.

"Nah iya, kalian tuh cocok. Ayo dong semangat, masa seorang Adelin Aluna yang punya mantan hampir sekelurahan nyerah gitu aja," sambung Nanad menyemangati.

"Malu dong sama motto diri lo 'i wanna, i get it' belum dapatin Kafka kok udah mau nyerah," sambar Sesil ikut menyemangati.

Adelin menatap kedua sahabatnya berganti, " Gitu ya?"

...

"Kaya ada yang beda nggak sih hari ini,"

Adrian yang sedang mengunyah nugget ayam mengangguk pelan, menyetujui perkataan Naufal.

Kafka mendongak dari buku bacaannya, "Biasa aja!"

Naufal melompat turun dari atas pohon, dan segera mengambil duduk di samping Adrian tak lupa mencomot satu nugget cowok itu.

"Nugget gue anjirr!" omel Adrian, karena itu nugget terakhirnya.

"Satu doang elah, pelit lo!" protes Naufal sambil mengunyah.

Tiga sekawan ini sedang duduk di depan kelas mereka, dengan Naufal yang duduk di atas pohon mangga tapi sudah turun.

"Lo ngomong apa ke Adelin, sampe tuh cewek nggak nongol hari ini?"

Kafka mendongak, menatap heran pada Naufal yang bertanya, "Kenapa lo peduli?"

"Si anjirrr, jelas lah secara Adelin tuh selalu ngapelin lo setiap jam istirahat pertama nggak pernah absen dan tiba-tiba hari ini nggak datang, kan aneh!" heboh Adrian di tempat duduknya.

Naufal mengangguk menyetujui, "Gue kira hubungan lo berdua ada kemajuan, secara lo repost insta story dia,"

Kafka jadi terdiam, Adelin sering bahkan setiap hari tanpa absen datang menemuinya kadang sambil bawa makanan atau cuman datang bawa diri pokoknya cewek itu selalu datang. Dan hari ini tiba-tiba saja cewek itu tak datang bahkan jam istirahat akan selesai sebentar lagi.

"Lo tanyain dong, dia datang apa nggak. Kalo mau datang gue titip nugget ayam lagi," pinta Adrian.

Kafka menggeleng, "Lo aja yang chat!"

Adrian mengangguk setuju, dan segera mengeluarkan ponselnya.

Adrian: Woy dmna? Di cariin Kafka nih

Adelin: Bohong banget lo monyet

Adrian: Gk percayaan bgt jadi cewek, serius njir

Adelin: jangan bohong dong beb

Adrian berdecak kesal, "Nih cewek nggak percayaan banget sama gue,"

"Tampang lo emang tampang penipu," sahut Naufal tanpa beban.

"Si babi, lo aja deh yang chat dia. Sekalian minta beliin nugget ayam," kata Adrian kesal sendiri.

Naufal: Kafka nyari lo

Adelin: Ini lo pda gk ngeprank kan?

Naufal: gk

Adelin: Serius? Otw!!!

"Dia mau datang," lapornya sambil tersenyum kecil, entah kenapa.

Adrian langsung tersenyum lebar, "Nugget ayam gue lo minta dia beliin?!"

"Lupa," jawabnya polos.

"Satu kebun binatang itu lo Naufal Aditama!"

...

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang