Adelin berdecak sebal dia pikir murid baru yang datang satu mobil dengan Kafka itu perempuan ternyata salah. Capek-capek dia lomba lari dengan Bianca, sampai hampir jambak-jambakan, bahkan sampai kena sidang kepsek, eh ternyata murid barunya adalah seseorang yang tak pernah Adelin harapkan untuk bertemu lagi.
Adelin menatap datar sosok pemuda di samping Kafka, sedangkan sang empu yang di tatap seperti itu hanya memasang wajah bingung.
"Lo ngapain sih natap gue kaya gitu?" tanya Donny heran sendiri.
Adelin tak menjawab gadis itu malah membuang muka ke samping, kini bukan hanya Donny yang dibuat keheranan melainkan Kafka juga.
"Lo kenapa?" kini Kafka yang angkat bicara.
"Lagi kesal sama kenyataan,"
Donny mencibir pelan tak terima, giliran Kafka yang nanya langsung di jawab.
"Maksud lo?" tanya Kafka tak mengerti.
"Aku kesal sama kenyataan kalo Donny bakalan satu sekolah dan satu kelas sama Bubu!" jelas Adelin di sertai sedikit rengekan manja.
"Dih suka-suka gue dong mau sekolah disini dan satu kelas sama Kafka, kok lo yang kesal!" sewot Donny.
Adelin menatap tajam Donny, "Diam deh, nggak usah nyaut!"
Kafka menghela nafas lelah, sepertinya membiarkan Donny satu sekolah dan satu kelas dengannya bukan hal baik, dulu yang mengusik ketenangannya hanya satu orang sekarang sepertinya akan bertambah satu lagi.
"Bisa nggak sih lo berdua akur satu jam aja!" ujar Kafka lelah sendiri.
"NGGAK!" kompak keduanya.
Adelin kembali ke kelas setelah di usir paksa oleh Donny. Sebenarnya bukan karna hal itu juga sih, dia memang ingin balik ke kelas karna Sesil dan Nanad sudah heboh di grup mempertanyakan perihal murid baru itu juga karena bel masuk sudah berbunyi.
"Gimana murid barunya?"
"Jomblo ngak?"
"Dia udah punya pacar ngak?"
"Namanya siapa?"
"Hubungannya sama Kafka apa?"
Adelin yang baru saja memasuki kelas di buat kesal lantaran kedua sahabatnya langsung menyambut dirinya dengan berbagai pertanyaan.
"Nanya satu-satu kek, pusing tau dengernya," omelnya.
Nanad dan Sesil menanggapi dengan cengiran.
Kini Adelin sudah digiring menuju bangku oleh keduanya.
"Jadi siapa tadi murid barunya?" tanya Sesil penasaran.
"Siapa? Apanya?"
"Ck, namanya, hubungannya sama Kafka gitu,"
"Namanya Donny, sepupu Kafka pindahan dari Jerman," Adelin menjelaskan dengan sedikit malas.
"WOW DARI JERMAN, pantesan ganteng ternyata bibit unggul dari keluarga Pratama juga," puji Nanad.
"Kok kalian berdua seakan udah tau wujud Donny gimana," ujarnya merasa aneh.
"Loh, kan di grup angkatan udah di sebar mukanya," jawab Sesil santai.
Adelin ternganga, dia rela jambak-jambakan dengan Bianca hanya untuk melihat wujud murid baru dan ternyata sudah di spil di grup chat.
"Kok baru bilang?!" pekiknya tertahan.
"Salah sendiri njir, tadi kita manggil tapi lo malah rusuh lari keluar kelas," bela Nanad.
Adelin berdecak kesal, semakin kesal lagi karena mendengar kedua sahabatnya ini tak henti-hentinya memuji ketampanan Donny, mereka tidak tau saja bagaimana menyebalkannya seorang Donny riel Pratama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Bubu! (END)
Teen FictionKamu sama Matematika itu sama-sama nyusahin, kalo Matematika susah di pelajari kalo kamu susah di miliki," Adelin Aluna. Highest rank: •3 in Komedi romantis (17-05-2021) •3 in Kemesraan (22-08-2021) •1 in Acak (14-10-2021) •2 in Fiksi remaja (14-10...