32. ✓

10.3K 1.1K 28
                                    


Jesica Renata.

Nama itu akhir-akhir ini terngiang di kepala Adelin, cewek yang membuatnya merasa tak ada apa-apanya setelah Bianca.

Sejauh ini informasi yang Adelin dapat tentang cewek bernama Jesica adalah, cewek itu anak pintar, satu sekolah dengan Kafka sejak SD hingga SMP dan berpisah saat SMA, dan dia juga adalah sepupu dari Naufal.

"Udah kan? Gue mau cabut nih, sibuk!"

"Gaya lo sok sibuk," ucap Adelin dengan tatapan mengejek menatap Adrian.

Setelah bertemu dengan Kafka di kantin saat istirahat pertama tadi, Adelin langsung menghubungi Adrian dan meminta cowok itu bertemu di jam istirahat ke-dua. Dan di sinilah mereka sekarang di tangga rooftop, dengan Adelin yang duduk di undakan tangga dan Adrian yang berdiri sambil nyender pada tembok.

"Btw temen lo tadi marah beneran sama gue?"

Adelin mendongak menatap Adrian, "Sesil maksud lo?"

"Ya mana gue tau, pokoknya yang nggak sengaja gue senggol sampe nugget nya jatuh," jelas Adrian, tak kenal betul sahabat dari Adelin.

"Oh, si Sesil tuh," beritahu Adelin.

"Iya kali, gue susah bedain muka lo bertiga rada mirip njir," curhat Adrian.

Adelin mendelik tak terima, "Mirip dari mana? Dari tinggi badan aja keliatan kita beda,"

Adrian mengangguk mengiyakan, mengingat Adelin paling tinggi di antara mereka tapi tetap saja saat tiga orang itu berdiri bersama dia sulit membedakan.

"Kenapa lo nanya temen gue, naksir?" Adelin memicingkan matanya penuh curiga.

Adrian mengeleng cepat, "Nggak anjir, gue merasa bersalah aja ke dia,"

Adelin mangut-mangut, "Oh, bagus deh. Dia juga punya pacar, anak Angkasa juga,"

Adrian merogoh uang di saku seragamnya dan menyerahkannya pada Adelin yang malah menatap bingung.

"Apa sih?!" tanya cewek itu tak paham.

"Ganti rugi, bilangin ke temen lo ya gue minta maaf," beritahu Adrian.

Adelin menatap selembar uang berwarna biru di tangan Adrian, "Lo kira temen gue cewek apaan? Dia nggak butuh uang, butuhnya permintaan maaf lo yang sungguh-sungguh,"

Adrian menghela nafas, memasukan kembali uang itu ke dalam saku baju, "Malu gue ketemu dia Del,"

"Idihh punya malu lo?!" hina Adelin.

Adrian berdecak, "Gitu lo sekarang? Setelah gue membocorkan informasi rahasia, perlakuan lo ke gue gini?! Oke cukup tau,"

"Banyak drama lo!" balas Adelin kesal, dan beranjak dari duduknya.

Adrian melotot dan segera menyusul Adelin yang berjalan meninggalkannya. 

Adelin kenal Adrian sejak di kelas 10 karena mereka pernah satu gugus, dan semakin dekat karena pernah di hukum bersama karena telat di hari pertama resmi jadi murid Wijaya.

"Lo sama Kafka gimana?"

Adelin menoleh, menatap Adrian yang berjalan di sampingnya.

"Ya nggak gimana-gimana," jawab Adelin sekenanya.

"Lo mau mundur?"

Adelin menatap lurus ke depan, "Nggak tau,"

"Kafka mungkin suka Jesica, Jesica juga kaya ada rasa sama dia tapi nggak tau juga. Gue ngasih tau lo bukan karena nyuruh lo mundur tapi biar lo mikir kedepannya mau gimana," ungkap Adrian.

"Tau kok, dari tatapan Kafka aja dia keliatan suka sama Jesica sikap dia juga udah ngejelasin semuanya. Nggak tau deh, gue bingung juga,"

...

"Del!"

"STOP DI SITUUU!"

Langkah Naufal terhenti, kaget sendiri dengan pekikan Adelin yang melarangnya mendekat.

Adelin menatap dengan tatapan sok marah pada Naufal, yang di balas cowok itu dengan menaikkan satu alisnya penuh tanda tanya.

"Lo kenapa sih?!" Naufal berjalan mendekat.

"STOP DI SITUUU!" dan Adelin kembali memekik keras dengan satu tangan terulur ke depan melarang Naufal berjalan mendekat.

Naufal pasrah, berdiri diam di tempatnya tanpa berusaha melangkah mendekat.

Tadi, setelah Adelin berpisah dengan Adrian dia malah tak sengaja bertemu Naufal saat hendak kembali ke kelas.

"Jangan ngikutin gue, kita musuhan sekarang!"

Naufal menatap tak paham, "Kok?!"

Adelin tak memberikan kejelasan sambil menatap penuh permusuhan pada Naufal, ia lanjut melangkah dengan Naufal yang segera menyusul butuh kejelasan.

"Gue salah apa sama lo?!" tanyanya sambil mengajar Adelin yang mempercepat langkahnya.

"Gue nggak mau berteman sama sepupu dari saingan,"

Oke, sekarang Naufal paham akar permasalahannya.

Cewek di depannya ini sudah tau dia sepupu dari Jesica, tapi hubungannya dengan memusuhi Naufal tuh apa?!

"Sangkutannya sama gue apa?"

"Ya karena kalian sepupuan. Lo pasti ngehasut Kafka biar dia cepat nembak sepupu lo, udah lah unfriend aja kita," celoteh Adelin sambil terus mempercepat langkahnya.

Naufal mengeleng tak habis fikir.

"Awas lo ngikutin gue lagi, gue sumpahin lo nggak nikah-nikah!" ancam Adelin dan segera berbalik kembali melangkah pergi.

Naufal langsung terdiam di tempatnya. Dan memilih putar balik, ngeri sendiri dengan ancaman cewek itu.

Karena bertemu Naufal mood Adelin jadi buruk, setiap melihat wajah cowok itu ia jadi teringat momen Kafka dan Jesica di kantin tadi.

"Apa banget gendengan kaya mau nyebrang aja!"

"Bubu juga gitu banget, sama gue aja kaya cowok yang nggak demen cewek giliran sama Jesica aja nempel-nempel,"

Cewek itu menggerutu sepanjang jalan, dengan kaki di hentak-hentakkan menggambarkan seberapa kesalnya dia sekarang, hingga tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri, membuatnya hampir terjatuh namun lengannya segera di tahan seseorang.

"Ceroboh banget sih lo!" omel Donny dan dengan tega menoyor kening Adelin dengan jari telunjuk.

Adelin menatap kaget apa yang di lakukan Donny selanjutnya, cowok itu berjongkok namun tak lama kemudian kembali berdiri yang membuat Adelin mengumpat dalam hati.

"Lo ngira gue mau ngikatin tali sepatu lo ya?" tanyanya dengan tatapan mengejek yang minta di hajar.

Adelin berdecak sebal tak menyangkal karena memang mengira begitu, dengan kesal dia berjongkok berniat mengikat tali sepatunya sendiri tapi di dahului Donny.

"Mau lo apa sih?!" Adelin jadi kesal sendiri, sambil menatap Donny yang berjongkok mengikat tali sepatunya.

"Sorry!"

Adelin menatap tak paham, "Kesambet ya lo?! Tiba-tiba minta maaf, aneh!"

"Sepatunya yang sebelah lagi!" pinta Donny, Adelin menurut mengganti tumpuan kakinya karena Donny ingin mengikatkan yang sebelahnya lagi yang ikut terlepas.

"Kata Naufal lo nggak nemuin Kafka karena malas ketemu gue," ucap Donny menjelaskan.

Adelin menyemburkan tawanya, membuat Donny menatap tak paham.

"Sok tau banget!" ejek Adelin sambil mendengus geli.

Setelah selesai mengikatkan tali sepatu Adelin, Donny kembali berdiri di susul Adelin. Dua orang itu berdiri berhadapan dengan Adelin yang memamerkan senyumnya dan Donny yang tak mengalihkan pandangannya dari Adelin sama sekali.

"Makasih!" ucap Adelin tulus masih dengan senyuman manisnya.

"Jangan senyum, kaya orang gila jadinya!" larang Donny dan meraup kasar wajah Adelin.

...

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang