Entah mengapa udara sejuk pagi ini terasa berbeda dari sebelumnya. Seolah diriku sedang diperingatkan untuk bersyukur. Bukan karena tidak pernah bersyukur, bedanya kali ini diingatkan dan kali sebelumnya aku mengingatnya sendiri.
Aku berjalan memasuki gerbang sekolah yang kini tertutup setengah, menandakan akan segera dimulainya pembelajaran, mungkin sekitar lima belas menit lagi. Hari ini tak ada yang sempat mengantarku, hal itu mewajibkanku untuk menggunakan kendaraan umum, alias bus. Dan untuk orang yang tidak pernah menjajal budaya dalam bus sepertiku, melihat keramaian di dalam bus membuatku sedikit resah dan was-was.
Aku mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan yang bahkan tidak terjadi. Seperti duduk dengan pria mesum, kakek tua yang tidak bisa mengontrol kantuknya atau terhuyung kesana kemari karena rem dadakan sang sopir bus.
Memang semua itu tak jarang terjadi di dalam kendaraan umum seperti bus, namun jika kita bisa berhati-hati dan memilih tempat duduk yang tepat saat memasuki bus, kemungkinan semua itu terjadi sangatlah minim. Dan boleh dikatakan tujuh puluh persen aku menyukai angkutan umum itu.
Mataku sibuk menyapu pandang gedung sekolahku ini, ada dorongan yang membuatku melakukannya. Mungkin karena hanya tersisa satu tahun lagi aku bisa menempati sekolah ini.
Ah, mengapa saat kenyamanan mulai terasa hal itu malah akan segera pergi?.
Seperti kali ini, aku mulai menyadari betapa bahagianya terlepas dari kewajiban sebagai ketua osis dan menjadi orang di hormati di sekolah namun tanpa kewajiban yang menghantui tiap harinya.
Benar, dua tahun ke belakang aku menjajal dunia osis. Awalnya aku hanya anggota biasa dan bukan orang yang sangat penting di organisasi itu. Namun berbeda saat aku menaiki kelas dua, aku masih mengingat jelas masa-masa itu.
Jadi, ada rumor yang mengatakan bahwa ketua osis sebelumnya yaitu kak Taeyong.
Pria populer itu di rumorkan menyukaiku. Bukan berniat pamer atau terlalu percaya diri, aku ingatkan lagi semua itu hanya rumor. Dan saat itupun aku sudah memiliki seseorang yang perlu ku jaga.
Banyak orang mengatakan rumor itu menjadi alasan kak Taeyong mencalonkan diriku sebagai ketua osis tanpa sepengetahuanku. Entah hal itu benar atau tidak, sampai saat ini aku tidak pernah mendengarnya langsung dari mulut kak Taeyong.
Aku yang terkejut setengah mati saat itu hanya bisa berpasrah tanpa terniat menentang keputusan itu. Dengan dibantu Eunji sahabatku, aku menyiapkan pidato visi misi untuk acara pemilihan ketua osis saat itu. Siapa sangka aku menjadi kandidat yang saat itu terpilih untuk memimpin organisasi osis itu setahun kedepan.
Dan satu tahun itu telah berlalu, mungkin itu alasan yang membuatku lebih senang hari ini. Lain sisi, mungkin aku juga akan merindukan saat-saat itu juga.
Biarlah itu berjalan sesuai alurnya, yang pasti sesuai perintah ayah, ibu dan kakakku bahwa setahun kedepan ini aku harus lebih bekerja keras untuk menggali ilmu. Itu yang harus kulakukan.
Aku menghembuskan karbondioksida penuh ambisi. Dan kembali mengambil langkah memasuki kelas baruku tanpa mengkhawatirkan kursi yang aku tahu Eunji telah berjanji akan datang lebih awal dan memilih kursi untukku dan dirinya.
Bugh!
"Agh!!" Aku memegang lenganku yang terasa berdenyut kesakitan karena tubrukan tak terduga itu.
"S-sory Daelin!!"
Tunggu, suara itu. Aku menoleh.
"Eunji?!""I-iya... sory gue telat bangun hari ini..." mataku membulat refleks dan Eunji tertunduk dengan perasaan bersalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last | Huang Renjun
FanfictionNct Dream | Enhypen Jika mengatakan fakta sebenarnya membuatku berposisikan antara dua fakta, menjadi jawaban yang mengakhiri pencarian Renjun atau orang yang menengahi kebahagiaan Renjun dengan Violin kininya. Rasanya menampakkan kebahagiaanku dan...