8. Lea

13 9 0
                                    

"Daelin!, susunya ambil nih!"

Aku mendengar jelas seruan kak Dio dari lantai satu itu. Tapi posisiku yang sedang bersantai di balkon membuatku malas untuk menurutinya.

Sebenarnya aku tidak meminta atau menyuruhnya untuk menghangatkan susu untukku. Yah, itu seperti sudah menjadi agenda kak Dio setiap malam.

Aku malas turun, dan berniat akan berpura-pura tidak mendengar teriakannya. Kali ini saja, tidak apa kan, maafkan aku kak Dio...

Netraku sedang menyapu pandang ke lingkungan rumah yang nampak luas dari lantai dua. Sampai pada satu pemandangan yang membuatku ganjal.

Tepat di tengah jalan yang berada tepat di depan rumahku, anjing kecil dengan bulu putih nan lebat yang terasa begitu familiar sibuk bermain disana.

Lea!.

Ya, aku yakin betul itu adalah Lea!, si anak anjing milik Renjun. Tapi bagaimana bisa dia ada disana!.

Tanpa berpikir panjang aku kembali masuk ke kamar, keluar kamar dan menuruni tangga dengan setengah berlari.

"Mau kemana?, hey susunya di meja makan!!" Cegat kak Dio yang sedang nonton di ruang tengah.

"Keluar bentar kak!" Teriakku dari depan pintu.

"Kemana?" Teriaknya lagi, tapi ku abaikan.

Aku sudah di luar dan ya... kalaupun aku jawab sepertinya tidak akan terdengar dari dalam.

Pintu gerbang ku buka masih dengan setengah terburu-buru. Sebenarnya jalanan disini tidak begitu ramai, tapi sebab itulah tidak sedikit pengendara motor atau mobil yang lajunya bukan main. Pikir mereka mungkin selagi bebas.

Aku menengok ke arah kanan-kiri bergantian, mengecek adakah kendaraan yang akan segera lewat sebelum benar-benar berjalan ke tengah untuk menjemput Lea.

Anak anjing itu sepertinya cukup paham denganku, bukti saat aku mendekatinya dan menggendongnya tidak ada perlawanan apapun.

"Hey, kenapa kau ada disini?, dimana Leo?"

Guk! Guk!

Aku menghela pendek, berlari ke tepi jalan kemudian beralih menatap rumah Renjun yang nampak hening dan sepi.

Sejujurnya aku masih enggan menemuinya. Tapi bagaimana dengan Lea...

Aku mengelus bulu putih bersih milik Lea sembari memikirkan keputusanku.

"Kau mau main ke rumahku?"
Entahlah, tiba-tiba saja ide itu muncul di benak.

Tidak salah kan aku menampungnya semalam saja. Lagipun, bagaimana bisa Renjun menelantarkan anjing semanis Lea seperti ini. Kalau sudah tidak sayang lagi, aku akan bersedia merawatnya, sungguh.

---

"Heh, anak anjing siapa lagi, main bawa aja!" Siapa lagi kalau bukan kak Dio. Dia langsung protes begitu melihatku membawa Lea masuk.

"Dari tengah jalan tadi kak, kasian jadi aku bawa, besok aku pulangin, janji!" Jawabku yang berniat akan beranjak naik ke kamar, tapi kak Dio kembali berucap membuatku mau tidak mau harus berhenti.

"Emangnya siapa pemiliknya!"

Aku berbalik, menghela pendek dan membuka mulut.
"Rumah sebelah!" Jawabku enggan.

"Renjun?"

"Eum." Ya, memangnya siapa lagi...

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang