15. Garis Tuhan

14 9 18
                                    

"Makasih, baru aku mau beli!."

A-aku?!. Serius, telingaku ini tidak salah dengar kan?!. Ah, lama tak mendengarnya langsung dari mulut Sunoo membuatku hampir gila. Dan, Ya Tuhaan... jantungku ini kenapa?!.

Oke, itu artinya kedatanganku diwaktu yang tepat, dan air mineral itu menyelamatkanku.

Aku ingin memeluk Sunoo... Tapi itu akan nampak berlebihan juga pasti terkesan seperti menahan rindu selama aku tak bertemu dengannya.

Sudahlah... tahan dulu Daelin!. Bisa berhadapan lagi dengan Sunoo seperti saat ini saja sudah berarti kau berhasil menghapus jarak yang Sunoo buat itu.

Argh... sial, aku ingin berteriak dan melompat sekarang. Ditambah melihat Sunoo yang meneguk banyak air mineral pemberianku itu, ujung bibirku jadi kedutan karena menahan senyum mati-matian.

"Ekhem!, haus banget yah?!" Tanyaku, sekalian untuk menghibur diri yang mendadak gila ini.

Sunoo terkekeh kalem.
"Hhaha, iya nih— eh, kamu nggak haus juga kan?"

"Ah, nggak lah... aku udah minum tadi, itu juga sengaja aku bawa buat kamu!."
Aku tersenyum padanya. Aku-kamuan seperti ini buatku ingin melayang saja rasanya.

"Buatku?"
Sunoo menunjuk dirinya.

"Eum!"
Aku mengangguk sekali, meyakinkannya. Sepertinya Sunoo setengah tidak percaya dengan jawabanku. Ah, aku memaklumi itu.

"Hhaha, thanks Daelin— oh ya, aku mau balik ke lapangan nih, makasih minumnya!."

"Eum, sama-sama... yaudah sana."
Aku mengibaskan tangan, mengisyaratkan untuk Sunoo segera pergi.

Sunoo mengangguk beberapa kali.
"Sampe ketemu nanti!." Katanya, kemudian berbalik dan pergi.

Oh My God!!!, maksudnya itu, kita akan ketemu lagi nanti, begitu kan?. Okey, aku juga berharap seperti itu dan saat ini aku tidak tahan lagi!. Yang kunantikan akhirnya terjadi juga!!. Seperti yang kukatakan sebelumnya, semua yang kutahan beberapa menit lalu kini terlepaskan.

Aku berteriak histeris, melompat kegirangan, dengan tawa-tawa kecil yang tak kuasa kutahan lagi. Argh, senang sekali rasanya dan aku sudah tidak sabar lagi memberitahu Eunji kabar menggembirakan ini!.

Aku berbalik, berniat beranjak untuk mencari keberadaan Eunji namun langkahku terhenti saat kulihat seseorang berdiri didepanku kini. Dia, Huang Renjun. Berdiri dan memberiku sorot mata terheran-heran. Hey, jadi dia melihat tingkahku barusan?.

Sial, mau taruh dimana ini mukaku?!!!.
"S-sejak kapan lo berdiri disitu?" Aku terbata.

Renjun membuang raut terheran sebelumnya, menggantinya dengan raut andalannya, datar.
"Seneng banget kayaknya udah baikan sama Sunoo!." Katanya, yang langsung membuat senyumku mengembang dan kedua pipiku merona.

"Ya seneng lah, gue udah nungguin hari ini tiba sejak lama..." jawabku tanpa melunturkan sedikitpun senyum dibibirku.
"Eh, liat Eunji nggak?" Tanyaku yang tiba-tiba saja teringat hal itu. Dan memungkinkan kalau Renjun melihat sahabatku itu sebelumnya.

Renjun tak menjawab, ia hanya mengendikkan bahunya sekali kemudian pergi melewatiku begitu saja.

Tau ah, aku sedang tidak mood untuk merutuki sikapnya yang menyebalkan itu.

Memilih untuk abai, aku melanjutkan langkahku yang sempat terhenti barusan, pergi untuk mencari keberadaan Eunji. Biasanya kalau tidak bersamaku, perempuan itu pasti bersama dengan Haechan.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang