Sambil mengunyah roti yang kuoles coklat sebelumnya, aku berjalan keluar rumah menuju garasi. Novel yang kupegang menyita seluruh fokusku. Kalau bukan karena sudah hapal dengan jalan menuju garasi, aku tidak akan berani membaca sambil berjalan seperti ini.
Sedikit cerita, aku pernah menubruk seseorang karena membaca buku sambil berjalan seperti ini. Dan mungkin karena saat itu adalah hari sialku, aku menubruk pria yang sedang membawa jus untuk pacarnya. Tentu saja pria itu tidak memaafkanku begitu saja. Setelah menuruti sanksi darinya berupa 2 gelas jus sebagai ganti jus yang kutumpahkan dan mencuci bersih blazer-nya baru aku bisa bernapas lega.
"Kamu itu ngga ada kapoknya yah!"
Aku yang terkejut sontak menutup novelku segera dan menoleh ke sumber suara. Tepat di depanku, berdiri dan menatapku garang. Siapa lagi kalau bukan kak Dio. Ngomong-ngomong dia juga ikut andil memarahiku usai kejadian menubruk orang itu.
Ya, dia mengetahuinya. Entah dari mana. Dia hanya mengancamku kalau dia punya banyak mata untuk mengawasiku. Benar-benar kakak yang menyusahkan memang.
"Cepet masuk!, gak usah salahin kakak kalo sampe telat ke sekolahnya" Omelnya sembari memasuki mobil.
Aku yang semula terpaku, buru-buru masuk ke dalam mobil. Sebelum masuk aku menelan habis roti yang tersisa di tanganku, itu karena aku tidak mau mendengar omelan kak Dio lagi hanya karena aku meninggalkan remahan roti di dalam mobil.
"Kak, Daelin kan punya pacar... Daelin bisa minta Sunoo buat jemput Daelin tiap hari loh kak... lagian Sunoo sendiri sering nawarin!" Aku mencoba membahas topik yang sama untuk kesekian kalinya. Sungguh, aku masih mengharapkan persetujuan dari kak Dio.
"Kalau kakak udah ngijinin, kakak bakalan bilang langsung!, Kalau kakak diem berarti..."
"Ngga ada ijin!" Sambungku lemas.
Kak Dio tersenyum tanpa beralih fokus dari jalan di depannya.
Sandaranku merosot sampai seatbelt berada di leherku.
"Tapi sampe kapan kak..."---
Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Dengan cepat aku lepas seatbelt dan membuka pintu mobil.
"Eh, dek!"
Pintu yang sudah terbuka kubiarkan sekejap untuk berpaling ke arah kak Dio. Dia baru saja memanggilku. Kulihat wajah itu seperti tengah menimang sesuatu. Ini berlangsung selama kurang lebih sepuluh detik.
"Ah, nanti aja kakak chat!"
Dan pada akhirnya!. Aku mendengus kesal, kemudian melanjutkan langkah keluar dari mobil.
Aku melambai di radius sepuluh meter karena refleks berbalik yang ternyata mobil kak Dio masih ada di sana.
Tepat di kelokan tangga aku menangkap siluet mirip dengan sosok yang ku kenal. Tangga disini memang gelap, dan sedikit memberi kesan mistis. Ditambah lagi kasus siswi yang meninggal karena terjatuh dari tangga teratas dan berakhir dengan kepalanya yang membentur pot bonsai di pojok bawah. Banyak yang mengatakan kalau siswi itu mengalami pendarahan di otak yang membuat nyawanya tak tertolongkan. Ngeri sendiri aku mengingatnya.
Kembali ke siluet tadi, aku memutuskan untuk menghampirinya. Dua langkah, Tiga langkah... siluet itu mulai jelas dan ya!. Dia adalah Sunoo yang sibuk dengan isi ranselnya.
"SUNO!!!"
"ASTAGA!"
Aku tertawa puas melihat reaksi Sunoo yang terkejut itu. Serius, lagi-lagi dia sangat imut!. Entah berapa kali aku mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last | Huang Renjun
FanfictionNct Dream | Enhypen Jika mengatakan fakta sebenarnya membuatku berposisikan antara dua fakta, menjadi jawaban yang mengakhiri pencarian Renjun atau orang yang menengahi kebahagiaan Renjun dengan Violin kininya. Rasanya menampakkan kebahagiaanku dan...