21. He changed

11 7 11
                                    

Manteman, sorry banget akhir-akhir ini aku updtenya suka telatan... aku lagi PKL soalnya, suka gada waktu buat nulis,

Semalem keinget malem minggu nih harus update!, tapi pas buka wp, draf baru 2k kata... baru setengahnya...
Aku sendiri nggk mampu kalo suruh ketik 2k lagi dlm waktu semalem doang, hhehe... maklumin yang masih belajar nulis♡♡

Thanks buat yg udh ngertiin<33

Thanks buat yg udh ngertiin<33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy reading♡
.
.
.
.
.
Duduk dibangku Haechan selama hampir satu jam ini membuatku semakin lama semakin tidak tahan. Ya, sejak kejadian pagi tadi Eunji kini menahanku supaya menjelaskan semuanya padanya, belum lagi dia yang mengomeliku panjang karena akhir-akhir ini aku yang yang katanya menyembunyikan banyak hal darinya. Dan malangnya nasibku karena selama sejam terakhir ini jam pembelajaran kosong sehingga Eunji semakin bebas untuk menahanku.

Huh, padahal aku sendiri bukan berniat menyembunyikan semuanya dari Eunji, jujur aku hanya tengah mencari momen yang tepat untuk menceritakan semua padanya. Sayangnya dia selalu tahu lebih dulu, yang kemudian menuntut penjelasan rincinya padaku saat itu juga.

Omong-omong tentang aku yang duduk dibangku Haechan ini, tentu saja ini atas permintaan Eunji. Kalau bukan Eunji yang meminta Haechan supaya meminjamkan kursinya untukku, tidak semudah itu dia memberi ijin.

Sedari tadi dia duduk bersama Renjun dengan menyeret kursiku ke meja sebelah Renjun itu. Kalian tahu, tidak mungkin Haechan duduk berdua dengan Violin (Selagi aku masih belum mengetahui siapa diri aslinya, sepertinya aku akan tetap memanggilnya Violin).

Yang ada orang dibelakangnya itu akan marah besar menyaksikan pemandangan didepannya.

---

Di sudut kelas, tempat Haechan dan Renjun terduduk di kursi mereka, dengan berbagai pertanyaan Haechan menatap teman bangku dadakannya itu begitu lekat. Pria itu menyimpan rasa penasaran besar pasal kepribadian Renjun yang sejak awal membuatnya menggelengkan kepala heran.

Seperti saat ini, Renjun bahkan sedikitpun tidak merasa tertarik atas kehadirannya. Haechan memikirkan, sebegitu tidak menarik-kah dirinya dimata Renjun?. Bukan apa, Haechan hanya terheran pada pria dingin itu, karena hal sesepele menyapa saja sedari tadi tidak Renjun lakukan. Padahal Haechan dengan senang hati menerima pertemanan sekalipun itu dengan makhluk es seperti Renjun.

Haechan yang kian menit kian tidak sabaran, karena memang kepribadiannya yang tidak suka diam tak berucap.

"Bro, ngomong apa kek, biar nggak canggung kayak gini!"

Renjun menoleh.
"Ngomong apa?"

Haechan mendelik histeris.
"Nah tu bisa!" Serunya girang.

"Ya bisalah!" Renjun sewot sendiri.

"Terus kenapa lo dieeeem aja selama ini, ha?"

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang