24. New love

16 7 0
                                    

Hai, bwahah😭 /kok ngakak si

Huhu... hampir sebulan guys aku nggak update😭
Maafin aku yah<33
Maklumin, udah kelas 12 soalnya, pusing kaliii mikirin tugas, mana aku ada ikutan ekstra lagi, pokoknya lagi pusing-pusingnya mikirin reorganisasi☹

Oke, lupakan!
Kali ini aku udah usahain banget buat update nih, hargain kerja keras aku yah, makasih manteman<333
.
.
.
.
.
.
Ting Tong!

"Bu, kayaknya itu Sunoo deh!" Seruku girang.

"Kayaknya! Coba bukain pintunya." Jawab Ibu, usai meletakkan piring di meja makan.

Aku dengan sigap bangkit dari kursi meja makan, kemudian berlari kecil ke pintu utama rumah.

Sampai disana, tanpa pikir panjang aku membuka pintu dan terpampanglah sosok yang membuatku melunturkan senyum seketika.
"Lhoh, kok elo?!"

"Lhoh, kok gue?" Sambil menunjuk dirinya sendiri.

Aku menghembuskan napas kesal. Kemudian satu langkah maju membawaku benar-benar keluar dari area dalam rumah.
"Gue lagi nunggu Sunoo, tapi kenapa lo yang dateng?" Aku terheran.

"Mana gue tau lo lagi nungguin tuh orang!"

"Kok 'tuh orang'?"

"Lhah, emang orang kan?"

"Bukannya lo sama dia udah temenan."

"Emang kalo udah temenan tuh orang jadi apa?"
"Miper? Roy? Kekeyi? Atau-"

"Ngapain, dek?, kok nggak diajak masuk?"
Suara Ibu menghentikan gerak tanganku yang baru akan melayangkan satu pukulan kepada Renjun karena mulutnya yang entah sejak kapan menjadi cerewet seperti itu.

Aku dan Renjun kompak berpaling ke arah Ibu yang melangkah menuju kami. Sama denganku, Ibu juga terkejut melihat tamu yang datang itu adalah Renjun bukannya Sunoo.

"Lhoh, Renjun? Malem-malem ada apa?"

Renjun baru akan menjawab tapi Ibuku kembali berucap, membuat Renjun mengurungkan niatnya.
"Masuk dulu gih... kebetulan makan malem baru siap, sekalian makan bareng yah..."

"Ah, repot-repot bu! Renjun cuma mau ngasih buku tugas Renjun ini ke Daelin, tadi Renjun nggak liat Daelin di kelas pas jam pelajaran Seni soalnya, dia kayaknya nggak ngerjain tugas." Jelas Renjun panjang.

Aku memelotot mendengarnya. Sialan, dia ini niat baik ingin meminjamkanku catatannya atau mau menjebloskanku supaya dimarahi habis-habisan oleh Ibu?.

"Lho, Daelin, kamu bolos mapel Seni?" Ibu berpaling padaku.

"Eum, anu, bu... nggak gitu juga maksud Daelin nggak ikut mapel Pak Byun-"

"Terus apa?" Sela Ibu, dengan sedikit meninggikan suaranya. Ah, ini sudah dapat dipastikan kalau emosi Ibu sudah benar-benar naik. Huang Renjun sialan.

Pasrah dengan keadaan, aku menunduk dalam, dengan Ibu yang masih menatapku tajam.

"Eum, tante..."
Ibu berpaling pada Renjun.

"Maaf nih sebelumnya, tapi bukan Daelin doang yang bolos mapel Seni kok tan!"
"Renjun juga sempet bolos tadi, tapi ya sempet juga balik ke kelas, toh nggak ada gurunya tadi di kelas, jadi aman-aman aja kalo bolos." Jelas Renjun, dengan logat kakunya. Entah, apa mungkin dia merasa bersalah?.

Sekilas aku melirik Renjun, sementara pria itu malah memberiku senyuman tipisnya. Eum, apa aku benar-benar salah menduganya?.

Disaat keheningan mengelilingi kami, sebuah motor sport tiba-tiba memarkir di halaman rumahku, aku langsung mengangkat wajahku. Ya, aku kenal betul siapa yang mengendarainya.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang