11. Mark Lee

13 8 0
                                    

Mark masih berdiri ditempatnya guna memastikan perempuan yang sedari tadi bersamanya -Daelin- sudah benar-benar masuk ke dalam rumahnya.

Selesai, ia berbalik. Kemudian mulai melangkahkan kaki menjauh untuk menjemput motornya yang tertinggal di parkiran depan Restoran. Ia hanya berharap Restoran masih buka, dan motornya masih aman disana.

Sejujurnya ia tak pernah memanggil atau bahkan memesan taxi. Ia hanya menggunakan itu sebagai alibi agar bisa terus menemani Daelin.

Perempuan itu butuh dekapan saat itu.

---

Sambil berbaring malas diatas ranjang, aku menekan-nekan tidak jelas layar ponselku yang menampilkan roomchatku dan Sunoo.

Tentu saja berharap pria itu akan mengirimku pesan, apapun itu!.

"Agh!!!"
Kupukul ponselku geram, membuatnya tenggelam dalam kasur selama beberapa saat. Berbalik dari tengkurap dan menatap langit-langit kamarku.

Aku terdiam, menatap kosong langit-langit kamar. Tapi malah kembali tenggelam dalam pikiranku. Kembali teringat lagi dan lagi pada Sunoo.

Aku bangkit dari tidur, dan terduduk diatas kasur.
"Aaaaa!!!" Teriakku frustasi.

Kupukul, lempar, banting bantal gulingku yang tidak bersalah dengan kesal.

Sampai pada akhirnya...

Ceklek!

---

Samar-samar Dio mendengar teriakan-teriakan histeris adiknya dari lantai atas. Dia yang terbiasa akan hal itu, mengabaikannya kemudian mengambil remote tv dari sampingnya dan mengeraskan volume tv di depannya berniat meredam teriakan histeris adiknya.

Ting Tong!

Dio meletakkan camilannya, bangkit dan berjalan menuju pintu utama. Berniat akan membukakan pintu untuk tamu di depan sana.

Ceklek!

"Lho, Eunji!, lama ngga main!" Sambut Dio ramah. 

"Iya kak, Daelinnya ada?" Tanya Eunji.

"Di kamar, berisik banget tuh, kamu samperin deh!"
Dio mempersilahkan Eunji untuk masuk.

Semenatara Eunji mengangguk paham dan beranjak masuk, menaiki tangga dan berjalan kearah kamar Daelin.

Dia paham betul keseluruhan dari rumah ini. Karena itu, Dio tidak perlu mengantarnya.

Sampai didepan pintu bercat putih, Eunji mencetak senyum manisnya. Ia datang memang untuk menghibur sahabatnya.

Ceklek.

"Haii..."

"Eunji!!"

---

Eunji merefresh beberapa kali tampilan roomchatku dengan Sunoo.
"Heum... kok bisa si?"

Aku menghela panjang.
"Gamungkinkan Wi-Fi gue eror?"

Eunji menggeleng.

"Nih gue juga lagi stream!" Dia menunjukkan ponselnya yang menayangkan streaming music video idolnya.

"Yeu..."
Aku memukul pelan bahunya, sembari terkekeh.

"Hhahah, Wi-Fi rumah gue gak nyampe sini kali!,"

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang