2. Kim Sunoo

79 26 27
                                    

"Argh... Violin mana yang dia maksud?!"


Langkahku sangat cepat, yang lama-lama membuatku berlari kecil. Perasaaku ingin segera menjauh darinya. Entahlah, tiba-tiba aku jadi takut padanya karena alasan yang tidak jelas.

Sampai di depan pintu, langkahku berhenti. Aku menetralkan napasku yang terenggah selama beberapa menit sebelum benar-benar masuk ke dalam kelas.

Tiga langkah kuambil dengan tenang, masuk ke dalam kelas kemudian membungkuk 35 derajat pada Pak Siwon yang masih mengajar.

"Dimana Huang Renjun?"
Seperti dugaanku, Pak Siwon akan menanyakan ini.

"Sepertinya dia ingin istirahat le⎯" kalimatku terpotong lagi dan lagi, oleh seseorang yang tiba-tiba masuk melewatiku dan membungkuk sopan pada Pak Siwon.

Dia Huang Renjun!.

"Hhuh!, selain angkuh, dia juga nyebelin"

"Do Daelin?!"

Aku sedikit tersentak, Atensiku beralih pada Pak Siwon yang tiba-tiba menyerukan namaku.

Guru tampan itu menunjuk Renjun yang sedang berjalan menuju kursinya. Mungkin dia meragukan kalimatku sebelumnya.

Pastilah!. Bagaimana tidak!.

"A-ah... sepertinya dia merubah keputusannya..." Aku terkekeh kaku.

"Baiklah, kau juga kembali ke tempatmu!" Perintah Pak Siwon yang segera kulaksanakan.

---

Kulihat dari kejauhan Eunji seperti tengah memperhatikanku. Aku membuka mulut mengatakan 'ada apa?' Tanpa suara. Aku tahu jika ku gunakan suaraku itu akan percuma karena kursi Eunji berada di radius sekitarnya lima meter dari kursiku, ditambah kebisingan kelas tanpa guru ini semakin membuatku ragu.

Semoga Eunji mengerti dengan apa yang berusaha ku katakan ini.

Perempuan itu ternyata membalasku, yang berarti dia paham dengan yang ingin ku katakan. Kulihat mulutnya bergumam.

'Ayo keluar, aku ingin bicara denganmu!'

Itu yang kutangkap dari pergerakan mulutnya ditambah gerak gerik tangannya yang menunjuk-nunjuk pintu keluar kelas.

Aku mengangguk yang kemudian kita berdua sama-sama berdiri dan beranjak keluar kelas. Renjun? yang kulihat dia sibuk mendengarkan musik atau apa aku tidak dapat menebaknya, dari headset yang terpasang pada ponsel dan telinganya dengan ekspresi datarnya aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang dilakukan pria itu.

Sepatutnya orang memakai headset pasti tengah mendengarkan musik atau instrumen lain dan menikmatinya dengan cara mereka sendiri. Lain dengan makhluk satu ini, ekspresi datar andalannya itu yang terpampang membuat yang melihatnya pasti bergidig ngeri, tapi... atau mungkin lebih tepatnya hanya aku?.

Ah, sudahlah. Lagipun apa pentingnya itu bagiku. Mungkin saja musik itu membuatnya terhipnotis.

Aku dan Eunji memilih bangku di depan kelas. Meskipun samar-samar masih mendengar kebisingan dari dalam kelas, tapi itu tidak membuatku dan Eunji kesulitan berbicara.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang