Dengan terburu-buru aku melepaskan diri dari dekapan Eunji dan menunduk dalam untuk menghapus sisa air mataku dari pipi karena satu per satu orang mulai kembali ke kelas.
Eunji yang peka, memberiku tisu yang selalu ada disakunya. Aku menerimanya dan mulai mengelapi kedua pipiku.
Setelah dirasa selesai aku mendongak menghadap Eunji.
"Gimana?""Matanya masih merah" tutur Eunji begitu meneliti wajahku.
"Agh, gimana nih, jelas banget nggak?" Kedua tanganku mengibas-ibas di depan mataku yang terasa panas.
Baru saja Eunji akan berucap, dua orang yang memasuki kelas langsung merebut atensinya dan atensiku. Buru-buru Eunji bangkit dan pergi ke tempat duduknya, meninggalkanku yang kalang kabut sendiri.
Mereka, Violin dan Renjun berjalan mengarah ke kursi masing-masing. Sial, sekarang aku harus bagaimana.
"Daelin?"
"I-iya?" Jawabku tanpa menoleh ke sumber suara yang kutahu betul pemilik suara-nya adalah Violin.
"Lo ngapain?"
Kurasakan tangan Violin mendarat di bahu kananku.
"G-gue ketiduran tadi, mata gue jadi mirip panda sekarang, gue malu kasih liat ke lo, hhehe..." alibiku sambil masih menyembunyikan wajahku darinya.
"Ooh... yok, gue temenin ke toilet, cuci muka aja pasti langsung se—"
"Nggak!" Potongku cepat-cepat.
"Nggak perlu,"Kudengar helaan napas pasrah Violin.
"Kalo gitu, pake ini aja!"Dia menyodorkan tisu basah lewat bawah meja, agar aku yang tertunduk bisa melihat benda yang dimaksudnya.
"O-oke, makasih...""Sama-sama!"
---
Membasuh wajah menggunakan air dari wastafel, aku meneliti kedua netraku yang sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Fyuuh, untung udah mendingan..." gumamku.
Beberapa menit kemudian aku menghela napas berat menatap wajahku dari pantulan cermin di depanku, kemudian tersenyum getir saat ingatanku diingatkan lagi dengan dialogku dengan Eunji beberapa jam lalu saat kelas hanya ada kami berdua.
Saat orang-orang sibuk menyaksikan bagaimananya Renjun dan Violin memutuskan memulai hubungan.
Apa, Renjun mengumumkannya di depan umum?. Agh, itu tidak mungkin.
Aku jadi semakin penasaran dibuatnya. Sayang sekali saat itu aku sibuk dengan alam bawah sadarku.
Blam!
Aku menoleh intens mendengar suara pintu tertutup tak jauh dari tempatku berdiri.
Melihat Yoora dan Kimmy yang memasuki toilet membuatku berbalik kearah mereka.
"Daelin?!, sendirian aja nih?" Tanya Yoora, seiring dengan langkah keduanya yang menghampiriku.
Aku mengangguk, sembari tersenyum manis merespon mereka.
Kimmy menepuk pundak kiriku beberapa kali, seperti menyalurkan semangat.
"Lo yang sabar yah, nggak semua sesuai sama apa yang lo liat kok!" Tuturnya yang tidak ku mengerti.Netraku berpaling pada Yoora yang mengangguk setuju dengan perkataan Kimmy itu.
"Eum!, semua pasti bakal ilang gitu aja, lo cuma perlu nunggu"Ini, apa maksud dari perkataan mereka yang sama sekali tidak dapat ku mengerti. Aku hanya mengerutkan kening bingung, sembari memikirkan maksud perkataan mereka itu.
"Kalian pada latian dialog?," tuturku asal karena memang tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last | Huang Renjun
FanfictionNct Dream | Enhypen Jika mengatakan fakta sebenarnya membuatku berposisikan antara dua fakta, menjadi jawaban yang mengakhiri pencarian Renjun atau orang yang menengahi kebahagiaan Renjun dengan Violin kininya. Rasanya menampakkan kebahagiaanku dan...