17. Fake Violin

14 7 2
                                    

Sorry buat yg udh nungguin, karena uthor baru sempet update malem ini!. Soalnya kemaren keluarga baru dapet musibah jadi ya... nggak sempet buat buka hp apalagi update cerita☹

Sekali lagi Uthor minta maap sama kalian👉👈
Jangan bosen-bosen baca My First and Last yah, thanks all and Enjoy Reading<33

---

Flashback on_

Pulang dari pemakaman, Renjun, Victoria dan Wei long disuguhi pemandangan dimana anak kecil terduduk manis di pelataran rumah sembari mendekap boneka kesayangannya.

Ketiganya dibuat terkejut melihat kepolosan anak kecil itu yang kini sudah berdiri mendapati kedatangan orang yang ditunggunya.

Victoria berlutut didepan Renjun.
"Renjun, dia siapa?"

Renjun dengan mata dan hidung yang memerah, juga sesegukan kecil yang masih belum hilang itu menatap bibinya sendu.
"Renjun mau-hiks bersamanya bi-hiks!" Kata Renjun sesegukan.

"Tapi Renjun perlu istirahat—"

"Biarkan Renjun bersamanya bibihuwaa..." Tangis Renjun kembali pecah, bocah itu menangisi kehendaknya yang tak kunjung mendapat ijin.

"Biarkan saja Ria!, selagi Renjun senang!,"
"Toh mereka bermain di halaman rumah!, jadi masih bisa kita awasi!" Wei long ikut berbicara.

Mendengar perkataan Wei long, Victoria hanya bisa menghela napas berat kemudian mengangguk pada Renjun. Disusul Renjun yang langsung beranjak dari tempatnya dan menarik pergelangan kecil bocah tadi untuk masuk kedalam rumah.

Sampai di taman samping rumah, Renjun melepas pegangannya kemudian duduk di ayunan kayu panjang dan memerintah bocah tadi untuk duduk disebelahnya.

Bocah itu menurut dan mendudukan diri tepat disamping Renjun.
"Kau sepertinya tidak mau bermain hari ini?" Tanyanya sembari meneliti raut sedih temannya.

Renjun balas menatap bocah imut itu, detik berikutnya dia kembali menangis karena lagi-lagi teringat dengan Ayah dan Ibunya yang sudah tidak dapat lagi ia temui.
"Violin, huwaaa...." tangisnya kencang.

Bocah yang dipanggil Violin itu tampak terkejut, sebelum kemudian memutuskan untuk turun dari ayunan dan berdiri tepat di depan Renjun yang masih menangis kencang.

Violin mendekap tubuh Renjun yang sama kecilnya dengan tubuhnya. Itu yang pertama kali terpikirkan olehnya, karena teringat hal sama yang Ibunya lakukan saat dirinya menangis seperti Renjun saat ini.

Dengan telaten Violin mengusap punggung Renjun, ia tau betul kalau Renjun akan lebih tenang, sama dengannya saat mendapat perlakuan yang sama dari Ibunya.
"Hentikan Renjun!, kau sangat jelek saat sedang menangis!" Ledek Violin sembari melontarkan tawanya.

Sementara dari sudut jendela, dengan senyum teduh Victoria menatap pemandangan mengharukan yang dua bocah diujung sana ciptakan. Disampingnya Wei long juga dengan senyum yang sama setia mendekap tubuh Victoria dari samping.
"Gadis kecil itu penyemangat Renjun, Ria!,"
"Jangan larang Renjun lagi kalau dia ingin menemuinya!" Kata Wei long mengingatkan.

Sekilas Victoria menoleh pada Wei long, kemudian kembali pada pemandangan jauh di depan mereka.
"Eum!, aku harap selamanya gadis kecil itu bersedia meminjamkan pundaknya untuk Renjun!" Victoria menoleh pada pria jangkung disebelahnya.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang