20. Silang

12 5 0
                                    

Sepasang calon pengantin muda itu berjalan memasuki area butik, tiap langkah yang mereka ambil tak sedikit pasang mata yang mengamati. Ada yang kagum, heran, bertanya-tanya benarkah mereka calon pangantin?, ada pula yang menatap tak suka kearah pasangan itu.

Sunoo dan Na Young, sosok yang harus menerima semua jenis sorot mata itu kala mereka menginjakkan kaki di area butik. Risih, itu yang mereka rasakan saat ini. Sunoo yang peka dengan gerak-gerik aneh Na Young, berbisik...
"Abai!, toh mereka nggak kenal kita!,"

Na Young dibuat membelalak mendengar penuturan calon suaminya itu. Oh no!, sesungguhnya Na Young masih sulit menerima garis Tuhan yang satu ini.
"Lo gila!, nggak segampang itu Sunoo!, lo liat kan, semua mata tertuju ke kita!, kita jadi pusat pemandangan disini!" Balas Na Young dengan penuh penekanan.

Sunoo memilih mengalah, dengan menghela napas pendek kemudian ia balas berbisik.
"Ya udah, kita langsung ke ruangan yang udah disewa sama papah aja!, biar lo lebih nyaman!" Katanya, yang diangguki oleh Na Young.

Sebelum berangkat, Sunoo memang diberitahu Ayahnya, bahwa beliau sudah memesankan satu ruang khusus di butik yang akan dikunjunginya bersama Na Young. Dan suatu kebetulan pula Ayah Sunoo berhubungan baik dengan pemilik butik ini, membuat Sunoo lebih lega begitu mendengarnya.

Mereka -Sunoo dan Na Young- sampai di ruangan yang dimaksud Tuan Kim itu. Satu pelayan menyambut baik kedatangan mereka.
"Dengan pasangan Tuan Muda Sunoo dan Nona Na Young?" Tanya sang pelayan, membuat Sunoo dan Na Young sama-sama dibuat geli mendengarnya.

Sial, mereka tak seistimewa itu untuk dipanggil Tuan dan Nona!.

"Panggil nama saja!" Perintah Sunoo, sementara sang pelayan membungkuk tiga puluh lima derajat sembari memohon maaf.

Sungguh, baik Sunoo dan Na Young keduanya ingin segera enyah dari tempat itu. Keformalan para pelayan membuat keduanya geli dan muak. Meskipun mereka tahu para pelayan itu hanya ingin bekerja sebaik mungkin terutama saat melayani tamu istimewa bagi mereka itu.

Sunoo dan Na Young berjalan beriringan memasuki ruangan begitu sang pelayan mempersilakan. Sampai di dalam Sunoo bicara.
"Gue atau lo dulu yang nyoba bajunya?"

"Lo dulu aja deh, kalo gaun kan ribet mending akhiran aja!"

Sunoo menurut, ia berjalan menuju rak dimana tergantung bermacam tuxedo dengan model dan warna yang berbeda. Sunoo mengambil salah satunya, ia baru menyentuh tuxedo berwarna hitam yang tergantung dibagian paling ujung rak saat sebuah suara menginterupsi.
"Eh, eh!, jangan warna item, No!, terlalu biasa!"  Seru Na Young membuat Sunoo mengerutkan keningnya.

"Lo peduli sama penampilan gue?" Tanyanya, yang seketika membuat Na Young gelagapan tidak jelas karena gugup.

"Y-ya, secara kan lo mau seharian disamping gue ntar!, gue nggak mau ya jejer sama cowo yang penampilannya biasa-biasa aja!, gue pengen yang perfect, biar nggak malu-maluin!" Tutur Na Young.

"Dih, gue yang pake lo yang ngatur!"

"Nurut aja ngapa si, No!" Bentak Na Young.

"Mana ada suami tunduk sama istri!, yang ada Istri yang harus tunduk sama suami!"

"Nurut yah bukan tunduk!, pinter-pinter bedain dong!"

"Nggak penting, ujungnya juga lo bakal tunduk ke gue ntar kalo udah sah?"

"Ngapa jadi bahas itu si!,"

Sunoo tak menjawab lagi, ia hanya mengedikkan bahu sekali tanda tak peduli. Sementara di sudut lain, pelayang yang sedari tadi menyaksikan perdebatan calon pengantin itu dibuat membelalak tak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Pelayan itu sibuk membatin mengenai sikap pasangan itu sembari menggeleng tak habis fikir.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang