25. Bego

17 6 0
                                    

"Eh, bangun woi!"

Suara Eunji melengking di telingaku.
"Eemmhh, males ah..."

"Apaan, nggak ada males-malesan! Buru bangun mandi terus berangkat!"
"Eh, olahraga lhoh jam pertama kelas kita hari ini! Lo lupa mau ada penilaian senam lantai, hah?"

"Agh, brisik banget si, Ji!"
"Gue nggak mau berangkat, awas gue mau lanjut tidur!" Menyingkirkan tangan Eunji dari ujung selimut, kemudian menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh tubuhku.

Sungguh, tak ada sedikitpun mood baik untuk memulai hari ini.

"Ish! Gue tinggal nih,"

"Emm..."

"Serius?"

"Iyaah..."

"Bener-bener ya lo."

---

Belum sampai lima menit Eunji meninggalkan kamarku, samar-samar aku mendengar pintu kamarku yang kembali terbuka. Kesadaranku belum sepenuhnya menghilang kala itu.

Ceklek

"Bangun dek, nggak boleh males sekolah, udah kelas dua belas lho, bukan tk lagi!" Kak Dio menyibakkan selimutku dengan kasar.

"Ish, apaan si, Daelin nggak mau sekolah! Daelin males ketemu Sunoo!" Seruku, berniat menaikkan kembali selimutku tapi Kak Dio dengan cepat menarik ujung lain pada selimut itu.

Terjadilah aksi tarik-menarik selimut antaraku dan Kak Dio yang sepertinya enggan menyerah begitu saja.
"KAAAK!!"

"Kamu mau bolos sekolah cuma gara-gara males ketemu sama Sunoo, hm?"
"Ck, jangan harap kakak bakal ijinin!"

Bret!

Kak Dio berhasil merebut selimut itu dariku, kemudian melemparnya ke lantai. Aku yang posisinya sudah terduduk diatas ranjang menatap selimut malang itu, kemudian berganti menatap Kak Dio tajam menusuk.

"Apa?"
"Masih mau ngelawan?"

"Kak Dio ngeselin!" Seruku, kemudian mengambil boneka pandaku, memeluknya dan kembali tidur tanpa selimut. Masa bodo dengan Kak Dio yang masih berdiri tegas ditempatnya.

"Hhh, punya adek gini amat!"

"Eh! KAK!!!"
"TURUNIIN NGGAK?!!"
"DAELIN, NGGAK MAU BERANGKAT SEKOLAAAH!!!"
"KAK DIOOO!!"
"IBUU, AYAAAH... TOLONGIN DAELIIN! KAK DIO NAKAL SAMA DAELIIN!!"

Kalian tahu? Kak Dio menggendongku dipundaknya!. Apa tidak kurang ajar?!. Aku ini adiknya! Kenapa diperlakukan layaknya karung beras, hah?.

Brugh.

"Dah, mandi!"
"Sepuluh menit nggak selesai, kakak dobrak pintu kamar mandinya!" Tegasnya, kemudian menutup pintu kamar mandi.

Blam!

"AGHH!! KAK DIO NGESELIN!!"

---

Semua perlengkapan sekolah yang dibutuhkan hari ini sudah Mark siapkan. Ia dengan segera menggendong ranselnya, dan beranjak keluar dari kamarnya menuju meja makan dimana semua keluarganya berkumpul.

My First and Last | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang