Yakin persahabatan kalian nggak ngandelin perasaan? Cowok-cewek? Tanpa ada rasa suka? Yakin?
Yang satu nganggep dia kayak dunianya sendiri.
Satunya lagi nggak nganggep apa-apa, tapi kalau pas gak bareng kok rasanya aneh.
Mau sampai kapan merasa kaya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seminggu.
Atau mungkin lebih.
Genggaman di hape gue nggak pernah lepas dengan mata yang terus fokus ke layar. Gue nggak tahu kenapa akhir-akhir ini sering banget cek hape dengan harapan bakalan ada seseorang yang mengabari gue kabar walaupun itu cuma sekadar balasan singkat atau apa pun yang menandakan bahwa dia sibuk beneran. Daripada keheningan di hape gue yang sama sekali nggak adanya notifikasi dari dia.
Oke. Pertama, hape gue memang sepi. Kedua, cuma orang-orang tertentu aja yang punya nomor gue karena gue sangat menjaga ketat privasi. Ketiga, gue nggak tahu alasannya kenapa dia nggak mengabari gue disaat biasanya setiap detik dia selalu kirim gue pesan atau spam telepon.
"Aduh adek aku, ngelihatin hape mulu." Jongdae datang dari pintu luar, melepaskan syal beserta mantel yang kemudian dia taruh di hanger, lalu duduk di samping gue sambil menyandarkan punggungnya. "Kenapa sih sama hape kamu?"
"Baekhyun kehilangan hape, ya?" asumsi gue untuk diri sendiri, menghiraukan Jongdae yang mungkin sekarang mengerutkan dahinya nggak mengerti. "Masa dia lupa sama nomer hape aku?"
"Baekhyun... kenapa emang?"
Gue bangkit dan menatap Jongdae dengan kernyitan di kening, gue nggak tahu kenapa gue ngelakuin itu. Harusnya sebagai adik yang baik —Iya, si Jong Chen adalah kakak tiri gue— gue harus menjaga kesopanan dengan benar, tapi malam ini gue marah tanpa sebab.
"Ih, nakutin," komentar Jongdae sambil menyilangkan kedua tangannya sebagai tameng karena dia tahu kalau gue akan menyerangnya setelah dia mengatakan itu. "Aduh, duh, sorry, cuma bercanda. Hahaha."
"Nyebelin banget sih jadi kakak!" teriak gue kesal sambil terus memukulnya tanpa henti. "Rasain nih pukulan Hara!"
Baru beberapa minggu gue tinggal di sini, ada yang berbeda dari diri gue sendiri.
Gue merasa jadi lebih terbuka dengan semua orang yang ada di sini, lebih bisa mengungkapkan isi hati yang gue rasakan saat itu juga. Gue merasa jadi lebih bisa mengekspresikan segalanya dengan mudah.
Mungkin karena faktor lingkungan, di sini gue disambut baik. Dari pertama kali menjejalkan kedua kaki di depan rumah Jongdae yang nggak jauh dari KJC Departemen Store —dekat pantai juga loh. Ayah Jongdae langsung memeluk gue dengan erat, membuat gue bingung dan kalut dengan pikiran gue sendiri, lalu disambung dengan pelukan Mama yang sama eratnya.