Chapter 17
Line Without a Hook
***
Baekhyun
"Haanaaaaaaaa!"
Hana berlari dengan langkahnya yang tergesa sambil memeluk beberapa berkas begitu keluar dari mobil. Hari ini ada rapat di Comic Cafe —toko bukunya Kyungsoo.
Gue berharap sih nantinya nggak bakalan ketemu sama dia. Nggak tahu kenapa setiap kali gue nggak sengaja lihat dia diradius lima meter aja gue langsung bersembunyi. Terkesan kayak punya dosa ya? Tapi memang bener kok. Hehe.
"Ya, Paaak!" suara cempreng di belakang sana membuat gue berhenti dan menoleh ke belakang. Memang ya, kalau dasarnya tukang heboh yang kemana-mana nggak bisa kalem kayak gue, dipaksain diam juga yang ada malah kelihatan aneh. "Tungguin dong, Pak!"
Gue memutar kedua bola mata malas. "Ya jalan kamu cepetan makanya!"
"Ya saya nggak bisa dong kalau barang bawaan saya banyak begini, Pak!" protes Hana, berjalan cepat menghampiri gue sambil terus mengeluh.
Gue mendengus kesal. "Yaudah sini!" seru gue, berusaha mengambil beberapa berkas dipelukannya. "Bawel banget deh kamu, kemarin coba, diem-diem kayak orang bisu."
Sekarang, gantian dia yang mendengus kesal. "Itu kan kemarin, Pak. Sekarang enggak." nyinyir dia, nggak terima. "Bawa yang banyak, Pak, sekalian."
Gue mendelik yang dibalas dengan cengiran bodohnya. Buset dah, adik Sehun nggak tahu sopan-santun banget. Dari awal kerja sampai sekarang kenapa gue masih betah-betah aja ya angkat dia sebagai sekretaris gue, padahal kinerjanya juga nggak bisa dibilang bagus, malah kebalikannya.
Kerjaannya cuma teriak, ngeluh, dan marah-marah —seharusnya kan gue yang berada di posisi itu. Tapi ini, malah gue yang kelihatannya takut-takut dengan emosinya yang temperamen.
Tapi kenapa gue juga nurut-nurut aja ya?
"Terus kenapa kok kemarin diam?" tanya gue, meneruskan langkah kaki dengan didampingi olehnya dari samping. "Kamu beberapa minggu lalu kelihatan nggak mood gitu? Kenapa, capek? Mau resign?"
Tiba-tiba matanya melotot. "Enggak lah Pak!" teriaknya kencang, sempat menghentikan langkah sebentar.
"Terus?"
"Nggak tahu." Tiba-tiba nyengir lagi. "Hehehe."
Lagi, gue memutar kedua bola mata malas sambil mengutuk dia berulang kali. Coba aja kalau dia bukan adiknya Sehun, mana mau gue baik-baikin dia kalau aja Hara nggak ngancam gue, "Baik-baik, ya sama Hana, kakak ya udah bantu gue banyak banget. Tolong jaga dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know (END)
FanfictionYakin persahabatan kalian nggak ngandelin perasaan? Cowok-cewek? Tanpa ada rasa suka? Yakin? Yang satu nganggep dia kayak dunianya sendiri. Satunya lagi nggak nganggep apa-apa, tapi kalau pas gak bareng kok rasanya aneh. Mau sampai kapan merasa kaya...