24. Nostalgic Night

94 18 8
                                    

Chapter 24

Nostalgic Night

×××

Baekhyun

"Coba omongin baik-baik sama dia, jangan kayak Kyungsoo yang minta break dengan penjelasan minim. Kasih tahu dia pelan-pelan, kalau dia tahu kondisi lo semuanya -dari hal kecil sampai besar, dia pasti paham dengan keputusan yang lo buat."

Omongin baik-baik. Omongin baik-baik. Omongin baik-baik.

Kenapa segala hal yang berhubungan dengan Hara jadi terbayang begitu susah sih?

Gue nggak tahu apakah keputusan gue ini benar atau nggak. Tapi gue sangat membenci orang-orang yang menjadi alasan Hara sedih, gue selalu pengen menjotos wajahnya dengan tangan gue sendiri atas kesalahan mereka yang buat Hara sedih.

Terus sekarang, seandainya keputusan gue ini membuatnya sedih sampai dia nangis berhari-hari dan lupa makan, lupa segalanya. Apa gue harus menjotos pipi dengan tangan gue sendiri?

"Bos?"

Lamunan gue terbuyar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lamunan gue terbuyar. Gue melihat Hana berdiri di dekat pintu sambil tersenyum ke arah gue. "Iya Hana, kenapa?"

"Waktunya pulang." lanjutnya, sepertinya nih anak satu pengen ngajak pulang bareng kayak kemarin-kemarin.

Kemudian mata gue melirik ke arah jam kecil di sisi kiri meja dekat bingkai foto gue dan Hara. Jam 9 malam. Seharusnya dari dua jam yang lalu jam kerja telah usai, hanya saja ada rapat mendadak dengan BA kesayangan kita, Kim Kai.

"Oh, kamu pulang aja dulu." Gue bangkit untuk membereskan semua kekacauan dimeja kerja gue. "Saya mau mampir ke suatu tempat."

Mendengar hal itu, Hana terlihat antusias. "Kemana, Pak?"

Gue diam sejenak untuk mengamati gelagatnya. "Pergi. Ke suatu tempat. Yang sepi," balas gue sedikit menekan setiap ucapan yang gue keluarkan.

Hana langsung diam. Wajahnya berubah sedih. Matanya tertuju ke bawah, bibirnya mengerucut yang sesekali terdengar gumaman kecil. Perubahan mimik wajahnya terlihat sangat jelas. Dia seperti ngambek.

Akhir-akhir ini, semenjak gue suka dengan tempat sepi, Hana jadi satu-satunya orang yang menentang dengan hal itu.

Menurutnya, tempat sepi dan gue yang jadi diam adalah kombinasi terburuk di sepanjang hidupnya.

Tapi, kan, ini hidup gue. Hubungannya sama dia apa?

"Bos, jangan stres gitu dong." lirih dia dengan nada memohon, matanya menatap gue iba. "Sedih saya lihat Bos kayak gini."

You Never Know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang