Rollin'

149 50 23
                                    

Chaeyoung masih tidak percaya, kemarin ia datang ke acara pernikahan Eunwoo dengan gaya yang benar-benar mewah. Gaun panjang berwarna hitam dengan potongan off shoulder v-neck yang memperlihatkan bahu goalsnya, mahkota berwarna hitam dengan banyak potongan berlian besar, serta high heels yang juga tak kalah hitamnya. Belum lagi makeup yang dibuat sedikit bold.

Cocok jadi pemeran villain.

Cewek itu bahkan merasa seperti tengah melayat namun secara elegan karena berpakaian serba hitam dari atas sampai bawah. Hey, Chaeyoung seperti tengah berduka di antara orang yang sedang bahagia. Bukannya semua orang tau jika hitam itu bisa disebut lambang kematian?

Salahkan para dedemit yang terus saja memaksa!

Chaeyoung langsung menjadi pusat perhatian, cewek itu terlihat seperti tengah mengutuk pernikahan Eunwoo agar tidak bahagia.

Anjir, kejam banget.

"Kamu sebenernya sedih gak, sih?" Seungyoun terus saja bertanya seperti itu dari kemarin, Chaeyoung sampai bosan mendengarnya.

Awalnya, para anak kos mengira jika Chaeyoung akan bangun dengan keadaan berantakan karena ditinggal nikah sang pujaan hati, minimal mata sembab lah. Tapi nyatanya, cewek maniak stroberi itu terlihat segar-segar saja. Nyaris tanpa beban.

Harusnya Chaeyoung galau, kan? Kok...

"Kan udah dibilang kalo air mata aku itu berharga. Gak percayaan banget!" sungut Chaeyoung lalu menjitak kepala Seungyoun dengan sekuat tenaga.

"Gue tau sekarang, lo selama ini cuma kagum doang ternyata. Jadi sebenernya lo naksir siapa, sih?" Chaeyoung mematung, bingung dengan pertanyaan Yunho.

"Gak ada."

Owalah, asem!

Semangat anak kos—apalagi Yunho, Juyeon, sama Seungyoun—yang sempat membara kembali dibuat padam. Chaeyoung memang jahat!

"Udah jangan berisik, Ibu negara telpon, nih." Chaeyoung memberi isyarat agar semuanya diam saat panggilan telepon dari sang ibu tercinta terpampang nyata dilayar ponselnya, "halo, Bu?"

"Nak, bisa pulang sebentar? Ada yang mau kenalan sama kamu. Ibu tunggu."

Singkat, padat, dan jelas. Sambungan pun terputus.

Ini maksudnya, Chaeyoung dijodohkan begitu? Memangnya Chaeyoung semengenaskan itu apa? Sang Ibu negara pasti tidak tau jika di sini Chaeyoung jadi bahan rebutan.

ting!

Ibu negara;

itu orangnya, ganteng kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

itu orangnya, ganteng kan?



"Lah? Bang Donghan?!" Yohan memekik saat melihat foto yang dikirimkan oleh Ibu Chaeyoung. tadi niatnya ngintip sedikit, eh, ternyata Yohan kenal sama orang yang mau dijodohkan dengan si penjaga kosan.

"Mana liat, mana?"

Ponsel Chaeyoung berhasil direbut, anak kos berkerumun membentuk lingkaran sementara Chaeyoung tersisihkan. Dasar kurang ajar!

"Titip hp, mau beberes dulu." kata Chaeyoung lalu berjalan menuju kamarnya.

Duh, Chaeyoung tidak tau apa jika ada sepasang mata yang menatap sedih ke arahnya?






🌼🌼






"Ngapain lo, Bang?"

"Kaget, setan!" Juyeon menggeram. Hampir saja ia menjatuhkan ponsel mahalnya untuk menghajar Yunseong. "Abis nelpon Bonyok."

"Gimana kabar Dayeon?"

"Tanya sendiri, lah. Gue udah jarang kontekan sama dia sekarang." sahut Juyeon lalu memasukan ponselnya ke kantong celana.

"Apalagi gue, masih gue blokir soalnya." Yunseong cengengesan saat mendapat pelototan tajam, "kalo emang suka, kejar aja. Jangan ampe lo kayak gue, ditinggal nikah."

Juyeon berdehem, Yunseong pasti mendengar percakapannya bersama Sang Ibu tadi. Bukannya enggan berterus terang, hanya saja—Juyeon tau jika Chaeyoung tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Resiko ditolak lebih besar dibanding diterima. Juyeon hanya—belum siap patah hati.

Pengecut memang.

"Ngapain kalian mojok di sana? Nonton bokep, ya? Gak ada akhlak dasar." cibir Byungchan yang membawa camilan ditangannya. "Kumpul dulu, kita anterin Chaeyoung ampe depan gerbang."

"Kalian duluan, gue—"

"Udah buruan." potong Yunseong lalu menyeret Juyeon sampai ke depan gerbang.

"Emang kamu beneran mau kalo misal dijodohin, Dek?" Seungyoun sebenarnya rela tidak rela, meski sekarang sudah menganggap Chaeyoung benar-benar seperti adiknya, rasa tidak ikhlas itu masih ada.

"Abisnya, Ibu udah nungguin di rumah tapi gak ada yang datang." cibir Chaeyoung sambil melirik ke arah—Juyeon?

Eh? Benarkah?

"Kalo gue dateng sekarang gimana?" Seungyoun sekali lagi berusaha.

"Ngapain?"

"Ngajak Eric nyolong mangga tetangga, ya lamar kamu, lah." kata Seungyoun kedip-kedip manja. Membuat semua muntah seketika. "Bercanda. Dek, kalo misal ternyata ada indikasi gak bener dari dia, lapor Abang, ya?"

Chaeyoung tersenyum, mengangguk paham. Meski terkadang menyebalkan, Seungyoun tetap jadi andalan.

"Sepi banget, gimana kalo kita uji nyali lagi? Honda jazz masih nunggu di jemput juara." Hangyul menaik turunkan alisnya.

"Dahlah!" Soobin dan juga Yunho segera masuk ke kamar. Sewot, sih. Tapi— kok mereka berdua jadi kangen sama momen waktu di rumah terkutuk kemarin, ya?

"Apa lo?" Yohan berjalan mundur sampai ke depan kamar sambil melotot. Disusul oleh Hyunjin yang juga melayangkan tatapan mematikan pada Hangyul.

"Honda jazz doang mah, gue bisa beli sekarang juga." sombong Yunseong lalu menunjukkan saldo rekeningnya. "Tapi boleh, lah. Gabut juga gue."

"Gue gak ikut, ada rapat sama Ivan Gunawan." kata Seungyoun sebelum berjalan menuju parkiran.

"Gue—"

"Kalian berdua wajib ikut!" potong Hangyul sebelum Juyeon dan Byungchan menolak tantangan.

Ditambah anak kosan mellivin, pasti semuanya berjalan dengan lancar (r:rusuh). Duh, jadi gak sabar.








[ k o s a n    n e v a e h ]

KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang