Ada pepatah bilang tong kosong nyaring bunyinya—yang mana artinya kurang lebih, alah bacot.
Tapi itu hanya pepatah, gak ada nyambung-nyambungnya sama chapter kali ini oke.
Bicara soal pepatah, sepertinya pepatah yang paling pas adalah, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.
Gak ada maksud khusus, sih, soalnya beneran tupai jatuh dari atas pas lagi loncat. Chaeyoung aja sampe heran, itu tupai datang dari mana coba? Nambahin kerjaan aja. Kan, Chaeyoung jadi harus naik buat benerin genteng yang kebetulan itu genteng kamarnya Hwall, model yang belakangan ini viral karena tubuhnya yang aduhai.
"Kak, hati-hati!" teriak Hyunjin dari bawah. Chaeyoung mengacungkan jempolnya sebagai respon. Hyunjin ini gak tau kenapa jadi nempel banget sama Chaeyoung, katanya, sih, karena Chaeyoung ngingetin dia sama almarhumah kucingnya.
Tuh, buktinya Hyunjin rela selonjoran di bawah nungguin Chaeyoung—modusnya takut Chaeyoung jatoh—ditemenin sama Yunseong yang lagi ngemil dengan muka lempengnya.
"Ngapain lo?" tanya Hyunjin saat Soobin ikut duduk disampingnya.
"Nungguin Kak Chaeyoung, lah. Mang napa? Gak boleh?" jawab Soobin sedikit sinis.
Gak ada angin gak ada hujan gak ada petir gak ada kehidupan(?), entah sejak kapan Hyunjin dan Soobin mulai bermusuhan. Tapi sepertinya sejak Soobin kepergok nganterin Lia— gebetannya Hyunjin pulang, deh.
"Mau nikung lagi lo?" tuh, kan.
"Selagi belum resmi kenapa enggak?"
"An—"
"Jin, inget." potong Yunseong tiba-tiba, "moto kosan kita yang telah disepakati bersama."
"Sebelum janur kuning melengkung, kita wajib nikung. Kalo keburu melengkung? Ya tetep tikung!" kata Soobin dan Yunseong bersamaan lalu high-five setelahnya.
Hyunjin yang merasa kalah memilih memanyunkan bibirnya sambil memikirkan strategi untuk membalas dendam.
"E-eh ini apaan?" mendengar suara Chaeyoung membuat ketiganya refleks menoleh. Di sana ada Hwall yang tengah memberi paperbag dari brand ternama untuk Chaeyoung.
"Sebagai ucapan terimakasih." jawab Hwall dengan muka yang tak kalah lempeng dari Yunseong.
"Gue cuma benerin dua genteng yang jatoh dan lo bayar gue sama baju seharga lima juta?" Chaeyoung mendadak syok. Sementara Hyunjin dan Soobin mendecih kesal, Yunseong masih fokus dengan cemilannya.
"Lima juta doang."
"Doang?"
"Kalo gak suka jadiin lap aja."
Sumpah ya, Chaeyoung tuh paling nggak ngerti sama jalan pikiran anak kosan sini. Ganteng, sih. Tajir melintir juga, tapi sayang otaknya pada sableng.
"Gue gak boleh kalah!" kata Hyunjin abis itu buru-buru telepon seseorang nyuruh buat beliin barang yang lebih mahal.
Begitu juga dengan Soobin, dia buru-buru nyuruh Papanya—si ganteng Choi Siwon untuk membeli barang bermerek lebih dari tiga untuk Chaeyoung.
Sementara Yunseong—
ddrttt! ddrrttt!
"Halo? Ini siapa, ya?"
"Benar ini dengan saudari Son Chaeyoung?"
"Iya benar saya sendiri."
"Saya juga lagi sendiri Mbak, ehe."
"……"
"Maaf. Kami dari pihak perkebunan stroberi yang kemarin di beli oleh seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya namun berinisial HYS atas nama Son Chaeyoung. Mengharapkan kedatangan Mbak untuk pemindahan hak milik."
"Apaaa?!"
ting!
Yunseong (nomor 5);
gimana kak? suka sama hadiah aku? minggu depan nonton yuk? atau kak chaeyoung mau nonton disini aja? aku beliin home theater ya?Beberapa detik kemudian, Chaeyoung jatuh tak sadarkan diri.
「k o s a n n e v a e h」
[!!]
jangan terkecoh sama judul karena setiap judul di work ini pake lagu-lagu twice. aku suka bingung ngasih judul wqwq.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』
FanficSemua kisah amburadul ini bermula dari Son Chaeyoung yang ditawari pekerjaan yang dibilang susah tapi gampang, gampang tapi beresiko- jaga kosan. Dengan iming-iming gaji besar dan (katanya) anak kos yang tidak pelit, Chaeyoung akhirnya bersedia. Tid...