Hold Me Tight

295 78 67
                                    

Setelah hampir dua minggu menemani operasi sekaligus masa pemulihan Juyeon di Jepang, Chaeyoung dan yang lain kini sampai kosan. Tentu saja ada acara penyambutan dan saling bertukar oleh-oleh, sesuai tradisi dan kebiasaan.

Dan suasana pagi hari ini adalah suasana yang paling, paling, paling Chaeyoung rindukan. Suara berisik speaker yang nyetel lagu dangdut, beberapa orang rebutan kamar mandi, ada yang sibuk nyuci mobil, dan ada yang sudah siap berangkat kerja.

Entah kenapa, rasanya pagi ini Chaeyoung betah sekali memperhatikan aktivitas mereka, satu detikpun tak ada yang terlewat, dari awal mereka keluar kamar sampai satu persatu mulai keluar gerbang. Seolah jika ada yang terlewat, Chaeyoung tidak akan bisa melihat pemandangan seperti ini lagi.

"Pagi, cantik." sapa Seungyoun dengan senyuman lebar.

"Pagi, Abang." balas Chaeyoung dengan senyuman tak kalah lebar.

Biasanya selalu ada kata makian tiap kali Seungyoun menyebut Chaeyoung dengan sebutan cantik, tapi kali ini—Chaeyoung menyambutnya?

Seungyoun berdehem gugup, apa ini artinya Chaeyoung mulai membuka hati? "A-abang masuk dulu." pamit Seungyoun yang sudah tidak tahan untuk tidak menjerit.

"Mau kemana?" tanya Chaeyoung pada Yunho yang sepertinya tengah kesulitan memakai dasi.

"Mau ada acara peresmian, Ce. Ribet banget, dahlah gak usah pake dasi aja. Masih gagah ini gue." jawab Yunho hendak melepas kembali dasi yang melingkari lehernya, namun ia urungkan karena Chaeyoung menahan tangannya.

"Sini gue bantuin," Chaeyoung tersenyum tipis, "nunduk bentar, dong, beruang! Lo ketinggian!"

Yunho memperhatikan wajah Chaeyoung yang tengah serius memasang dasi. Guratan merah muda samar terlihat di pipi si penerima julukan beruang itu.

"Makasih." Yunho tersenyum tulus, dibalas senyuman pula Chaeyoung.

"Ih, padahal aing udah geer." Seungyoun yang memang mengintip seketika menghentakan kakinya sebal.








🌼🌼






Kini langit sudah berubah warna menjadi gelap, tanda jika malam mulai tiba. Sebagian besar anak kos sudah pulang, hanya Chaeyoung dan si kembar Hwang saja yang memang sedang ada urusan.

Chaeyoung tengah mengantar dayeon ke bandara, dan si kembar Hwang yang tengah sibuk dengan praktikumnya.

"Kok Chaeyoung belum balik juga, ya?" tanya Seungyoun dengan raut wajah khawatir.

"Mungkin masih nemenin Dayeon." jawab Eunwoo berusaha tenang. Memang tidak biasanya Chaeyoung pulang terlambat.

"Dayeon udah sampe Beijing, ini tadi baru dapet kabar dari Juyeon." info Seungwoo.

"Juyeon ikut kesana?" tanya Byungchan.

"Dia emang udah rencana mau nganter Adeknya nyampe asrama di sana. Mungkin dapet izin dari rumah sakit." jawab Dylan yang memang sudah tau soal rencana Juyeon memberi kejutan pada Adik kesayangannya.

"Terakhir whatsappnya aktif jam lima sore. Pas gue tanya lagi di mana, Chaeyoung bilang dia ketemu sama temen lamanya. Dahyun kalo gak salah." kata Yohan.

"Dahyun? Cewek dong ya berarti." Hangyul cengengesan. Takut aja ternyata Chaeyoung ketemu... mantan.

Mengabaikan teman satu kos nya yang masih mengkhawatirkan Chaeyoung, diam-diam Yibo dan Yunho menelpon dan mengirim pesan pada gadis itu puluhan nyaris ratusan kali, namun hasilnya nihil. Whatsappnya centang satu dan nomornya tidak aktif.

Meski begitu, keduanya enggan menyerah. Mereka terus mencoba sampai akhirnya sosok perempuan yang sedari tadi mengusik pikiran mereka muncul dengan senyuman manisnya.

"Dek? Dari mana aja, sih? Kita semua khawatir tau!" pekik Seungyoun girang sampai menggenggam tangan Chaeyoung, "kamu kok dingin banget?"

Alih-alih menjawab pertanyaan sederhana Seungyoun, Chaeyoung malah menatap satu persatu laki-laki di sana yang juga tengah menatapnya dengan perasaan lega. Tatapan gadis itu sangat dalam, senyuman manisnya masih tersungging dibibir. Chaeyoung masih terus bungkam.

"Udah, Chaeyoung pasti capek. Mending kita langsung aja siapin bahan barbeque. Ajak kosan sebelah, tadi kita beli daging banyak." usul Eunwoo yang langsung disetujui oleh semua.

"Saya aja yang panggil."  Seungwoo pamit untuk mengajak anak kosan mellivin untuk ikut bergabung.

Kalau salah satu tidak ada yang mengulurkan tangan untuk menyudahi perang dingin, sampai kapanpun kedua kubu tidak akan pernah bisa berdamai, kan?

Malam itu sangat berkesan sepertinya. Dengan bergabungnya Yunseong, Hyunjin, dan anak kosan mellivin. Meski Chaeyoung masih tetap diam, setidaknya eksistensi gadis itu sangat berarti untuk sebagian besar orang-orang disana.

"Akhirnya gue bisa makan daging tanpa nunggu lebaran atau tetangga hajatan lagi." ujar Mingyu dramatis.

"Udah ngapa bang jangan norak, malu." seperti biasa, kosan mellivin tidak akan lengkap tanpa nyinyiran Jaemin.

"Bacot lo dilan." sewot Mingyu.

"Paan? Manggil gue lo?" sahut Dylan yang asli.

jrenggg!

"Tuhan kirimkanlah akuuuu, kekasih yang baik hatiiii—"

"Udah, Bang, udah. Lo ngomong aja fals pake sok nyanyi segala." kata Hwall saat Yohan hendak membuka mulut untuk melanjutkan nyanyi.

"Ini karena gue lagi sebel ya kucing. Gak tau apa lo kalo gue pernah juara lomba nyanyi se kecamatan?"

"Serah, dah."

"Lo jangan curang dong, Malika!" Sehun menatap tajam Kai.

"Siapa itu Malika? Cewek? Cakep gak? Kenalin atuh sama gue, bosen sama Jennie atau Krystal." Kai cengengesan.

"Boleh duduk disini?" tanya Eunwoo dengan suara lembut. Chaeyoung menoleh lalu mengangguk pelan.

Hening, tidak ada obrolan antara mereka. Bahkan sampai Byungchan dan Yunho ikut bergabung pun, Chaeyoung masih tetap diam. Tidak menanggapi ketiganya yang sudah beberapa kali mencoba membuka obrolan.

"Bang, kayaknya ada yang aneh sama Chaeyoung hari ini." bisik Yunho pada Eunwoo dan Byungchan.

"Iya, biasanya kalo deket-deket Chaeyoung tuh bawaannya adem. Tapi kok sekarang dinginnya nusuk banget, ya?" Byungchan ikut berbisik.

Eunwoo menoleh, memperhatikan Chaeyoung yang masih setia memperhatikan kerumunan orang-orang di depannya, "Byungchan, Yunho—"

"Hah?"

"—bayangan Chaeyoung gak ada."

🎵hancur hancur hancur hatiku, hancur hancur hancur hatiku, hancur hancur hancur hatiku, hatiku hancur~🎵

"Bentar gaes ada telpon." kata Seungyoun sambil merogoh kantong celananya.

"Buset nada deringnya—" Jaemin mengurungkan niat nyinyirnya. berabe ntar kalo diusir, dia belum kenyang makan daging.

"Halo?....iya saya Cho Seungyoun, ini siapa, ya?....Chaeyoung? Gak usah bercanda! Chaeyoung ada di sini sekarang!" mata Seungyoun memerah, guratan di lehernya terlihat jelas, "....."

"Bang? Kenapa?" tanya Hyunjin khawatir.

"Bang?" tegur Yunseong. Seungyoun bergeming, bahu tegapnya merosot, pria itu gemetar, orang paling heboh di kosan– menangis dalam diam.

"Youn—"

"Chaeyoung.... kecelakaan." Seungyoun berkata lirih.

"Jangan bercanda!"

Semua yang ada disana sontak menoleh pada Chaeyoung. gadis itu tersenyum manis, seolah memang ia mengatakan salam perpisahan. Bersamaan dengan dinginnya malam yang semakin menusuk, sosok Chaeyoung pun menghilang.







k o s a n     n e v a e h

KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang