Ding Dong

202 54 19
                                    

Gelap, pusing, pengap, dan sesak.

Itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan oleh Jerapah.

Tunggu, bukankah ia sudah mati? Bagaimana bisa ia duduk dengan kondisi terikat di atas kursi?! Dan lagi, sejak kapan rambutnya menjadi sepanjang ini? Yang paling penting, kenapa buah dadanya tumbuh seperti perempuan?!

"Eh bajingan, lo apain gue— kenapa suara gue jadi feminim gini?!" amuk Jerapah saat ia sudah sadar sepenuhnya, menatap nyalang Jungkook, Junhoe, Dylan, Yunho, Soobin, Mingyu dan juga Jaemin.

"Ucok?" panggil Jungkook mencoba memastikan.

"Apaan, sih, sok kenal."

"Anjir, ritual pemanggilan arwah ini berhasil ternyata." Junhoe bertepuk tangan merasa bangga.

"Lo masukin arwah gue ke badan siapa?" tanya Jerapah bingung.

"Lily."

"Hah? Lepasin iketannya atau gue bunuh lo semua!" Jerapah kembali mengamuk. Membuat semua orang yang ada disana refleks mundur karena takut, "gue mohon lepasin iketannya, kalo Lily sadar, dia bakal ngerasa sakit. Gue janji bakal jawab semua pertanyaan kalian, gue juga gak bakal nyakitin kalian, kok. Plis ya, gue mohon."

Melihat Jerapah memohon dan berusaha melepas ikatan dengan hati-hati membuat mereka bertujuh menjadi iba, dengan ragu-ragu, Junhoe mengambil gunting lalu melepas ikatan itu pelan-pelan.

Arwah penasaran itu menepati janjinya, setelah ikatan dilepas, ia mengusap bekas ikatan dilengan Lily dengan lembut, bibirnya terangkat sedikit, hatinya mencelos. Jika saja ia masih hidup, mungkin ia bisa menyentuh kulit ini sesuka hatinya.

"Jadi dia, alesan lo gak mau pergi ketempat seharusnya?" tebak Dylan sok tau.

"Iya."

"Ada hal yang belum lo sampein sama dia makanya lo tetep ada di sini, kan?" kali ini Yunho yang menebak.

"Iya."

"Lo naksir dia?" tanya Jungkook.

"Iya."

"Tapi lo gak ada niatan bawa dia ke alam lo, kan?" tanya Junhoe.

Jerapah melirik tajam Junhoe lalu tersenyum miring, "kalo bisa, kenapa enggak?"

Sontak semua yang ada di sana mengepalkan tangannya emosi, perasaan bersalah itu menghantam dengan keras. Seharusnya ia tidak melibatkan Lily dengan ritual ini.

Kalau nanti Wooseok benar-benar membawa Lily pergi, mereka pasti akan habis dihajar oleh Chaeyoung, belum lagi Seungwoo yang selama ini gigih mengejar. Tamat sudah, semuanya akan tamat.

"Gue udah lama nunggu dia, bro. gue udah lama sayang sama dia. Sekarang kalian kasih gue kesempatan buat bawa dia, makasih, loh." suara tawa menyeramkan menggema dengan jelas, membuat merinding siapapun yang mendengarnya.

"Bang—" lirih Soobin.

Wooseok menatap satu persatu wajah tegang di sana. Aura ketakutan itu jelas sekali terasa. Mereka saat ini mirip dengan kerupuk yang dibasahi air, melempem.

"Anjir, gue bercanda kali." Wooseok tergelak.

Andai yang dimasuki oleh Wooseok itu bukan tubuh Lily, sudah pasti mereka baku hantam sejak tadi.

"Lo!" tunjuk Wooseok pada Jaemin, "lo gak inget pernah kencing sembarangan di rumah itu?"

"A-alah ngarang, gak mungkin gue—"

"Ngaku!"

"Iya, ampun! Gue kebelet banget waktu itu, ampun... maafin gue..." untuk pertama kalinya, si tukang nyinyir, Na Jaemin, melempem seperti ini.

KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang