Likey

258 73 43
                                    

Dengan tumbangnya Juyeon kemarin tentu saja membuat kepanikan di antara anak kos menjadi bertambah. Meski sedikit kesal karena Chaeyoung menyebut nama Juyeon, rasa khawatir mereka jauh lebih besar. Walau bagaimanapun, mereka sudah lebih lama mengenal Juyeon dibanding Chaeyoung—kecuali Seungyoun dan Yunho.

Setelah sedikit bernegosiasi dengan pihak rumah sakit, akhirnya Juyeon dengan Chaeyoung dirawat dalam kamar yang sama. Bukan karena irit biaya, hanya saja jika mereka disatukan, akan lebih gampang menjaga mereka nantinya.

Chaeyoung yang sempat sadar kembali menutup mata indahnya. Gadis itu hanya membuka mata beberapa menit untuk menatap satu persatu anak kos yang selama ini selalu menemaninya. Chaeyoung menatap Eunwoo, Yunho, dan juga Seungyoun agak lama, sampai akhirnya mata indah itu menatap Juyeon secara lekat lalu kembali pada tidur panjangnya.

Dua hari kembali berlalu, mereka tak tau kapan hari bahagia itu tiba, mendengar kabar atau melihat secara langsung jika Chaeyoung dan juga Juyeon kembali seperti semula. Namun faktanya, baik Chaeyoung ataupun Juyeon, keduanya masih enggan membuka mata. Mata indah mereka masih tertutup rapat.

"Dokter bilang lo cuma kecapean, tapi kenapa lo gak sadar juga, setan?" lirih Seungyoun yang semakin terlihat kacau.

Sampai kapan ia harus berbohong pada Dayeon dengan mengatakan jika Kakaknya itu baik-baik saja?

"Bang, apa gak sebaiknya kita kasih tau aja kondisi Bang Juyeon sekarang?" saran Yunho yang juga sama frustasinya. Ia merasa tidak enak pada keluarga Juyeon, setidaknya mereka berhak tau, kan?

"Lo gak denger tadi Adeknya bilang apa? Dia mungkin bakal menggila kalo tau Abangnya ada di ambang kematian kayak gini, Ho! Belum lagi orang tuanya, gue gak sanggup. Mereka pasti bakal terpukul banget. Lagian kita udah janji sama dia gak bakal ngasih tau soal ini sampe dia sendiri yang kasih tau." balas Seungyoun kembali mengingat obrolannya ditelepon bersama Dayeon.

Seungyoun beberapa kali meminta maaf karena sudah berbohong pada gadis itu. Mengatakan jika Juyeon baik-baik saja, Juyeon sudah sadar, Juyeon laki-laki kuat, dan lain sebagainya untuk menenangkan sang gadis.

Meski pada kenyataannya Dokter mengatakan jika sampai hal ini terjadi lagi, kemungkinan besar nyawa Juyeon tidak akan tertolong.

"Terus harus nunggu sampe kapan? Sampe Bang Juyeon mati?"

bugh!

"Jaga omongan lo!"

Yunho mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Ia merintih, benar, seharusnya ia memang tidak mengatakan hal itu. Pikirannya terlalu lelah untuk sekedar berpikir jernih.

"Maaf, Bang. Tapi sumpah demi Tuhan, gue lebih rela liat Bang Juyeon sembuh terus hidup bahagia sama Chaeyoung dibanding liat mereka berdua ada di antara hidup dan mati kayak gini."

"Kita bisa apa, Ho? Kita bukan Tuhan yang bisa ngatur hidup dan mati manusia, yang kita bisa cuma berdoa sama berusaha."

Yunho mengusap kasar air matanya lalu berjalan mendekat ke arah Chaeyoung, diraihnya tangan mungil sang gadis, "Chaeng, hey. Kamu bisa denger aku, kan?" bisik Yunho sesekali mengecup punggung tangan Chaeyoung, "kamu kapan bangun, Cey? Aku kangen loh sama kamu, rambut aku juga kangen sama jambakan kamu. Janji deh, kalo kamu bangun, aku bakal ajak kamu kemanapun kamu mau. Beliin kamu semua barang yang kamu mau, Pokoknya i'll treat you as my queen, Cey. Tapi kalo kamu denger ini, aku pasti udah digaplok. kamu suka ngomel dan nyuruh aku buat berhemat."

Seungyoun mematung, memperhatikan Yunho yang juga sama kacau seperti dirinya. Yunho terus saja mengajak Chaeyoung berbicara dengan air mata yang terus mengalir dipipinya.

Hanya Chaeyoung memang, hanya gadis galak itu yang mampu meruntuhkan dunia mereka dalam sekejap.

"Cey, bangun... Aku mohon... Gak apa-apa kalo kamu mau ngetawain aku, aku sekarang jadi cengeng, Cey. Aku gak sekuat yang kamu kira. Chaeyoung..." Yunho menyembunyikan wajahnya di antara kasur dan juga lengan Chaeyoung. Isakan pilu dengan jelas bisa Seungyoun dengar, atau bahkan Chaeyoung dan juga Juyeon,

Karena sekarang, ada air menggenang disudut mata keduanya. Mereka mendengarnya, mendengar semua perkataan orang-orang disekitarnya. Juyeon yang menangis karena merasa bersalah pada Adik dan juga orangtuanya, dan juga Chaeyoung yang merasa bersalah pada semua orang.

Ingin rasanya Chaeyoung membuka mata, mengatakan pada semua jika ia baik-baik saja. Tapi kenapa— kenapa semuanya kaku? Mulut dan bibirnya menolak untuk terbuka. Chaeyoung tidak mau dunianya berakhir, masih ada banyak hal yang belum ia capai, ia bahkan merasa belum berhasil membahagiakan Ibu dan Adiknya.

Tolong, Tuhan, tolong...

Tragis, yang bisa Chaeyoung lakukan sekarang hanya menjerit dalam hati.

Beberapa jam kemudian anak kos yang memang sedang ada kesibukan satu persatu mulai kembali berdatangan ke rumah sakit. Jika urusan pertemanan, bisa disebut jika mereka memang solid. Mereka bahkan rela bermalam di rumah sakit dengan menitipkan kosan pada Jerapah—dan juga author yang selalu teraniaya.

Sebenarnya anak kos mellivin pun sudah meminta diri untuk diizinkan menengok keadaan Chaeyoung dan juga Juyeon, namun mengingat jika kondisi mereka jauh dari kata baik, akhirnya Kai dan kawan-kawan itu mengerti, mereka bisa menjenguk lain kali.

"Kalian istirahat aja, biar gantian kita yang jagain." kata Eunwoo yang langsung diangguki oleh Yunseong, Hyunjin, dan juga Hwall.

Tidak usah khawatir, kamar yang dipakai Chaeyoung dan Juyeon sangat luas. Bahkan bisa menampung lebih dari sepuluh orang, maklum, uang bukan hal sulit untuk mereka.

"Gue titip Juyeon sama Chaeyoung, ya." kata Seungyoun lalu merebahkan diri diatas sofa, disusul oleh Yunho yang juga membaringkan diri disofa satunya. Tak butuh waktu lama untuk terlelap, rasanya mereka sudah terlalu lelah.

"Tadi ditelpon sama Dayeon, gak?" tanya Hyunjin melepas jas praktikumnya. Yunseong dan juga Hwall mengangguk pelan, "lo juga, Hwall-ang sangit?"

"Jangan mulai, jamet." dan ya, mereka berdua pun saling adu tatapan maut.

"Angkat gak?"

"Enggak lah, orang gue lagi ada pemotretan." jawab Hwall sambil berjalan mendekati Chaeyoung.

"Sama, gue juga lagi ada praktik makanya gak sempet angkat." kata Yunseong.

Eunwoo sendiri masih belum melepas jas putih panjangnya. Laki-laki itu malah mendekati Chaeyoung lalu mengusap rambut gadis itu dengan lembut, "Cepet sembuh ya, cantik."

"E-eh, tangan Kak Chaeyoung gerak!" Hwall nyaris memekik.

"Tangan Bang Juyeon juga!" kali ini Yunseong yang nyaris memekik.

Semoga, semoga kali ini memang pertanda baik untuk mereka, bukan sebaliknya.






k o s a n   n e v a e h

KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang