anggap chap kemaren itu selingan doang okey.
"Jadi gimana, kamu mau 'kan jaga kosan dengan gaji segitu?"
"Mams gak salah? Lima ratus juta? Mams gak nyuruh aku buat nyambi jadi kurir narkoba, kan?"
"No, darling. Kamu cuma harus bikin salah satu dari anak kosan mati. Gampang, kan?"
"Mams nyuruh aku jadi pembunuh?"
"Okay, Mams kasih keringanan. Kamu cuma perlu nunggu sampe ada anak kosan yang mati. Baru kamu bisa pergi."
"Jangan bilang—Mams bisa pergi dari sini karena kematian Si Jerapah?"
"Bingo."
"Jangan bilang juga, maksud heaven dari kosan ini itu—"
"Surganya para iblis."
k o s a n n e v a e h
Chaeyoung muak. Berpura-pura seolah ia hidup baik-baik saja dengan para pria yang tengah menunggu giliran untuk mati. Seharusnya ia menolak dari awal! Merutuki pemikiran pendeknya, Chaeyoung mendesah kasar. uang membutakan segalanya.
"Kenapa harus khawatir? kan, bukan Kak Chaeyoung yang harus mati?"
"Yunseong?"
"Kita hebat, kan? Bertingkah normal seolah kita baik-baik aja. Padahal lagi nunggu giliran buat mati."
"Kenapa kalian mau ngekos di sini padahal nyawa yang jadi taruhan?"
Yunseong tersenyum miris, "Di sini gratis. Lagipula kita yang di sini itu anak-anak buangan, anak-anak dengan masalah mental, anak-anak yang udah gak punya gairah hidup. Dengan adanya Kak Chaeyoung, kita bisa sejenak lupa sama segala resiko yang ada."
"Tapi kalian masih bisa nata kehidupan yang lebih baik!"
"Gak bisa, dan kita gak mau."
"Bang Juyeon," Hyunjin tiba-tiba datang lalu duduk disamping Chaeyoung, "Kayaknya dia yang bakal mati duluan."
Chaeyoung memekik marah. Walau bagaimanapun, ia tidak mau jika sampai harus kehilangan salah satu dari mereka.
"Ayolah, Kak. Kita semua udah tau kalo Bang Juyeon itu kena leukimia stadium akhir." kata Hyunjin dengan santai.
"Kita jahat banget tau gak sama adeknya Kak Juyeon, bertingkah seolah kita gak tau apa-apa. Kalian! Kalian bahkan temen baik dia, kenapa setega itu, sih?!" tunjuk Chaeyoung pada Yunseong dan Hyunjin.
"Kenapa harus kasian sama anak kayak dia? Perempuan egois gak tau diri, tukang bully." kata Yunseong dengan seringaian dibibirnya.
"Dia punya sakit mental juga gue rasa." kata Byungchan yang datang entah dari mana.
"Bagus, kalo misal mereka mati nanti, kan kita dapet jackpot." sahut Seungyoun.
brak!!
"Ayam ayam kaget gue!" Yohan yang kebetulan tengah berdiri di depan gerbang refleks mengusap dadanya. "Bang Juyeon? Ngagetin lo sialan."
"Han, tolong panggil semua anak kosan. Gue mau ngomong."
Yohan langsung mengiyakan dan segera memanggil semua anak kos untuk berkumpul di gazebo depan. Setelah semuanya hadir, Juyeon mendudukan dirinya di samping Chaeyoung lalu mulai menangis. Entahlah, terlalu banyak beban sampai tanpa sadar air matanya lolos begitu saja.
"Bukan cuma sakit fisik, gue juga sakit mental." lirih Juyeon, "gue naksir sama adek gue sendiri."
"Lo lebih hina dari binatang tau gak." Jungkook mencibir.
"Dia bukan adek kandung gue! Gue kesel tiap tau dia deket sama cowok, gue cemburu. Gue selalu bikin skenario seolah cowok yang ada di deket dia itu brengsek. Mereka semua sebenernya orang baik dan tulus sayang sama adek gue."
"Gila." sengit Yibo.
Juyeon tertawa miris, "Gue baru aja nyewa cewek buat gangguin pacar Si Dayeon, eh gue divonis kena leukimia. Lucu banget hidup gue. Anjing!"
"Lo jahat sama dia, Juyeon. Dia gak tau apa-apa." ujar Eunwoo.
"Gue tau gue brengsek Bang, gue jahat. Tapi gue bisa apa? Semalem dia bikin gue sakit hati, dia jelekin gue dan muji orang lain di depan gue. Sialan, kenapa dia harus jadi adek tiri gue, sih?"
Hening beberapa saat, semua fokus dengan pikiran masing-masing. Kenapa? Kenapa hidup mereka harus seberat ini?
"Tentang tumbal, gue harap orang itu gue aja."
"Lo pengen mati?" tanya Sehun heran.
"Gue mau ke Jerman nyusulin bokap kandung gue, gue gak tau bisa ketemu kalian lagi atau enggak. Tapi bisa gak gue minta tolong satu hal?"
"Apa?"
"Bilang sama Si Dayeon gue ada di sini. Nanti pasti dia datang sambil ngamuk ngeluarin sumpah serapah dan ngasih tau tentang mental illness. Kalian bisa dapet jackpot."
"Maksud lo apa, sih, Kak?!" Chaeyoung makin histeris. Ia ingin kabur saja, tolong!
"Selain Dayeon, aku juga suka, aku sayang sama kamu, Chaeng. Kalo kita berdua mati, kamu bisa bebas dari sini. Anak kosan juga." ungkap Juyeon mengusap pipi Chaeyoung.
"Lo jahat tau gak? Lo ngorbanin adek lo sendiri!"
"Dalam urusan cinta, gak ada kata gila sama jahat, Chaeyoung." Juyeon menyeringai lebar, "udah ah gue mau packing dulu. Bantuin, Bang."
Suasana kembali hening, kembali fokus dengan pikiran masing-masing. Yang terdengar hanya suara tangisan Chaeyoung yang tengah menangis dibahu Yunho.
"Gue pergi dulu. Ketemu lagi nanti—" Juyeon menatap satu persatu orang yang ada di sana dengan senyuman manisnya, "—di alam baka."
brakk!!
"Anjing! Siapa lagi!" umpat Yohan.
Semua kini menatap pada Dayeon yang datang dengan tampilan acak-acakan dengan mata sembab. Benar kata Juyeon, gadis itu pasti datang lalu mengeluarkan sumpah serapah pada Juyeon dan bercerita tentang mentalnya.
Kasihan? Tentu saja, tidak, kecuali Chaeyoung. Mereka selain Chaeyoung juga memilikinya. Bahkan mungkin lebih parah.
"Dia bakal bunuh diri gak?" tanya Hangyul.
"Lima puluh persen, iya." jawab Yunho.
"Bang Juyeon sama Si Dayeon sama-sama sakit, kan. Kita liat siapa yang mati duluan." kata Yunseong dengan tatapan dingin.
"K-kalo ada yang mati, gue bisa bebas, kan?" Chaeyoung mencicit.
"Li—"
"Guys, private jet yang dinaikin Juyeon jatoh. Kemungkinan besar gak ada yang selamat." potong Chan sebelum Yunho menyelesaikan omongannya.
"G-gue udah bisa bebas?" Lirih Chaeyoung.
"Belum, harus ada dua orang baru kamu bisa bebas." jelas Seungwoo.
"Dan kita sepakat kalo salah satu dari kita gak boleh ada yang mati." sambung Hwall.
"Kenapa?!"
"Karena kita gak mau kamu pergi dari sini."
「k o s a n n e v a e h」
omo omo, gimana sama chap kali ini? ('・ω・')
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN NEVAEH; 『son chaeyoung』
Fiksi PenggemarSemua kisah amburadul ini bermula dari Son Chaeyoung yang ditawari pekerjaan yang dibilang susah tapi gampang, gampang tapi beresiko- jaga kosan. Dengan iming-iming gaji besar dan (katanya) anak kos yang tidak pelit, Chaeyoung akhirnya bersedia. Tid...