bagian 31.

2.1K 343 60
                                    

haruto duduk di kasur besar miliknya, ia binggung dengan apa yang ia rasakan sekarang ia mulai memiliki prasangka bahwa mulai sekarang semua akan semakin hancur.

brakkk!

suara pintu itu membuat haruto tersentak terkejut, suara itu dari kamar junghwan. haruto ingin melihat apa yang terjadi tapi ia sudah tak memiliki tenaga lebih untuk itu. dan dia memilih untuk tetap diam di kasur nya

haruto berbaring dan menatap langit langit kamar nya, ia sangat binggung hingga akhir nya memilih untuk menghubungi jeongwoo tapi jeongwoo tak mengangkat bahkan haruto mencoba nya berkali kali tapi tetap sama

kau kemana? batin haruto, haruto terus memikirkan jeongwoo hingga pagi datang

"haruto, apa kau sudah bangun?" eomma haruto mengetok pintu

"sudah eomma" ucap haruto

"boleh eomma masuk?" tanya eomma haruto dari luar

"masuklah eomma, pintu nya tak di kunci" ucap haruto masih berbaring

"kau kenapa?" tanya eomma haruto lalu duduk di tepi kasur

"tidak ada eomma" ucap haruto lalu duduk

"yakin tidak ingin cerita dengan eomma?" tanya eomma haruto lagi

"apa yang harus kucerita kan eomma, di hidupku tak ada yang benar benar menarik untuk diceritakan" ucap haruto tersenyum hambar

"benarkah? atau hanya kau yang tidak ingin bercerita pada eomma?" ucap eomma haruto tersenyum ia tau anak nya ini memiliki masalah

haruto diam sejenak berfikir apa ia perlu bercerita atau lebih memilih untuk diam. "eomma boleh aku memeluk mu?" tanya haruto sedikit tidak enak

"tentu saja, kemari lah" ucap eomma haruto merentangkan tangannya

"kau jangan ragu  bercerita apa pun pada eomma, jika kau binggung dalam mengambil keputusan tanya kan saja pada eomma, eomma akan membantu mu" ucap eomma haruto mengusap punggung haruto

"eomma aku merindukan.." haruto menggantung kalimatnya karena ia tau eomma nya akan mengerti arah pembicaraannya

"eomma tau, eomma disini untuk mu jangan takut. tak papa untuk merindukannya lagi" ucap eomma haruto mempererat pelukannya

"eomma" panggil haruto lalu melonggarkan pelukannya untuk menatap eomma nya

"ada apa nak?" tanya eomma haruto

"jika kau ragu akan perasaan mu, kau tak tau kau menyukai nya atau tidak tapi setiap ia terlepas dari pandanganmu kau merindukannya apa yang akan kau lakukan?" tanya haruto

"berfikir lah sejenak, tanyakan pada hati mu. jangan berbohong itu akan menyakiti hati mu" ucap eomma haruto

"tapi eomma aku belum yakin untuk itu" ucap haruto

"tak papa, jalani saja lakukan apa yang ingin kau lakukan" ucap eomma haruto

"baiklah aku akan melakukannya sesuai kehendak hati ku" ucap haruto yakin

"sekarang bersiaplah, kau harus sekolah" ucap eomma haruto lalu berdiri keluar kamar haruto

⚫⚪⚫

sekarang jam istirahat dan jaehyuk berada di ruang osis, di dalam hanya ada jaehyuk asahi dan yedam

"ayolah beri tau aku" rengek jaehyuk pada asahi

"diamlah" ucap asahi

"jaehyuk jika kau ingin terus di sisi asahi maka diamlah, atau aku akan menunjangmu keluar dari ruangan ini" ucap yedam frustasi dengan rengekan jaehyuk membujuk asahi

"yedam jika kau merasa aku berisik tolong beri tau aku dimana junkyu jihoon yoonbin dan jeongwoo" minta jaehyuk

"mereka izin jaehyuk apa kau tuli?" ucap yedam kesal

"aku tau mereka izin tapi apa alasan nya?" tanya jaehyuk lagi

"yoon jaehyuk" panggil asahi dengan datar membuat jaehyuk sedikit takut

"e-eeohh?" jaehyuk benar benar takut sekarang asahi sangat menakutkan 

"keluarlah, ini semakin sulit jika kau terus berada disini" ucap asahi

"b-baiklah maafkan aku" ucap jaehyuk lalu keluar tanpa babibu lagi

"semudah itu?" yedam menatap asahi tak percaya

"dia memang penurut" ucap asahi

yedam terus menatap asahi tanpa berbicara

"apa?" tanya asahi karena tak nyaman dengan tatapan yedam

"mengapa kau mengusirnya?" tanya yedam curiga

"aku terus kehilangan fokusku jika dia terus berada di dekatku" ucap asahi

"mengapa begitu?" tanya yedam

"jika dia berada di dekat ku hingga besok pun proposal ini tak akan selesai karena aku pasti akan memilih untuk menatapnya sepanjang hari" ucap asahi tersenyum seakan membayangkan wajah jaehyuk

yedam mendatarkan wajah nya menatap asahi "seperti nya aku salah pertanyaan" ucap yedam kembali ke pekerjaannya dan mengabaikan asahi

"kau ini, jika doyoung yang datang aku yakin kau juga meraskan hal yang sama" ucap asahi yedam hanya berdehem

jaehyuk berjalan menuju kelas nya dan berakhir duduk di sebelah haruto yang duduk di luar kelas

"ada apa dengan wajah mu?" tanya haruto

"tidak ada" ucap jaehyuk acuh

"dimana junkyu?" tanya haruto

"entah lah, kata asahi ia izin bersamaan dengan jihoon yoonbin dan jeongwoo" ucap jaehyuk

"apa terjadi sesuatu?" tanya haruto sedikit panik

"entahlah, asahi tak memberi tahu ku" ucap jaehyuk

"bagaimana mungkin ia tak memberi tau mu" ucap haruto tak percaya

"Kau tau, ia malah mengusir ku dengan wajah datar nya yang menakutkan" ucap jaehyuk

"Itu salah mu. kau tau wajah nya menakutkan, sifat nya dingin, dan bodoh nya kau malah menyukai nya" ucap haruto

"Lebih baik terlihat bodoh tapi berani jujur dengan perasaan sendiri" ucap jaehyuk

"Maksud mu?" Haruto

"Lebih baik terlihat bodoh seperti ku, tapi tidak menyakiti perasaan ku dan tidak menyiksa ku karena aku lebih memilih untuk jujur" ucap jaehyuk

"Tapi bukan kah itu benar benar memalukan?" Ucap haruto

"Memalukan dari mana? Kau lihat Asahi juga menyukai ku, jika aku tak pernah jujur apa menurutmu aku akan tau perasaan asahi terhadapku, kupikir tidak" ucap jaehyuk

Mendengar ucapan jaehyuk haruto menjadi berfikir apa ia terlalu jahat pada jeongwoo, menyakiti hati nya berkali kali.

"Kau mulai sadar sekarang rupanya" ucap jaehyuk membuyarkan lamunan haruto

"Apa?" Haruto

"Kau mulai memikirkan jeongwoo bukan?" Ucap jaehyuk

"Diam lah" ucap haruto mengalihkan pembicaraan

"Aku akan diam, tapi aku pikir dalam waktu dekat kau akan mengerti ucapan ku selama ini" ucap jaehyuk meninggal kan haruto duduk di luar dengan segala beban pikiran nya

Apa aku harus minta maaf? batin haruto

karma haruto mulai terlihat :)

wait for the next part 👋

give me vote and coment :)

bad [hajeongwoo]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang