26. Hubungan baru♣

11.3K 1.2K 115
                                    

Happy Reading beban keluarga͡° ͜ʖ ͡°
®≈»♣


Valva terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan kaki kanan yang di perban. Ia menatap nanar kakinya yang sedikit ngilu jika digerakkan.

Valva menoleh saat seseorang masuk ke dalam ruang rawatnya.

"Masih ada yang sakit?" tanya Zean yang baru saja datang. Zean mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang.

Sebenarnya luka Valva tidak parah, hanya kaki kanan yang terkilir dan jidat yang harus dijait 2 jahitan. Namun, Zean sangat kekeh kalau Valva harus dirawat di rumah sakit.

"Kan saya udah bilang saya gak kenapa-kenapa pak. Luka kecil gini doang," ujar Valva kesal.

Seharusnya ia sudah boleh pulang, tetapu Zean memaksa agar Valva dirawat sampai keadaannya benar-benar Pulih. Setidaknya sampai nanti sore.

Zean menatap Valva tajam. "Luka kecil kamu bilang?! Kamu tidak tau rasanya jantung saya seperti akan berhenti saat mendengar kamu terluka."

"Iya-iya, maaf," ujar Valva memilih mengalah.

"Bapak tadi abis kemana? Kok lama?" tanya Valva berusaha mencairkan ketegangan.

"Pergi menemui Nenek saya."

"Emang nenek Bapak kenapa?" tanya Valva mengernyit.

"Penyakit jantung nya kumat hingga membuat dia harus dirawat beberapa hari di rumah sakit ini juga," jawab Zean sambil memijit pelipis nya pelan.

"Kok bisa?" tanya Valva penasaran.

"Nenek dan Mama terlibat pertengkaran. Tanpa sengaja Mama membentak nenek hingga membuat jantung nenek kambuh."

"Terus kenapa Bapak di sini? Bapak gak ngejagain Nenek Bapak aja gitu?" tanya Valva yang sebenarnya bermaksud mengusir Zean.

"Terus kamu?" Zean balik bertanya sembari menatap Valva lekat.

"Saya bisa sendiri kok pak, atau Bapak bisa nelpon Erick buat nemenin saya di sini." usul Valva membuat Zean melotot.

"Big no!" tolak Zean cepat.

"Lebih baik saya yang menemani kamu dari pada lelaki lain," Lanjutnya.

"Cih, Bapak berlagak kek pacar yang cemburu aja," cibir Valva berdecih.

"Kamu mau?" tanya Zean ambigu.

"Mau apa?" tanya Valva bingung.

"Jadi pacar saya," ujar Zean yang membuat Valva seketika membeku dengan jantung yang berdetak kencang.

"Kenapa kamu diam? Kamu mau kan?" tanya Zean lagi sambil menatap Valva penuh harap.

"Saya-"

"Valvaaaa," teriak Fani yang tiba-tiba masuk dan dengan cepat menghampiri sahabatnya itu.

Zean mendengus pelan karena kedatangan Fani sementara Valva bernafas lega karena ia tidak harus menjawab pertanyaan Zean yang Valva saja bingung harus menjawab apa.

"Ck, lo kagak usah teriak-teriak napa sih Fan," decak Regi yang baru masuk diikuti oleh Bima, Vanza, Valga, Kenzo, Arsen, dan Rafa di belakanganya.

"Dek, lo baik baik aja kan?" tanya Valga sambil menatap Valva khawatir.

"Gue gak kenapa-kenapa kok, Bang," jawab Valva tersenyum lebar.

"Saya keluar dulu," Pamit Zean lalu bergegas keluar. Sementara Vanza menatap dosen Valva itu dalam diam lalu ikut keluar tak lama kemudian.

Between hate and love♣ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang