30. BHAL

10.7K 987 21
                                    

Happy Reading cintahh ♥(✿ฺ´∀'✿ฺ)ノ

®≈»♣

Disinilah Valva dan Zean sekarang. Di sebuah kedai ice cream yang berada tak jauh dari Kampus. Sejak tadi Valva merengek ingin makan ice cream yang biasa ia makan di dekat kampus. Sebagai bentuk kompensasi karena Zean sudah membentaknya tadi. Begitu kata Valva.

"Mas saya mau rasa coklat, Vanilla, stroberi, blueberry, duren, mang-"

"Kamu mau makan ice cream apa jualan ice cream?" Zean memotong pesanan Valva.

Valva menatap Zean dengan mata memicing. "Ini kan sebagai kompensasi karena bapak udah bentak saya tadi. Bapak juga belum jelasin loh ada hubungan apa Bapak sama Putri."

"Ck, dasar wanita," cibir Zean pelan.

"Saya denger loh pak," sahut Valva melirik tajam Zean bak pemangsa yang menatap lapar buruannya.

"Kamu jangan menatap saya seperti itu. Saya takut kalau kamu jadi meng anu-anu saya." Zean sedikit bergidik ngeri.

"Hehhh! Bapak ada-ada aja. Ya kali saya anu-anu Bapak di sini? Rame gini!"

"Jadi kalau sepi kamu mau anu-anu saya gitu?!" tanya Zean melotot.

"Iya. Kenapa?!" jawab Valva menantang.

"Astagfirullah, Valva. Ya sudah ayo kita kembali ke apartemen saya. Di situ kan sepi. Jadi kamu bebas meng anu-anu saya," goda Zean menggerlingkan matanya genit ke arah Valva.

"Ihh bapak genit!" pekik Valva membuat beberapa orang di kedai tersebut melirik ke arah meja mereka. Sementara mas pelayan yang sedari tadi masih menunggu apa yang akan Valva pesan tersenyum kikuk.

"Ck suara kamu itu. Lihat pengunjung yang lain sampai menoleh sangking cemprengnya suara kamu," decak Zean memperingati Valva.

"Biarin! Paling mereka mikirnya Bapak itu om-om tua genit dan mesum yang lagi godain dede gemes dan imut kaya saya," oceh Valva yang membuat Zean menatapnya memicing.

"Maksud kamu saya tua gitu?! Kamu tidak lihat saya masih sexy dan hot begini. Otot saya saja gede." Zean mengangkat kedua tangannya, menunjukkan lengannya yang kekar pada Valva.

"Hehe, iya pak gede kaya anu bapak," ujar Valva menyengir.

"Jangan membahas anu saya lagi. Kan kamu tidak melihatnya!"

"Tapi kan pas itu nyeplak di bokser, Bapak," ceplos Valva menerawang ke masa lalu di mana ia tak sengaja melihat Zean yang akan berganti baju.

"Jadi kamu melihatnya?!" tanya Zean melotot.

"Dari luar doang kok, Pak. Kalo dari dalem belum," jawab Valva lalu kembali mengeluarkan cengiran andalannya sementara wajah Zean sudah memerah. Namun setelah itu Zean tersenyum menggoda.

"Menurut kamu gimana? Sesuai standar tidak?" tanya Zean membuat Valva mengernyit tak mengerti.

"Apanya yang sesuai standar?" tanya Valva bingung.

"Emm, permisi. ini jadi pesan atau tidak?" Pertanyaan yang diajukan mas pelayan menghentikan percakapan kedua insan tersebut.

"Ehh astagfirullahalazim, Mas. Saya lupa kalo ada Masnya. Maaf ya mas."  Valva meringis tak enak karena membuat mas pelayan harus mendengarkan percakapan absurd mereka.

"Gara-gara kamu ini. Mas-nya jadi menunggu lama.l," omel Zean menyalahkan Valva.

"Loh kok malah nyalahin saya sih? Kan ini gara-gara Bapak!" sangkal Valva tak terima disalahkan.

Between hate and love♣ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang