65

1.2K 168 23
                                    

"Ufufufu, kalian ini memang akur ya~"  kata Ayu sambil tertawa kecil.

"Mana ada!" Kata Ferdi dan Satya berbarengan.

"Fufufu~" Ayu tersenyum centil melihatnya.

"Sudahlah, mending aku keluar narik taksi!" Kata Ferdi mengambil jaket seragamnya.

"Oh ya, bang soal uang jajan akan aku kasih 100 juta perbulan, dan mobil bisa kamu pake yang ada di garasi asal bukan mobil besar dan Advanza yang biasa aku pake buat narik taksi!" Kata Ferdi dengan santai.

"Apa!? Benarkah aku diberikan uang segitu banyaknya?" Kata Satya tidak percaya dan agak bersemangat.

"Um, abang berkata begitu jadi itu jelas!" Kata Ayu menjawab pertanyaan Satya.

Ayu sepertinya merasa Ferdi sedikit licik, karena memberikan Satya hanya 100 juta padahal Ayu sendiri di kasih 500 juta dan Annisa 1 miliar, Ayu ketawa kecil saat membayangkan bagaimana wajah Satya saat tau kalau uang jajannya lah yang paling kecil dari yang lain.

"Oh ya, kamu punya Sim dan kartu ATM?" tanya Ferdi tiba-tiba.

"Tidak, KTP aja aku tidak punya!" kata Satya jujur, kan dia di ajak si pria Tao itu ke dalam hutan tak berpenghuni sejak usia 5 tahun jadi bagaimana dia punya hal seperti itu?

"Hadeh, maaf merepotkanmu tapi aku akan menyerahkannya kepadamu, Sebas!" Kata Ferdi kepada Sebas.

"Aku tidak merasa kerepotan dalam melaksanakan tugas dari anda, tuan!" Kata Sebas dengan hormat.

"Um, aku pergi dan Ayu, jatahmu ada di kamarku, kamu bisa ambil sendiri!" Kata Ferdi dengan ringan lalu pergi.

"Ehehe, abang paling tau apa yang Ayu inginkan!" Kata Ayu dengan senang hati, lalu dia dengan cepat pergi ke kamar Ferdi untuk mengambil jatah pagi nya.

Sementara itu Satya di bawa oleh Sebas untuk berlatih mengemudi dan juga untuk memberikan indentitas dirinya kenegaraan serta Sim untuknya.

Ferdi juga mulai menarik taksinya dengan santai dan berhenti di sebuah warteg kecil yang penuh kenangan.

"Pagi mbok~" kata Ferdi menyapa.

"Eh? Nak Ferdi toh, pagi juga!" Kata Juminten.

"Mbok kira kamu pergi gitu karena dah lama ga kemari lagi!" Kata Juminten bercanda.

"Ahaha, si mbok bisa aja, aku hanya sibuk mbok coba usaha baru!" Kata Ferdi dengan ringan.

"Ohh, mbok kira ngapa, mau sarapan dulu?" Tanya Juminten.

"Uhm, kurasa tidak mbok tapi aku disini ingin coba kerja sama ama mbok!" Kata Ferdi dengan santai.

"Kerja sama apa?" Tanya Juminten bingung.

"Begini mbok, aku berniat untuk memajukan bisnis warteg mbok ini, jadi aku akan berikan modal dan mbok yang masak serta yang berdagang, hasil akan di bagi 30-70, mbok yang 70 dan aku yang 30. Bagaimana mbok setuju?" Tanya Ferdi dengan serius menjelaskan.

"Eh? Yang benar kamu mau memodalkan usaha warteg mbok? Dapat uang dari mana kamu nak Ferdi?" Kata Juminten tidak percaya.

"Aku membuka bisnis dan ya Alhamdullilah menguntungkan, jadi aku bisa melakukanya dan aku serius ingin kerja sama ama mbok!" Kata Ferdi dengan nada serius.

"I-Itu... Mbok pikir dulu deh, dan ngomongin ama keluarga!" Kata Juminten masih ragu.

"Kalau mbok setuju, bagaimana kalau aku kasih dulu dan 10% modalnya, nah kalau mbok setuju maka sisanya bisa di ambil!" kata Ferdi dengan ringan.

"I-Itu.. Kalau mbok ga setuju gimana?" tanya Juminten.

"Ya ga gimana-gimana sih hanya saja mbok cuman dapat uang 10% nya itu aja!" kata Ferdi dengan santai.

"I-Itu... Memang berapa kamu mau memodalkan usaha mbok ini?" tanya Juminten penasaran.

"100 juta, dan 10% nya atau 10 jutanya bisa aku berikan sekarang juga, aku juga berharap si mbok mau!" kata Ferdi dengan jujur.

"Apa!? Se-Seratus juta!? Apakah kamu merampok uang nak Ferdi!?" kata Juminten terkejut bukan main.

"Tidak, uang ini 100% halal  kok, jadi mbok bisa tenang!" Kata Ferdi meyakinkan.

"I-Ini.. Biar mbok pikirkan!" Kata Juminten masih ragu.

"Baiklah, ini kartu nama yang bisa mbok kabarin dan ya tentang ini mbok bisa membahas lagi dengan orangku karena aku tidak disini besok, ini juga pake kontrak dan bisa di Sah kan oleh hukum jadi bila mbok takut saya melakukan penipuan atau segalanya ya mbok bisa tuntut kami di pengadilan!" Kata Ferdi dengan tenang menjelaskan.

"Um, baiklah!" Kata Juminten sedikit yakin toh dia juga sudah kenal Ferdi dan tau Ferdi tuh orang yang bagaimana, kemudian Ferdi pergi dengan tenang untuk menarik taksi.

Namun tidak ada yang tau kalau dalam 3 tahun warteg tersebut akan sangat terkenal dan membuka banyak cabang di Indonesia serta beberapa negara tetangga dengan penghasilan ratusan miliar per tahun.

Ferdi pergi menarik taksinya dengan biasa dan santai, hal ini di lakukan karena untuk mengisi waktu luangnya soalnya Annisa sendiri cukup sibuk dengan kuliah dan pekerjaanya yang baru itu.

[Ding! Selamat host mendapatkan pujian bintang lima (53) menghadiahkan keterampilan kedokteran modern dan Tradisional tingkat Dewa!]

Lalu sejumlah infomasi tentang kedokteran langsung masuk ke kepala Ferdi, dengan ini Ferdi sudah menjadi dokter no.1 di dunia baik dalam pengobatan modern(barat) atau pengobatan tradisional(timur).

"Dengan keterampilan ini, aku bisa mengajari Ayu dengan baik dalam kedokteran!" Kata Ferdi senang toh sekarang dia dapat skill yang bagus.

"Mas, bisa tolong aku ke margonda ga, cepat tapi!" Kata Seseorang pria tua yang terlihat tergesa-gesa.

"Um, pesan aja pak, dijalan!" Kata Ferdi ramah dan menyanggupi membuat pria tua tersebut senang.

Ferdi mengantarnya serta mengobrol dan mengetahui kalau pria tersebut ternyata dia adalah seorang pegawai swasta yang kena shif kerja siang, namun dia sedikit telat kali ini makanya dia memesan Ferdi untuk cepat.

"Bila anda senang dengan pelayanan taksi onlineku, tolong berikan pujian bintang limanya!" Kata Ferdi ramah dan sopan.

"Um, aku akan memberikannya karena kamu berhasil membuatku tepat waktu!" Kata pria tua tersebut dengan senang hati.

[Ding! Selamat host mendapatkan pujian bintang lima (54), menghadiahkan keterampilan bermain alat musik tradisional tingkat Dewa]

Lalu sejumlah informasi masuk ke dalam kepala Ferdi dan ya seperti biasa yaitu Ferdi sudah berhasil menjadi pemain alat musik tradisional yang sangat spektakuler.

Bahkan master sekalipun masih harus berguru dengan Ferdi dan ya dengan ini Ferdi bisa mengajari Satya bermain alat musik juga dan ya ini mungkin membuat Satya lebih iri lagi dengan Ferdi.

"Hehehe, dengan ini si bodoh ga bakal bisa menyombingkan diri dengan kemampuan alat musiknya itu!" Kata Ferdi yang ingat kalau Satya tuh memiliki hobi dengan bermain alat musik tradisional.

I Am An Online Taxi Driver[Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang