ten

13.4K 1K 32
                                    

Irene berdiri di depan bangunan paling megah di Manhattan. Dari semua bangunan pencakar langit yang dia lihat, Johnson House adalah yang paling besar, mewah, berkelas dan menonjol. Michael membelikan Irene kamera polaroid, dia ingin gadis itu banyak mengabadikan foto dan akan disimpan Michael di kamarnya.


"Awesome

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awesome." puji Irene. Bangunan tertinggi dari semua bangunan yang Irene lihat. Johnson House yang paling bisa dikatakan 'wah'.

Irene masuk ke dalam gedung besar di hadapannya. Tubuhnya memutar melihat interior unik perusahaan Michael. Bangunan perusahaan ayahnya saja kalah besar dengan perusahaan Michael.

"Indah sekali."

Terdapat gambar abstrak saat Irene masuk ke dalam, semua orang berlalu lalang di depannya. Tidak memperdulikan keberadaan Irene. Sebelum gadis itu masuk, dia di hadang satpam dan dimintai kartu keterangan identitas. Dia kemarin diberi Michael sebuah kartu yang akan berfungsi saat Irene masuk ke dalam perusahaan.

"Aku tidak menyangka Borokokok sialan itu mempunyai perusahaan sebagus ini."

Irene mengikat rambutnya model cepol, tak lupa juga bandana mutiara menghiasi kepalanya. Menambah kesan manis di wajahnya. Jaket army, kaos putih polos dan celana jeans sebatas setengah paha sampai jaket army yang digunakan menutup sebagian celana jeansnya.

Melihat penampilan semua wanita di Johnson House membuat Irene malu. Semua di sana menggunakan atasan blazer dan rok span berbahan licin membungkus kaki lalu heels tinggi berwarna senada dengan baju yang dikenakan.

Ya ampun penampilanku kampungan sekali. Irene meneliti penampilannya sendiri, benar-benar memalukan.

Langkah mungilnya menjelajahi ruangan luas tempat kakinya berpijak. Gadis itu tidak sadar ada seseorang yang juga berjalan ke arahnya dengan ponsel di tangannya. Orang itu sibuk membuka ponselnya.

Tubuh mungil Irene ditabrak seseorang bertubuh tinggi tegap di depannya. Irene mengaduh kesakitan, dia memegang kameranya lebih erat supaya tidak terjatuh ke lantai.

Orang yang menabrak Irene melotot kaget, dia segera berjongkok di samping Irene. Membantu gadis itu bangkit. "Sakit." Irene menepuk pantatnya yang membentur lantai.

"Maafkan aku Nona." ucap pria itu penuh penyesalan.

"Kau manusia bertubuh raksasa harusnya tau, menabrakku bisa membuat tubuhku terpelanting jauh ke lantai." Irene melihat sikutnya yang memerah.

"Aku benar-benar minta maaf. Tadi aku tidak mengamati jalanan dengan baik." orang itu mensejajarkan tingginya dengan Irene. Kakinya harus menekuk agar bisa mengamati wajah gadis itu. "Aku Edmundus."

"Aku tidak berniat berkenalan denganmu."

Irene mendongak ke arah Edmundus. Pria itu terpaku pada wajah gadis di depannya. Wajahnya polos namun penuh keberanian, manis bercampur cantik, kulitnya indah—impian sebagian wanita di negaranya dan hidungnya mancung. Edmundus terpana.

When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang