fourteen

11.5K 991 39
                                    

"Apa di sini ada pesta?" Irene bertanya pada salah satu karyawan di kantor Michael. Dia tengah mengunjungi kantor Michael karena dia melihat dokumen dalam bentuk IPad tertinggal di meja pria itu tadi pagi.

"Ya, perayaan tahunan untuk karyawan. Anda butuh bantuan?" jawab Ariana. Hanya dia yang Irene kenal, sebab gadis itu beberapa kali berpapasan dengan Ariana kala dirinya pergi ke Johnson House.

Irene mengangkat sebuah IPad di hadapan Ariana. "Aku ingin memberikan ini kepada Tuan Michael." balas gadis itu.

Ariana tersenyum lalu menuntun Irene berjalan ke meja paling depan dekat panggung. Dia bersyukur dalam hati tidak salah kostum, Irene menggunakan dress selutut dan high heels setinggi 5 centi dan menguncir rambutnya ala ponytail.

Pesta yang diselenggarakan Michael berada di lantai paling atas gedung ini. Di sini terdapat swimming pool dan pemandangan kota dipadukan langit sore. Suasana yang menyegarkan hati.

Di meja depan, Michael sedang berbincang dengan dua orang berpakaian rapi yang Irene duga sebagai wakil direktur. Ada pula pria-pria ber-jas formal seperti Michael.

"Saya akan memberitahu Tuan jika Nona berkunjung." Ariana menunduk kemudian berjalan ke arah Michael.

Mata Michael menatap mata Irene. Dia tersenyum tipis yang dibalas anggukan oleh gadis itu. Michael memberi Irene kode melalui tangan, meminta gadis itu mendekat.

Irene menggeleng kecil, dia malu berada di sekeliling pria di meja bundar tersebut.

Michael berpamitan pada rekan kerjanya. Mereka menganggukkan kepala, mempersilakan. Pria itu segera berlalu dari hadapan rekannya.

"Sweety." Michael menarik tangan Irene. Memeluk gadis itu tanpa perduli pandangan orang di sekitar mereka. Tak pernah sekalipun Michael mengumbar kemesraan di depan umum. "Kau butuh sesuatu?"

Irene merasa tak nyaman menjadi pusat perhatian. Dia bergerak gelisah di tempatnya. "Tuan,"

Michael reflek melepaskan dekapan hangatnya. "Maaf Sweety."

"Tidak apa-apa." Irene tersenyum canggung. "Aku ingin memberikan ini." dia mengeluarkan IPad dari tasnya. "Kau meninggalkan barangmu di meja kerja."

"Kau masuk ke dalam ruang kerjaku?"

"Aku hanya ingin membersihkan ruang kerjamu. Aku tidak punya kegiatan yang berarti."

Michael mengusap rambut halus Irene. "Kau tunggu di sini, aku akan menyuruh office boy menyiapkan kursi." ucapnya lalu mengecup tangan gadis itu sebelum meninggalkan Irene.

Segerombolan wanita bertubuh tinggi semampai menghampiri Irene. "Kau kekasih Tuan Michael?" tanyanya ramah.

Irene tak menjawab. Dia sendiri bingung apa hubungannya dengan Michael. Tidak mungkin dia berkata jika Michael menculik dan memaksanya tinggal bersama pria itu.

"Kami—"

"Kau sangat beruntung, Nona. Tuan Michael tidak pernah mencium punggung tangan seseorang, kau gadis pertama." sahut wanita berambut pirang, menyela Irene.

Gadis itu tertawa garing. "Benarkah?" jawabnya mencoba merespon baik. Informasi itu tidak terlalu penting bagi Irene.

Wanita berambut pirang itu mengangguk semangat. "Perkenalkan, aku Lucia," ucap Lucia di sambung teman-temannya yang lain memperkenalkan diri di depan Irene.

"Aku haus. Bisakah kalian beri tahu dimana tempat minuman?"

Lily menuntun Irene di meja pojok tempat makanan dan minuman berjejer rapi. Irene lebih menyukai tempat ini, sepi dan tenang.

"Apa Tuan Michael selalu mengadakan pesta untuk karyawannya?"

"Perayaan untuk karyawan diadakan dua kali dalam setahun. Biasanya perayaan acara pertama, para karyawan yang tekun dalam bekerja akan diberi penghargaan. Di antara kami dipilih terbaik dari yang terbaik." terang Lily panjang lebar.

"Lihatlah dia, apa dia pantas menjadi karyawan terbaik selama satu terakhir." cacian itu bukan berasal dari Irene maupun Lily. Namun dari tiga wanita yang mengelilingi seorang gadis berambut coklat terang yang dikepang dua sisi ditambah kaca mata besarnya.

"Siapa mereka?"

"Kelompok pembully. Mereka suka sekali membully perempuan yang lebih lemah." Lily berdecak tak suka melihat pemandangan di depannya.

"Nerd, jujur saja. Kau pasti menggoda Bos, menjual tubuhmu padanya. Dasar bitchy."

"T-tidak." wanita berkacamata besar itu menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Kemudian menunduk takut.

"Dari luarnya saja kau polos, ternyata kau gemar menjual dirimu juga." hina wanita tengah di antara wanita yang membully gadis berkacamata tebal.

Tanpa aba-aba, wanita bergaun kuning menyala mendorong gadis berkacamata ke dalam kolam renang dan tertawa terbahak-bahak. Irene terpaku.

Kejadian ini mengingatkan gadis itu tentang kematian Reno. Apalagi seruan meminta tolong dari gadis berkacamata serta tangannya yang melayang di udara mencoba mencari udara.

Irene menyentuh pelipisnya yang berdenyut. Tangan kanannya dijadikan tumpuan agar dirinya tak tumbang.

"To—tolong!" suara lemah itu kembali terdengar. Kepala Irene semakin berdenyut sakit.

"Kak! Tolong Reno!"

"Tolong!" Irene belum bisa tenang, walau seorang pria telah menolong gadis berkaca mata tebal. Bayang-bayang itu belum hilang.

"Kak Irene!"

Mendadak suara di sekitar Irene senyap. Bayangan masa lalu tentang Ayahnya yang mendorong Reno ke dalam kolam renang terlintas di benaknya.

"Ayah! Tolong Reno!" Irene memberontak, tangannya di cekal kedua bodyguard suruhan Baskara. Gadis itu berusaha melepas diri tapi gagal.

Gadis itu melihat ke arah kolam renang. Perlahan tubuh Reno tak terlihat lagi. Dia berteriak pada semua orang di sekitarnya, memohon pada semua orang agar mau menyelamatkan adiknya.

"SEMUANYA BERDIRI DI TEMPAT! JANGAN ADA YANG MEMBANTU ANAK ITU!" bentak Baskara menghentikan niat pekerja pembersih kolam renang membantu Reno.

"Irene!" seru Lily panik. Dia menyentuh pundak Irene yang bergetar.

Bayangan itu merenggut kesadaran Irene, dia terjatuh dengan segelas jus semangka yang ikut pecah membuat tangan mulus itu berdarah karena terkena serpihan kaca. Lily berteriak, dia berlari menghampiri teman-temannya. Dia juga mendekati Ariana supaya memberitahu keadaan Irene pada Michael.

Ariana langsung memberitahu kabar pingsannya Irene di dekat kolam renang. Raut wajah Michael semula tenang berubah kalut, dia berlari ke arah segerombolan karyawan. Memerintahkan karyawannya memberi jalan lalu berlutut di samping Irene.

Bibir pucat, dahi terus mengeluarkan keringat, tangan dingin dan tubuh lemas. Itulah yang dilihat Michael pertama kali setelah melihat langsung keadaan Irene.

"Sweety." dia membawa kepala Irene ke pahanya. Michael menepuk-nepuk pipi pucat Irene. "Sweety!"

"Irene!"

Michael menyelipkan tangannya di antara lutut dan tengkuk Irene. Dia mengangkat tubuh gadis itu kedalam gendongannya. "SIAPKAN MOBIL! CEPAT!"

************

When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang