twenty two

6.9K 580 26
                                    

"Ini sepeda milik siapa?" tanya Irene penasaran. Dia tak pernah melihat sepeda ini sebelumnya di rumah Michael.

"Milik saya Nona."

Sesuai rencana yang mereka buat, Alena  menyerahkan sepeda miliknya kepada Irene. Jika biasanya dia hanya berjalan untuk pulang ke rumahnya, hari ini dia membawa sepeda untuk melancarkan rencananya.

"Sebelumnya, nanti Nona akan ditemani adik perempuan saya, dia yang bertugas mengantarkan makanan dan makanan ringan. Nama adik saya Shaina."

"Akan aku ingat. Terima kasih untuk semuanya Alena."

Alena mengangguk seraya tersenyum. "Saya masuk dulu Nona. Nikmati hari kebebasan anda sementara waktu."

Pada jam-jam tertentu memang pintu belakang di rumah Michael kerap terbuka dan di sekitar sini tidak ada CCTV yang memantau pergerakan para pekerja. Hari ini kebetulan beberapa pekerja ada yang mengambil libur—kesempatan untuk Irene melancarkan aksinya.

Dia mendorong sepeda Alena ke luar gerbang hingga berhenti pada pohon apel yang jaraknya cukup jauh dari rumah Michael. Dia mengayuh sepeda Alena lebih jauh dari rumah Michael.

"Untung aku sudah sangat hafal daerah sini."

Di sekitar tempat tinggal Michael memang tidak semenarik desa Kakeknya, tapi ada beberapa bagian tempat yang mirip di Bibury.

"Sejuk sekali." rambutnya berterbangan mengikuti arah angin membawa. Irene membelokkan stir sepedanya di sebuah perkebunan milik bawahan Michael. Irene tak perlu meminta ijin pergi ke sini karena beberapa kali ia sudah menginjakkan kaki di tanah perkebunan bawahan Michael.

Irene mengambil novel yang Alena letakkan di keranjang sepedanya. Dia berjalan menuju tempat duduk yang Jason—bawahan Michael—untuk tempat ber-istirahat-nya.

"Emang gak luas sih. Masih luas kebun Kakek, tapi tempatnya nyaman banget."

Dia membenarkan tata letak badannya lalu melihat sepeda yang sudah dia sembunyikan dan tak seorangpun bisa melihat sepeda itu. Walau kecil, kebun itu cukup jauh dijangkau manusia. Bisa dibilang kebun yang Irene jadikan tempat persinggahannya ini termasuk hidden place yang amat indah. Tempat yang ditujukan kepada orang yang suka menyendiri, menikmati harinya tanpa gangguan.

"Giman ya kabar Kakek?" gadis itu bermonolog. "Udah lama aku gak pulang."

Irene sudah tahu yang terjadi di saat dirinya dibawa kabur oleh Michael. Ketiga pelayan pribadinya menjelaskan dengan sangat rinci bagaimana awal cara Michael masuk ke dalam rumahnya hingga mengambilnya menuju rumah pria itu. Sungguh licik, pikirnya kala itu. Namun mau bagaimana lagi, semua telah terjadi.

Dia ingin marah, membentak, memaki Michael. Tapi semua itu tidak bisa dia keluarkan, dia hanya menyimpannya dalam hati.

Gadis berambut halus di tengah kebun itu mulai membaca halaman demi halaman buku di tangannya. Matanya naik turun kemudian di berhenti sejenak untuk menikmati hembusan angin kebebasan sementara yang menimpa tubuhnya.

"Nona!" panggilan itu membuat Irene menoleh. Seorang gadis seumuran dengannya berlari kecil menuju kearahnya. "Aku Shaina."

"Hai Shaina." sapa Irene ramah. Dia memperhatikan gerak gerik Shaina yang membuka wadah makan berisi snack yang sering dibuat oleh Neneknya. "Maaf Nona, aku tidak mampu membeli snack di rumah Tuan yang biasa kau makan. Ibuku membuat ini untuk camilanmu di sini."

"Tidak apa-apa, aku sangat suka camilan ini. Nenekku sering membuatnya." dia mengambil makanan yang Shaina sodorkan padanya. "Terima kasih Sha. Maaf merepotkanmu."

"Tidak merepotkan. Alena berkata padaku kemarin kau ingin berjalan-jalan di kebun Jason. Aku senang ada gadis seumuran denganku di sini."

"Oh?" Irene terkejut sepersekian detik. "Tidak adakah yang seumuran denganmu?"

When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang