Disclaimer! Cerita ini bukan cerita yang berkonflik berat, jadi kalau kalian lebih suka konflik berat tidak disarankan baca di cerita ini. Okay?
*********
"Pabrik wine?" ulang Irene setelah mendengar penjelasan dari mulut Michael. "Jadi pemetikan anggur besar-besaran di kebun Kakek itu akan dikirimkan ke pabrikmu?"
"Benar. Aku beberapa kali pergi ke kebun Addison untuk melihat pemetikan anggur secara langsung."
"Aku tidak pernah melihatmu Tuan. Padahal aku setiap hari bersepeda di kebun Kakek."
Kau yang tidak menyadari keberadaanku Sayang. Batin Michael menjawab. "Baiklah. Minggu depan kita pergi ke rumah Addison." putusnya. Dia akan mengambil cuti menyelesaikan semua pekerjaannya kemudian memperpadat jadwalnya.
Raut wajah Irene berubah sumringah, dia memutar badannya lalu memeluk Michael sebagai ucapan terima kasih.
"Besok ada makan malam besar aku dengan klien-klienku. Aku mengajakmu menjadi pasanganku besok."
"Makan malam dalam rangka apa?" Irene melonggarkan pelukan keduanya. Tangan Michael menahan punggung belakang gadis itu supaya tidak terjatuh. Dia menyelipkan anak rambut Irene ke belakang telinga. "Perayaan keberhasilan kerjasama kami."
Tidak ada lagi percakapan diantara keduanya, hanya suara televisi yang mengisi keheningan malam ini. Mata mereka saling memandang satu sama lain. Tanpa sadar tangan Irene terangkat, menyentuh rahang tegas laki-laki di hadapannya.
Mata tajam itu seakan membius Irene dalam pesonanya. Tubuhnya ditarik mendekat, tangan yang awalnya menahan punggung berpindah melingkar di pinggangnya. Irene menahan napas sejenak.
"Do you know how sexy you are?" tanya Michael serak. Dia menyentuh bibir bawah Irene dengan usapan tipis bibirnya, walau gadis itu masih bergeming.
Rambut hitam legam tidak beraturan membuat Irene semakin terlihat seksi di mata Michael. Sumber cahaya remang-remang dari televisi Michael mendukung suasana bertambah panas. Jarinya menelusur di leher jenjang gadisnya lalu menciumnya dibumbui hisapan kecil.
"Sweety." Michael membalas tatapan dalam gadis di pangkuannya. "Kiss me."
Irene juga menelusuri rahang tegas itu, "Yes Sir." jawabnya sebelum ia menipiskan jarak diantara mereka lalu bibirnya menyentuh bibir Michael yang terasa kenyal.
Ketika ciuman mereka bertambah dalam, jari-jari Irene berpindah menyusuri rambut laki-laki di hadapannya. Menyelipkan rambut Michael di sela-sela jari lalu meremas rambut itu secara halus.
"Sebut namaku tanpa ada embel-embel Tuan." bisik Michael tepat di depan bibir gadisnya.
"Michael."
Ia yang merasa disebut namanya, tersenyum puas. Pria itu membanting tubuh Irene ke sofa sampai rambut-rambut panjang gadis itu ikut terhempas. Ia kembali mencium Irene, kali ini bertambah ganas dari sebelumnya.
Kaki jenjang Irene melingkar di seputaran pinggang laki-laki itu, ikut membalas belitan lidah Michael dalam mulutnya. Tubuhnya bertambah panas seiring dengan sentuhan Michael di pipinya kemudian turun menuju lehernya.
Kala tangan itu ingin turun lebih jauh hampir menyentuh dada Irene, Michael segera menyudahi sesi ciuman panas diantara mereka. Mata Irene mengerjap bingung. "Maaf Sweety."
**********
Michael membasuh wajahnya dengan air, meninggalkan Irene sendirian di toilet ruang televisi rumahnya. Dia menatap dirinya di cermin. Dirinya hampir lepas kendali hanya dengan mendengar Irene menyebut namanya.
"Jika Tuan tidak ingin Nona pergi, maka perlakukan dia layaknya Ratu. Jangan sampai dia berpikir Tuan hanya menginginkan tubuhnya. Tuan tentu tak melupakan kejadian awal mula Nona menginjakkan kaki rumah ini bukan?"
Ucapan Dean masih berputar-putar di pikirannya. Dia masih teringat perkataan Irene disaat pertemuan kedua mereka. Michael tak mungkin menghancurkan usahanya mengubah cara pandang gadis itu padanya hanya dengan nafsu semata.
"Bodoh Michael!"
Suara ketukan pintu dari luar mengalihkan fokusnya. Kemudian suara halus Irene menyusul di pendengarannya. "Kau sudah selesai? Sudah lima belas menit kau menghabiskan waktu di kamar mandi."
"Ya aku keluar sekarang!"
Sesuai ucapannya, Michael segera keluar dari toilet di ruang televisi. Dia menghampiri Irene yang terduduk dengan popcorn dipangkuan gadis itu. "Perutku tadi sakit, Sweety. Mungkin karena beberapa hari ini terlalu sering mengonsumsi makanan pedas."
Irene menoleh ke arah Michael, dia memindahkan mangkuk popcorn di atas meja. "Perutmu masih sakit sekarang?"
Pria itu terlihat berpikir sejenak. "Tidak, tetapi masih terasa panas." jawabnya. Dia harus mengeluarkan kalimat itu agar Irene percaya dia benar-benar sakit perut.
"Sebentar."
Irene berlalu dari hadapan Michael, belum sempat pertanyaan keluar dari mulut pria itu, Irene sudah lebih dulu menutup pintu menuju kamarnya. Dia membuka laci di meja riasnya, kebetulan kemarin dia menemukan benda yang sering dirinya pakai saat perutnya sedang bermasalah, benda itu ada di sebuah minimarket pinggir kota. Dia membeli samua sisa produk itu di sana.
Tidak butuh waktu lama, Irene kembali muncul di depan Michael yang terduduk lesu di tempatnya. Gadis itu membuka kaos putih yang dikenakan Michael.
"Sayang!" serunya penuh keterkejutan. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku hanya ingin memberikan ini ke perutmu." jawab Irene cepat. "Ini minyak kayu putih."
"Apa itu?"
"Tidak perlu banyak bertanya Tuan."
Irene dengan telaten mengoleskan botol minyak kayu putih di tangannya ke perut lelaki yang kini hidungnya sedang berkedut menyesuaikan bau asing yang masuk ke indra penciumannya.
"Baunya menyengat." Michael menyandarkan kepalanya ke bahu mungil Irene. "Jangan panggil aku Tuan lagi Sweety."
"Lalu aku harus memanggil apa?"
"Apapun. Asal jangan Tuan. Kau bukan bawahanku."
"Aku akan mencoba mencari panggilan yang cocok untukmu."
Irene menutup tutup botol minyak kayu putih, dia mengubah posisinya supaya Michael lebih nyaman memeluk dirinya. Salah satu sifat pria itu yang tidak pernah Irene sangka sebelumnya, Michael termasuk pria yang sangat manja.
"Sayang, usap rambutku." pria dipelukan Irene mengarahkan tangannya di genggaman tangan yang jauh lebih besar darinya pada puncak kepala pria itu sendiri.
Siapapun tak akan mengira Michael ternyata semanja itu. Termasuk dirinya, awal pertemuan mereka membuat Irene cukup kaget dengan sifat Michael yang satu ini.
Irene membiarkan mata Michael terpejam tenang. Pekerjaan hari ini cukup berat, ditambah perkara Irene pergi dari rumah ini sementara waktu. Dan seminggu ke depan Michael harus memadatkan jadwalnya, pasti sangat lelah menjadi pria itu.
"Sleep well." Irene mencium kening Michael dalam. Pria itu tersenyum dibawah alam sadarnya merasakan ketulusan yang gadisnya salurkan.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
When Michael Falling In Love
Romance[Sebelum membaca, follow akun ini dulu untuk info lebih lengkap seputar update cerita WMFIL] Semua bisa Michael dapatkan di dunia ini. Dari benda hingga wanita. Tidak ada wanita bodoh yang menolah pesona dan uang seorang Michael Johnson. Tingkahnya...