thirteen

11.2K 1K 39
                                    

Irene berdiri di toilet, memperbaiki tatanan rambutnya yang acak-acakan akibat ulah Michael. Gadis itu memoleskan lagi lipstik ke bibirnya. Dia tak sadar ada seseorang yang membuntuti dirinya dari belakang.

"Jalang." ucap wanita itu. Irene melirik malas Laura yang menatapnya remeh.

"Kau membicarakan dirimu sendiri, Bitch."

"Kau jalang baru Michael jangan merasa tinggi."

Irene memasukkan lipstik ke dalam tas. Membalikkan badannya menghadap Laura. "Aku jalang yang beruntung mendapatkan sebuah kalung berlian seharga tujuh puluh ribu dollar."

"Kau jangan sombong di depanku."

"Sombong merupakan sebuah keharusan untukku. Siapa yang tidak sombong menjadi jalang Michael?" tanya Irene membungkam mulut Laura. "Harga kalung sederhana itu lebih tinggi daripada harga dirimu."

"Jaga ucapanmu!"

"Ups, sorry!" Irene terkikik menghina.

"Aku pastikan Michael akan menendangmu dari hidupnya sebentar lagi."

"Kau tahu, Bitch?" Irene mendekatkan dirinya pada Laura. "Aku menantikan hal itu."

"Perempuan tidak punya harga diri."

"Memangnya seorang jalang mempunyai harga diri?" Irene pura-pura heran. "Kau menjual tubuhmu demi kemewahan. Dimana letak harga dirimu?"

Laura geram, dia maju lalu menjambak rambut Irene kasar. "Enyahlah dari dunia ini, jalang kecil."

Irene melotot kaget menerima serangan mendadak dari Laura. Gadis itu mendorong Laura yang tidak mau melepaskannya. "Lepaskan aku!"

"Jangan harap!"

Laura membenturkan kepala Irene ke dinding, dahi mulus Irene mengeluarkan darah karenanya. Kepala gadis itu pening seketika.

Irene mendorong kasar tubuh Laura sampai terpental duduk di pintu toilet. "Kau berani menyentuhku!"

Irene paling tidak suka pembullyan terjadi. Mengingatkan kembali pada kejadian dimana Reno sering di bully teman-teman anak kecil itu sampai adiknya tidak berani keluar rumah dan hanya menangis sendirian di dalam kamar berujung adiknya bertambah stres membuat kesehatan Reno menurun.

Gadis itu menyesali dia tak berada di sisi adiknya kala Reno terpuruk.

Mata Irene diselimuti amarah. Laura telah berhasil memancing kemarahan gadis itu sampai ingin menghabisi Laura saat itu juga.

Irene melepas sepatu high heels di kakinya. Ujung high heels yang runcing dijadikan Irene sebagai senjata. "Aku tidak suka ada yang menyentuhku dengan cara kasar!"

Tubuh Laura bergetar takut. Aura Irene berubah drastis, seperti ada orang lain yang memasuki tubuh gadis itu.

Irene mencengkram kedua tangan Laura di belakang. Dia menggunakan satu tangannya untuk menggores pipi wanita itu dengan high heels runcing sampai membentuk garis panjang mengeluarkan darah.

Laura berteriak panik, bentuk menyilang di pipinya di ukir oleh Irene. "Kau gila!" teriaknya disertai air mata yang merembes dari matanya.

"Asal kau tahu, Laura. Aku bukan orang baik."

Dia sudah menyaksikan dengan matanya dua kematian secara tragis. Jiwa gadis itu tidak utuh lagi, trauma yang dideritanya belum sembuh total dan Laura membangunkan ingatan itu lagi.

"Jangan salahkan aku wajahmu akan hancur esok." bisiknya di depan bibir Laura, ujung bibir wanita itu sudah dia bentuk garis yang membentang panjang.

*********

Michael mengepalkan tangannya. Dia menyentuh dahi Irene yang terdapat bekas luka. Selepas acara lelang dilaksanakan, Irene segera menuju kamarnya. Berpamitan pada Michael kalau gadis itu mengantuk.

Namun satu jam sudah berlalu, Michael diam-diam menyusul gadis itu di kamar. Dia menyibakkan rambut Irene yang menutup dahi. Matanya melebar ketika melihat bekas luka benturan menghiasi wajah Irene.

"Siapa yang melakukan ini padamu?"

Michael menghubungi Dean, meminta pria itu memberinya penjelasan tentang kejadian saat acara lelang berlangsung.

Irene menggeliat kecil, Michael mengusap pelan pipi gadis itu. "Hey, Sweety."

"Tuan Michael." balas Irene serak. Efek bangun tidur. "Mengapa kau berada di sini?"

"Aku tidak bisa tidur." jawab Michael asal.

Irene melirik jam di kamarnya. Tengah malam dan Michael belum bisa tertidur. "Kau kelelahan?"

"Sepertinya begitu, aku belum beristirahat dengan baik selama tiga hari berturut-turut."

Irene menggeser tubuhnya, menepuk kasur di sampingnya. Memberi kode Michael berbaring di sana. "Kemari."

Pria itu menurut. Dia berbaring di sebelah Irene. "Buka bajumu." titah gadis itu mengagetkan Michael. "Kau?"

"Jangan berpikir kemana-mana. Aku hanya ingin menerapkan apa yang dilakukan Bibiku saat Paman kelelahan."

"Apa yang mau kau lakukan Sweety?" tak urung Michael menuruti ucapan Irene. Dia membuka kaos yang melekat pas di tubuh atletisnya.

Irene tak menjawab pertanyaan Michael. Dia berjalan keluar kamar, meminta Michael tetap di tempatnya. Gadis itu pergi ke luar, melihat beberapa maid yang masih membersihkan rumah.

"Permisi, apa kau mempunyai minyak gosok?" tanya Irene kepada wanita paruh baya berseragam ala pelayan di kediaman Michael.

"Minyak gosok, Nona?" wanita itu membeo.

"Emm, bukan minyak gosok. Tetapi minyak zaitun. Atau minyak almond juga tak apa."

Pelayan itu mengangguk. Dia mengambilkan minyak zaitun kualitas terbaik di negeri ini. Irene menunggu dengan sabar, dia berterima kasih ketika pelayan itu memberinya sebuah botol kaca bening berisi minyak zaitun permintaan Irene.

Gadis itu kembali ke kamarnya, Michael masih di tempatnya. Tengkurap dengan punggung telanjang. Irene mengambil wadah kecil, menuangkan sedikit minyak zaitun ke atas wadah tersebut. Irene meletakkan mangkuk berisi minyak zaitun ke atas meja samping kasur.

"Apa kau siap?"

"Aku selalu siap Sweety." Michael menoleh ke belakang dengan senyum menggoda.

Irene mengusap telapak tangannya dengan minyak zaitun. Tangan Irene memijat lembut bahu Michael, pria itu mendesis pelan sebagai respon. Dia tidak pernah di pijat sebelumnya, dan ternyata dipijat Irene semenyenangkan ini.

"Tanganmu sangat berbakat."

"Jasaku tidak gratis." jawab Irene.

Michael tertawa. "Apa yang kau inginkan?"

Irene mengurut punggung lebar Michael. "Aku ingin lolipop." Jawabnya setelah berpikir cukup lama.

"Kau ingin sekarang?"

Irene bergumam. Dia berganti memijat tengkuk Michael. "Aku bisa memberimu sekarang. Aku punya lolipopku sen—aww, sakit Sweety." ringis Michael tatkala Irene menekan kasar pundaknya dengan sikut.

"Diam kau,"

Mata Michael memberat, pijatan dari gadis di belakangnya benar-benar nikmat. "Apa aku bisa request?"

"Hm?"

Michael mengerang pelan, Irene mengerut punggung sampai ke tengkuknya. "Bisa kau beri aku pijat plus-plus?"

Irene menoyor kepala Michael dari belakang. "Dalam mimpimu!"

Hanya gadis itu yang berani mendorong kepala Michael. Jika ada orang lain yang melakukannya, dipastikan esok orang itu akan kehilangan tangannya. Tetapi teristimewa Irene, Michael dengan senang hati menerimanya.

*********

When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang