twenty one

7.4K 597 20
                                    

"Bukan begitu Tuan." Irene mengajarkan Michael cara memberi hiasan di atas brownies yang mereka buat. "Kau belajar seperti ini sulit sekali."

"Ini sulit Sweety,"

"Mudah Tuan. Kau tinggal memutar tanganmu." gadis itu menggeleng heran. Michael bisa dengan mudah menyelesaikan masalah perusahaan, namun hal sekecil ini saja susah dipahami lelaki itu. Ia memukul tangan Michael yang lagi-lagi memakan brownies yang belum selesai dihias. "Tuan! Jangan memakannya terus!"

"Aku tidak tau kau punya bakat terpendam yaitu membuat brownies

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak tau kau punya bakat terpendam yaitu membuat brownies."

"Kau juga punya bakat terpendam, Tuan." ucap Irene, tangannya aktif memindahkan potongan brownies ke dalam piring kecil untuk Michael makan, kemudian memasukkan brownies tersebut ke dalam lemari pendingin.

"Apa itu?"

"Menyanyi."

"Kau sebut itu bakat terpendam? Kakek dan Nenekku tak pernah menyukai suaraku ketika aku bernyanyi."

"Berarti aku benar kan? Bakat terpendam yang seharusnya memang kau pendam."

Michael tersenyum masam, dia menggigit pipi Irene tanda dirinya kesal terhadap ucapan gadis itu.

Para pekerja di rumah Michael diam-diam melirik ke arah dapur. Senyum samar terbit di wajah mereka, bertahun-tahun merek habiskan waktu di rumah bak istana ini. Tak pernah sekalipun mereka melihat Michael tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum tipis saja hampir tidak pernah pria itu lakukan.

"Saatnya menghias cupcake." setelah memasukkan brownies ke dalam lemari pendingin.

Sembari menunggu Michael menyelesaikan beberapa cupcake, Irene mengeluarkan kertas yang ia dapatkan dari kedai kopi tadi.

"Apa itu?" tanya Michael sambil menggunting ujung plastik yang telah disiapkan Irene.

Irene tertawa kecil. "Aku termasuk orang beruntung asal kau tahu." Irene membuka lembaran kertas yang ia dapatkan. "Ini sebuah voucher yang pemilik kedai berikan untuk pelanggan, namun hanya beberapa pelanggan beruntung bisa mendapatkan voucher ini. Biasanya voucher akan ditaruh di bawah gelas kopi."

Michael melonggo. "Sweety."

Irene meletakkan telunjuknya tepat di depan bibir Michael. "Diam dulu. Aku mau menjelaskan." ucapnya. "Voucher ini bisa kita gunakan untuk mendapatkan secangkir kopi gratis di hari Rabu dan Sabtu selama empat kali pemakaian."

"Aku bisa membeli kedai itu kalau kau menginginkannya," Michael mengusap pipi gadisnya. "Lebih baik kau memberikan voucher itu kepada orang yang lebih membutuhkan."

Irene mengangkat kertas di tangannya. "Voucher ini bisa mengurangi pengeluaramu, Tuan."

"Segelas kopi tidak akan membuat perusahaanku bangkrut."

When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang