twenty six

6.7K 600 10
                                    

"Tuan Dean, kau paham dengan yang aku ucapkan?" Irene menatap tajam Dean yang duduk kaku di hadapannya. "Tentu kau tidak melupakan yang dikatakan perintah kekasihku."

Keputusan Irene adalah keputusan paling penting dan tak boleh ada seorangpun yang membantah. Jika Michael mendengar aduan gadis itu, maka lidah orang yang membantah perkataan Irene akan dipotong.

Dean menelan saliva dengan susah payah. Dahinya berkeringat, mata hazel Dean bergerak tidak beraturan saking gugupnya dia. "Nona, begini—"

"Aku bisa bergabung atau tidak? Aku tidak menyuruhmu menjelaskan apapun."

Dean menghembuskan napas pelan. "Baiklah Nona. Saya akan mengatur kedatangan anda tanpa diketahui oleh Tuan."

Senyuman ceria terbit di ujung bibir Irene. "Terima kasih atas kerja samanya Tuan Dean." dia berdiri kemudian keluar dari ruang kerja Dean. Berjalan menyusuri lorong menuju lift. Mengabaikan tatapan tak suka beberapa karyawati Michael.

Dia menaiki lift khusus petinggi, lalu pergi ke lobby. Kaki ramping itu melangkah ke arah mobil yang terparkir jauh dari tempatnya berdiri. Sopir yang mengantar Irene sontak membuka pintu penumpang.

"Terima kasih."

********

"Untuk apa Nona membawa alat panah?" Barsha bertanya setelah menyelesaikan tugas yang diberikan Irene. "Dan apa yang ada di dalam botol itu?"

"Aku ingin latihan memanah di luar bersama Michael." jawab Irene tenang. Ketiga orang yang berada di sana hanya menganggukkan kepalanya. Alena, Barsha dan Clara membantu Irene keluar dari rumah melalui pintu samping, di sana mobil Dean terparkir rapi, ia menunggu Irene keluar dari dalam.

Kala matanya melihat Clara, Barsha, Alena dan Irene. Ia segera menghampiri keempat gadis tersebut, mengambil alih barang-barang Irene kemudian meletakkan barang itu di kursi penumpang belakang.

Ketiga pelayan pribadi Irene melambaikan tangannya ketika mobil Dean mulai berjalan meninggalkan kediaman Michael.

Perjalanan menuju tempat yang diminta Edmundus memakan waktu 30 menit. Dahi gadis manis di samping Dean berkerut heran. Bangunan yang digunakan Edmundus terlihat tua, ya memang ini sebuah restoran. Namun sangat mencurigakan.

"Restoran macam apa ini?"

Irene keluar dari mobil Dean, sebelum itu dia memakai masker dan menggelung rambut lalu menutup gulungan rambutnya dengan topi.

Irene memasuki restoran itu diam-diam. Terdapat tiga lantai di tempat ini, anehnya tak banyak pelayan yang bekerja di sini, mungkin tiga orang. Itu pun mereka langsung masuk ke dalam sebuah ruangan setelah mengantarkan makanan pada Michael dan Edmundus. Bahkan tidak ada yang menyambut kedatangan tamu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When Michael Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang