27

1K 93 17
                                    

"Jadi kau mengalami hilang ingatan?"

Olivia mengangguk sekenanya, "sepertinya begitu." Lagi pula dia mulai bosan dengan pertanyaan dan tatapan kasihan yang diberikan oleh orang-orang pada nya mengenai keadaan nya. Olivia bahkan mulai berpikir apakah ingatan nya benar-benar sepenting itu untuk diingat kembali?

Ngomong-ngomong punggung ini lebar sekali, sepertinya jika dia bersembunyi dibaliknya tidak akan ada satupun yang menyadari kecuali dia menyembulkan kepalanya. Dia bersandar disana dengan ekspresi cemberut.

"Ada apa?"

"Apa ingatan yang ku lupakan itu sangat penting sampai semua orang bertanya padaku?"

"Kau ingin tanya pendapatku?" Olivia mengangguk menunggu jawaban Asher. "Sebenarnya semua itu tergantung padamu Olivia, apakah kenangan itu penting ataukah tidak walaupun menurutku sebaiknya kau tidak mengingat nya lagi."

"Kenapa kau bilang begitu?"

Asher tanpa berpikir sebentar untuk mengolah kata-kata agar tidak membuat Olivia bingung ataupun takut. "Dari apa yng kulihat dimasalalu ketika hanya dapat memperhatikanmu dari kejauhan, kau sama sekali tidak tampak bahagia..."

"Aku, tidak bahagia?" Olivia kini bingung, semua orang membuat nya pusing dengan memaksanya mengingat masalalu. Membuatnya kebingungan dan merasa tersesat seperti orang bodoh. Namun, lelaki ini malah mengatakan hal sebaliknya bahwa sebaiknya ia tidak mengingat nya kembali.

"Mengapa aku tidak terlihat bahagia Asher? Apa kau tahu sesuatu?"

Asher tidak langsung menjawab pertanyaan Olivia. "Kamu yang kukenal dimasa kecil sangat berbeda ketika tumbuh remaja, ditambahkan dengan beberapa kejadian kau nyaris tidak pernah tersenyum lagi. Tapi semuanya sudah lewat sekarang, tidak perlu memikirkan nya lagi."

"Tapi apakah masalalu seburuk itu sampai aku enggan tersenyum? Ini bukan sekedar aku mengalami kecelakaan kereta kan?" Olivia penasaran, she bergerak-gerak untuk bisa melihat wajah Asher dari samping membuat Asher kewalahan untuk menjaga posisi Olivia di punggung nya. Bisa-bisa mereka berdua terjungkal di kebun ini.

"Kau pernah mendengar pepatah, 'biarkan saja air sungai mengalir ke lautan.' artinya apa yang sudah lewat biarakan saja terjadi." Sahut Asher dengan tenang. Suara nya dalam dan lembut ketika bertutur kata pada Olivia, seperti tengah bicara dengan anak kecil keras kepala.

"Aku tahu, hanya saja rasanya sangat aneh ketika semua orang bertanya apakah kamu ingat? Apa yang terjadi di masalalu hingga mereka semua tampak nya sangat berhati-hati padaku, kau tahu aku merasa seperti satunya-satunya oran bodoh yang tidak mengerti apapun, seperti dikucilakn oleh kenyataan." pada kalimat akhirnya suara Olivia menjadi samar dan dia tampak merenung membuat ASher merasakan perasaan tidak nyaman pada hatinya.

Olivia masih termenung dalam lamunan nya sendiri dan Asher juga tidak mengajak nya bicara, sampai Olivia merasakan hembusan angin yang menerpa wajah nya membuat untaian rambut nya mengaburkan pandangan nya. ketika dia menyingkirkan sejumput rambut dari wajah nya baru itulah Olivia dapat melihat dengan lebih jelas, untuk sejenak dia terkesiap oleh pemandangan tersebut.

Tak pernah ia lihat pemandangan bunga aster dan dendeolion yang seindah lembah ini, ketika angin berhembus lembut dari selatan bunga-bunga dendelion itu bertebangan dengan ringan seperti menari mengikuti arah angin. Olivia merasa terhipnotis dan mengelurkan tangan nya untuk menggapai.

"Asher, kita ada dimana...? terimakasih." gumam Olivia.

Asher hanya tersenyum, mata nya menatap jauh kedepan seakan-akan tengah bernostalgia. "Tempat ini masih menjadi bagian dari istana hanya agak tersembunyi, dulu.. kau dan aku sering kemari untuk bersantai atau sekedar melarikan diri sejenak dari kehidupan sesak menjadi bangsawan." Asher menjelaskan dengan ringan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lady OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang