11

10.1K 1.4K 17
                                    

Sekarang ia terjebak di ruang kerja Duke, ruangan disekitar nya perlahan membeku sampai-sampai pelayan berjengkit sedikit untuk menghindari es yang menjalar kearah mereka.

Olivia mendengarkan semua penjelaskan duke tentang pertunangan serta lamaran-lamaran yang datang untuknya.

Kepala nya sakit luar biasa karena menahan kesal, ia menatap Asher yang tak gentar. "Sudah kukatakan pada sepupumu jika aku ingin memutuskan pertunangan, jadi mengapa kalian juga membuat masalah denganku?"

"Setelah kedua sepupumu ternyata kau juga berniat membuatku stress Asher?"

Asher hanya mengangkat bahu nya santai, meskipun dalam hati ia bertanya-tanya dari mana es ini berasal.

Olivia menggebrak meja, seketika es di tempat itu mencair namun suasana berubah menjadi panas seperti terdapat kobaran api diantara mereka. "Tak bisakah kalian membiarkanku memiliki kehidupan seorang pemalas yang bermartabat? Aku sudah cukup sabar menghadapi tingkah laku keluargaku yang menjengkelkan, sekarang kau dan sepupumu itu ingin bermain-main denganku hah?!"

Kenapa sekarang semua keluarga kerajaan mencari gara-gara dengan nya?!

"Ayah..." Panggil Olivia membuat kepala keluarga Clarence menenggakkan punggung nya. Ini lebih mengerikan dibandingkan harus berhadapan dengan mertua nya dimasalalu. "Aku tidak mau tahu, ayah harus menolak semua lamaran itu. Kalau perlu aku akan menjadi seorang biarawati untuk melajang seumur hidup!"

Di dunia nyata ia sudah kesulitan dengan pertanyaan laknat tentang pernikahan, apa mereka pikir mudah mencari pasangan hidup setelah mendapatkan sikap protektif? Hampir belasan tahun ia dilarang untuk pacaran ketika ia sudah nyaman dengan kesendirian, orang-orang mulai berulah dan menyesaki hidup nya.

Lalu sekarang setelah ia pikir terbebas dari pertanyaan itu, pada dimensi ini ternyata lebih parah lagi.

Kepala nya panas dan kedua tangan nya hampir menghanguskan kertas-kertas lamaran itu, sebelum ia benar-benar membakar tempat ini ia harus segera meninggalkan tempat itu dengan aura gelap.

....

Berhari-hari kemudian Olivia telah memusuhi semua orang, menjaga jarak dari orang-orang yang berpontesi akan membuat nya terkena serangan jantung diusia dini.

Hei jika orang lain berada diposisi nya maka Olivia berani bertaruh jika orang itu memilih untuk langsung kabur dari pada terlibat pada plot dan tokoh-tokoh nya. Bagaimana tidak pada sequel ini semua tokoh nya tidak ada yang waras, dimulai dari Pangeran kembar yang menderita sister complex. Tuan putri polos yang membuat nya hampir merenggang nyawa. Keluarga yang mengabaikan nya dan terakhir kini ia terjebak dengan pertunangan gila bersama dengan psikopat.

Ia kira tokoh yang paling normal di cerita ini adalah karakter asing seperti Asher, nyatanya pria itu sama gila nya dengan sepupu nya.

Ia tidak peduli meski Duke sendiri mencari nya, ia akan bersembunyi dimanapun sampai orang-orang itu berhenti merecoki hidup nya.

Kenapa sangat sulit untuk memiliki ketenangan hidup?

Olivia berguling-guling malas diatas tempat tidur, menatap lukisan diatas di langit-langit kamar. Sebenarnya walaupun diabaikan hidup Olivia tidak sesusah kehidupan penulis nya. Dia tidak perlu melakukan apapun harta dan perhiasan akan tetap berlimpah untuk nya.

Berbeda dengan Quin yang harus hidup mati-matian karena sadar tidak memilki paras yang mendukung. Ya tampang adalah hal no 1 yang dijunjung tinggi di tempat asal nya.

Olivia menghela napas ketika melihat bagaimana aura nya bergerak tak teratur melayang-layang di udara. Sebuah hantaman kuat menekan kepala nya hingga terasa sakit luar biasa, secara tiba-tiba kepala nya terasa sangat berat seperti ada beban yang menahan nya. Udara disekitar Olivia menipis ia merasa seperti tercekik.

Tangan nya berusaha menggapai sesuatu sampai ia menemukan pegangan. Perasaan terbakar langsung menyengat telapak tangan nya ketika bersentuhan dengan sesuatu.

Kedua mata nya basah oleh air mata dan rasa sakit, dihadapannya Henry terpaku. Terlalu terkejut melihat bagaimana tangan Olivia terbakar hanya karena bersentuhan dengan nya.

"Sakit! Sakit! Jangan mendekat lagi!" Olivia berteriak nyaring ketika Henry berusaha untuk menyentuh pundak nya.

Olivia menderita ia merasa ingin mati saja dibanding harus merasakan rasa sakit ini. Semua orang secara tiba-tiba mendatangi kamar nya dan sang Duke langsung berlari menjauhkan tubuh Henry dari putrinya.

"Tolong keluar dari tempat ini." Kata Duke cemas saat melihat Olivia yang terus berteriak kesakitan.

"Apa yang terjadi?!"

"Keluarlah sekarang atau dia akan mati!" Ellard menarik paksa Henry keluar dari ruangan itu.

"PAPA INI SAKIT!" Lengkingan Olivia mengiris hati siapapun yang mendengarnya. sebuah luka sayatan tiba-tiba muncul, punggung Olivia basah oleh darah.

Duke berusaha menahan darah yang keluar dari leher Olivia. Tangan nya gemetar melihat penderitaan Olivia.

"Ellard! Ellard! Cepat kemari dan panggilkan dokter!" Ia sudah tahu jika hal ini akan terjadi, tapi ia sama sekali tidak menyangka jika Olivia akan mendapatkan takdir seperti ini.

Ellard datang dengan dokter yang langsung mengurus luka-luka ditubuh Olivia. "Apa pangeran yang melakukan ini?" Jika Duke berkata iya maka ia siap untuk menerjang Pangeran Hanry memukuli sampai mati.

"Ya dan tidak." Duke gelisah melihat Olivia yang terus meronta-ronta.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu legenda Phoenix?"

Legenda Phoenix adalah cerita yang sering dibacakan oleh ibu mereka, tentang sebuah daratan yang membeku setelah seorang Dewi mengutuk nya karena terkhianati oleh Raja pertama.

"Aku tahu tapi apa hubungan nya legenda itu dengan Olivia?"

"Jika dugaanku benar maka Olivia adalah.."

Lady OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang