Olivia diseret kembali menuju kediaman Grand duke. Sang pewaris yang merupakan kakak kandung nya bahkan menjemput nya secara pribadi.
Sepertinya ia melupakan banyak plot penting sampai keberadaan kakak Olivia saja ia lupakan. Sebenarnya tokoh Olivia hanya dibutuhkan dipertengahan cerita sebagai pelengkap, siapa sangka ia akan masuk kedalam tubuh figuran dan memberontak.
"Jadi kau kakakku?" Olivia mencoba mengintrogasi pria angkuh dihadapannya ini.
"Kau lupa ingatan?"
Kedua mata Olivia menyipit. "Katakan saja kau lebih mirip seorang penculik dibandingkan seorang kakak." Katanya geram.
"Ellard Clarence." Katanya singkat.
"Baiklah tuan Ellard ... bagaimana kalau kita berkerja sama? Kau turunkan aku disini dan bersikap kita tidak pernah mengenal satu sama lain, lalu aku juga akan tidak akan pernah muncul lagi." Kata Olivia ayolah ingatan dalam tubuh gadis ini sama sekali tidak membantu nya, sosok Ellard diingatan Olivia adalah kakak yang dingin dan tak tersentuh.
Mereka hanya akan bertemu ketika berpapasan dan saling mendiamkan. Meski hanya berbeda 5 tahun dan lahir dari ibu yang sama tak serta membuat mereka rukun. Berbeda dengan Olivia yang menuruni warna rambut ibu nya, Ellard adalah replika dari Duke semasa muda.
Olivia memperhatikan mata Ellard yang berwarna hitam gelap, sampai tak menyadari jika pria itu berbalik menatap nya. "Apa yang terjadi pada kedua matamu?" Kata Ellard.
Kedua mata Olivia menyipit. "Memang apa yang terjadi pada mataku?" Balas nya datar. Mungkinkah kau melihat kantung mata disana? Seharusnya kau tahu jika di dunia nyata ini adalah trend fashion.
"Kau tidak sadar?"
"Tidak."
Ellard mengeluarkan belati nya membuat Olivia bergeser menjauh, menatap penuh antisipasi jika pria ini menggila dan berniat membunuh nya.
Melihat respon Olivia, sebelah alis Ellard terangkat naik. "Aku tidak memiliki cermin jadi berkacalah di permukaan belati ini."
Woah impresif. Cara baru untuk berkaca menggunakan belati. Namun Olivia juga penasaran dengan kedua mata nya, jadi ia melihat kepermukaan belati yang mengkilap. Yang ia lihat adalah sepasang mata biru langit yang cantik, astaga mata itu terlihat mirip dengan tokoh cerita nya yang lain.
"Itu milikku?"
"Menurutmu?"
"Ya itu benar milikku.." Olivia bergumam kedua mata nya secara mendadak berubah warna, warna yang mirip dengan ibu nya setelah memakai sihir.
Hening...
Kereta bergerak dengan cepat menuju kediaman Grand duke, sepanjang jalan diisi dengan kebisuan.
Brak! Kereta tiba-tiba berhenti mendadak membuat tubuh Olivia terbanting kedepan dan seperti nya akan membentur lantai jika Ellard tak cepat menahan pundak nya.
"Tunggu disini." Kata Ellard keluar dari kereta.
Olivia mengelus leher nya yang sakit. "Luar biasa aku benar-benar mengalami kesialan berkat kutukan dari pembaca yang teraniaya." Keluh Olivia yang selama memasuki dunia ini sering mengalami rentetan kesialan.
Olivia melihat kearah jendela para ksatria berkerumun didepan seperti nya menjaga kereta agar tetap aman. Namun secara tiba-tiba sebuah tusukan menembus dinding kayu, sedikit melukai pipi Olivia yang secara refleks menghindar.
Darah menetes dari luka, "kalian benar-benar biadap! Para pembaca mengerikan!" Teriak Olivia frustasi. Ia keluar dari kereta sebelum tubuh nya memiliki bolong. "Tapi ini terasa seperti dejavu.. persetan!"
"Olivia kembali kedalam kereta." Perintah Ellard yang tengah sibuk menghadapi para bandit.
Olivia menoleh marah. "Aku tidak mau mati tertusuk didalam sana sialan!" Luka diwajahnya terpampang membuat Ellard tertegun.
"Wah nona cantik, ayo kemari jangan takut. Kami janji akan bermain lembut." Kata bandit yang tergiur melihat Olivia.
Olivia memasang wajah jijik, semua pria itu sama saja walaupun beda dimensi ternyata. "Dih!"
"Dih?" Ulang para bandit.
Ia tidak mau repot-repot menjelaskan sampai Olivia membuat memakai sihir nya untuk kesekian kali. "Tusuk diri kalian sendiri." Kata Olivia tapi diikuti oleh para bandit, tenang saja mereka hanya menusuk ke tempat yang hampir tidak berbahaya, di paha dekat sesuatu yang berharga misal.
"Sekarang tampar wajah kalian." Perintah Olivia dan dilakukan lagi oleh mereka.
Para ksatria melihat itu dengan heran
"Siapa yang tadi menusuk kereta kuda?" Tanya Olivia datar.
Tak ada yang mengatakan apapun, sampai kedua mata biru Olivia berkilat kesal. Dari kedua tangan nya muncul api yang membara. "Jika tidak ada yang bicara akan kubakar *sensor* kalian!"
Bukan hanya para bandit, ksatria pun mendengar itu dengan horor. Mata mereka seolah-olah saling berkomunikasi dengan panik. CEPAT MENGAKULAH!
Seorang bandit yang masih menampar wajah nya mengaku dengan wajah memelas. "Aku tidak sengaja.." katanya lirih.
"Oh kau orang nya." Oliva mendekat menghentikan bandit itu untuk menampar dirinya lagi. Oliva menunduk dan berbicara. "Kau tahu aku benar-benar berharap mengalami kehidupan seorang pemalas yang bermartabat, setelah menghadapi beberapa kematian. Tapi kau dan semua pria disana.. sama sekali tidak menghormati pilihan hidupku." Ujar Olivia rendah, api masih berkobar di kedua tangan nya dan semakin menyala-nyala saat ia kalimat terakhir nya.
"Dengarkan aku, jika kau muncul lagi disini atau ketika aku mendengar tentangmu. Pada saat itu kau akan mendapatkan sosis bakar."
Ctas.. api itu menghilang dari tangan Olivia tetapi bandit yang diancam oleh nya telah lebih dulu pingsan. Wah pasti akan menjadi pengalaman yang traumatis.
Ellard yang dari awal tidak banyak ekspresi pun memiliki sedikit tatapan ngeri. Yah siapapun yang memiliki 'itu' akan pucat pasi jika berhadapan dengan ancaman Olivia seperti tadi.
Olivia berjalan maju dengan ekspresi paling mengerikan. Mengerikan di mata para ksatria.
"Ayo pulang." Katanya sambil merebut scarf seorang ksatria untuk mengusap darah di pipi nya.
Wajah mereka semua tentu saja terpampang 1 pertanyaan yang sama. yaitu, "Sejak kapan Lady bisa menggunakan sihir?"
__
Olivia menendang batu di sepanjang jalan, kedua kaki nya sudah pegal setengah mati. Kereta kuda sebelumnya sudah tidak layak karena dihancurkan bandit.
"Kau lelah?"
"Menurutmu?" Olivia berdecak, setelah ini ia pasti akan pingsan. Beberapa bulir keringat membuat nya berdecak, kedua kaki nya telah pegal setengah mati.
Ellard berjalan mendahului Olivia dan berhenti tepat di depan nya, pria itu menunduk tetapi Olivia tidak kunjung menangkap maksudnya. "Cepat naik." Katanya kesal.
"Wah!" Olivia menubruk punggung Ellard, merangkulkan tangan dileher nya erat. Ia mendesah nyaman saat bisa mengistirahatkan tubuh nya sebentar dari jalan kaki yang melelahkan.
Ellard menahan kaki Olivia, memperbaiki tubuh adik nya lalu mereka kembali berjalan.
"Tuan mengapa tidak memanggil kereta baru?" Tanya ksatria lain ketika Olivia terlelap.
"Tidak perlu." Tolak Ellard, jika gadis ini terbangun maka ia akan memaki-maki semua orang yang membuat nya berjalan dengan percaya diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Olivia
RomansaSeorang penulis mati lalu masuk kedalam ceritanya setelah mendapatkan banyak kutukan dari pembacanya atas karya sebelumnya yang berakhir sad ending. Mendapati dirinya masuk kedalam cerita dan berperan sebagai seorang figuran yang akan mati sia-sia...