(sudah direvisi)
Gadis bersurai hitam itu tercenung menatap layar laptop yang menampilkan barisan huruf yang merangkai kalimat. Kalimat yang tertulis yang merupakan hasil dari imajinasi nya yang keterlaluan tinggi.
Salah satu sifat buruk nya adalah berimajinasi (halu) dan mencatatnya pada notes lalu merangkai semua itu dalam sebuah cerita. Kebanyakan imajinasi terlalu liar sampai-sampai mendapatkan teguran dari platform tempat nya menulis.
Tetapi walaupun buruk, sifat nya itu juga membantunya untuk mendapatkan uang dan menjadi lahan pekerjaan untuk dirinya yang sangat pemalas. Ayolah manusia mana yang tidak suka digaji karena hobi?
Dia adalah penulis yang semaunya, semua yang dilakukan berdasarkan mood nya. Percaya atau tidak, ia tidak akan senang jika cerita nya berakhir bahagia. Kebanyakan orang akan mengalami fase traumatis jika membaca sesuatu yang berakhir sad ending. Namun, hal itu bertolak belakang dengan nya.
Sahabatnya berkali-kali menceramahi nya agar sedikit menempatkan hati saat menulis. "Jangan terlalu sadis dalam memberikan ending atau para pembaca akan mengutukmu!" Katanya yang merupakan sahabat yang mengikuti perkembangan nya dalam menulis.
"Nah kan benar! Mereka akan segera menyantetmu!" Gadis itu menyodorkan ponsel nya, memperlihatkan banyak komentar mengerikan. "Ini chapter 21 dan banyak orang yang mengutukmu."
"Tapi pada akhirnya aku memberikan ending yang memuaskan mereka." Bantah nya santai.
Gadis itu makin kesal seolah-olah ingin mencekik leher sahabatnya sampai setengah sekarat. "Aku tahu kau setengah hati dalam menulis nya. Butuh paksaan agar kau mau merombak ending sebenarnya."
"Lihua mati dan Zhen mengikuti nya ke alam baka, apalagi ending yang paling romantis dari itu?"
"kau sialan! Mengapa kau sendiri mendoakan hal buruk terjadi padamu? Dan lagi kenapa kau menulis namaku menjadi seorang pelakor hah?!"
Quin tertawa melihat wajah Yan Ran yang memerah kesal, yah mau bagaimana lagi? Saat itu ia malas sekali mencari nama. Apalagi dari segi wajah dan sifat Yan Ran benar-benar sangat cocok memerankan tokoh antagonis. Apalagi Yan Ran adalah gadis keturunan tiongkok jadi lebih mudah untuk nya.
"Kau cocok dengan peran itu."
Setelahnya Quin mengabaikan Yan Ran dan sibuk menamatkan sebuah cerita beralur fiksi kerajaan.
"Cerita apa lagi yang sedang kau garap?"
"Empress Xiang Fei."
"Oh perempuan malang yang akhirnya dihukum mati itu? Kau benar-benar tidak berperasaan bagaimana bisa di chapter awal kau sudah mentakdirkan nya mati seperti itu?! Perempuan sebaik itu mengalami penderitaan seluas samudera pasifik." Yan mengoceh dan mencela Quin yang masa bodo.
"Alur yang bahagia akan membuat sisi jahatku tersakiti asal kau tahu." Balas Quin.
"Setidaknya kau tidak terlalu kejam pada cerita Queen Evelyn, selain kesalahpahaman mereka berakhir bahagia." Yan Ran mendapatkan delikan tajam dari Quin yang mulai kesal. "Sekali lagi kau mengoceh, kau akan berakhir menjadi tokoh yang mati menyedihkan."
Mendengar itu Yan Ran langsung bungkam.
.....
Hujan? Baru saja Quin berniat untuk pulang dan kini ia terjebak di dalam cafe, sebelumnya Yan Ran telah menawarkan tumpangan ketika ia dijemput oleh pacar ketika langit mulai mendung, tetapi Quin menolak nya mentah-mentah.
Pada saat itu Quin memutuskan menembus hujan, setelah mengamankan laptop dan barang penting lainnya di dalam tas.
Ia berjalan menyusuri jalan mencari halte bus terdekat, rambut nya basah karena terkena rintikan hujan. Halte itu kosong dan hanya tersisa beberapa orang yang sepertinya juga menunggu bus berikut nya seperti nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Olivia
Lãng mạnSeorang penulis mati lalu masuk kedalam ceritanya setelah mendapatkan banyak kutukan dari pembacanya atas karya sebelumnya yang berakhir sad ending. Mendapati dirinya masuk kedalam cerita dan berperan sebagai seorang figuran yang akan mati sia-sia...