Ketika pesta dimulai Olivia berjalan menuju ballroom ditemani oleh Ellard. Sorot mata nya terlihat berbinar ketika mendengar suara keramaian. Namun, ketika mereka sampai di depan pintu Ellard membawa Olivia ke sudut Ballroom. Dimana keberadaan nya tidak akan mencolok diantara para tamu yang hadir dan tak ada yang menyadari kedatangannya.
Olivia menurut bahkan ketika Ellard meninggalkan nya untuk menemui beberapa kepala keluarga bangsawan lain untuk bertukar salam.
"Lihat bukankah itu tuan muda Ellard? Dia baru diangkat menjadi kepala keluarga yang baru, namun eksistensi nya jarang sekali muncul di khalayak ramai." Kata para gadis yang bergerombol. Seorang gadis bertopeng ungu menyahut, "sejak hilang nya Lady keluarga ini sangat tertutup, mungkin trauma membuat nya menutup diri."
"Hei jangan bicarakan soal Lady ditempat ini jika kau tidak ingin dilempar keluar."
"Tapi bukankah aku benar? Lady ternyata adalah Dewi Hestia yang mengutuk Raja.." sebelum gadis itu sempat menyelesaikan perkataannya, gerombolan gadis itu terdiam saat kemunculan seorang pria.
Semua orang terdiam lalu membungkuk penuh hormat, Olivia adalah satu-satunya nya orang yang tetap berdiri ia berada di sudut dimana seseorang tidak akan bisa melihatnya. Jadi ia memperhatikan pria itu lekat, namun pada saat yang sama kedua mata mereka bertatapan.
Kedua mata biru itu bahkan terlihat jernih dari balik topeng ia kenakan. Perintah sang kakak tiba-tiba terngiang dan Olivia langsung memutus tatapan itu dan berlalu dari sana.
Rasa sakit itu tiba-tiba muncul lagi, rasa nyeri yang mendera jantung nya ketika bertatapan dengan mata itu dan terasa lebih sakit dari biasanya. Pesta yang ia inginkan menjadi terlupakan, sekarang yang ia rasakan adalah keinginan untuk kembali dan berlindung dibalik selimut.
"Kakak akan marah jika tahu aku pergi dari sana tanpa mengatakan apapun." Gumam Olivia yang kini duduk di pinggir air mancur. Suara piano terdengar mengalun dengan halus, samar-samar melodi itu menjadi pengiring keheningan taman ini.
"Siapa Lady yang mereka bicarakan?" Gumam Olivia ketika teringat dengan pembicaraan gadis-gadis tadi. Netra emas nya menyorot hampa, ia merasakan kekosongan itu lagi.
"Kenapa seorang gadis berada disini? Ah kau gadis yang kulihat tadi." Kata seorang pria yang separuh wajah nya tertutupi oleh topeng.
Olivia menoleh, kening nya berkerut samar ketika pria itu tiba-tiba duduk disebelahnya. Awalnya ia akan segera bangkit namun pria itu kembali berbicara membuatnya mengurungkan niat nya.
"Kenapa kau tidak masuk kedalam? dansa nya akan dimulai sebentar lagi."
"Aku tidak terbiasa dengan keramaian dan kau sendiri kenapa berada disini?" Olivia berkata jujur seumur hidup nya dihabiskan didalam mension dan jarang keluar untuk bertemu orang-orang selain pekerja kediaman.
"Entahlah, mungkin karena aku sadar seseorang yang ingin kulihat tidak akan pernah ada disana." Sahut nya.
Olivia dapat merasakan nada pahit dalam suara itu. "Lalu mengapa kau tidak mencarinya?"
"Aku memiliki banyak waktu untuk terus mencari dan menunggunya tapi dia akan pernah ada, sosok nya kini hanya tersisa sebagai ingatan."
Olivia tidak tahu harus berkata apa jadi ia hanya mengatakan. "Kau pasti pernah melakukan kesalahan fatal sampai dia menghilang."
"Benar," pria itu menatap bunga-bunga Aster. "Bunga-bunga ini adalah kesukaan nya, satu hal yang baru kuketahui setelah kepergiannya."
Olivia hanya diam sambil ikut melihat bunga itu, artinya wanita itu memiliki selera yang sama dengan Olivia.
![](https://img.wattpad.com/cover/253583401-288-k45813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Olivia
RomanceSeorang penulis mati lalu masuk kedalam ceritanya setelah mendapatkan banyak kutukan dari pembacanya atas karya sebelumnya yang berakhir sad ending. Mendapati dirinya masuk kedalam cerita dan berperan sebagai seorang figuran yang akan mati sia-sia...