7

11K 1.6K 9
                                    

Olivia membuat kue cookies, hasil dari kebosanan nya. Ia meletakan loyang terakhir diatas meja sampai seseorang mengetuk pintu nya.

Tok..

"Ya?" Olivia membuka pintu sambil merapihkan pakaian nya yang berantakan. "Nyonya Beatrice?"

"Nona Aster apa yang sedang kau lakukan? Mengapa tercium aroma yang sangat enak?" nyonya Beatrice mengintip kebelakang tubuh Olivia sampai-sampai Olivia harus bergeser.

Nyonya Beatrice tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, tak mungkin aroma cookies buatan nya akan membuat wanita anggun itu seperti ini kan?

"Aku membuat kue, apakah anda ingin mampir nyonya?"

Nyonya beatrice memerah namun mengangguk antusias. "aku akan mampir jika kau memaksa." katanya dan langsung masuk begitu saja. melihat itu Olivia tertawa kecil, tetangga nya ini memang lucu.

Di kehidupan sebelumnya olivia tinggal di kompleks perumahan yang semuanya bersikap introvet. tidak akan ada tetangga yang sibuk bergosip, mereka hanya akan keluar saat hari-hari tertentu saling mengucapkan salam lalu menutup pintu kembali rapat.

Tidak ada yang berusaha untuk beramah tamah dan hanya bersikap sopan sewajarnya. Perubahan suasana yang mendadak agak membuat nya kaget tapi dengan perlahan Olivia menyesuaikan diri.

Olivia menutup pintu, menuju kearah dapur untuk menyajikan kue. leher nyonya beatrice memanjang hanya untuk mencuri lihat nampan olivia.

Meski terkadang heboh nyonya Beatrice adalah tetangga yang baik. dia bahkan tidak bertanya apapun atas kepindahan olivia yang mendadak, bahkan cendrung melindungi nya ketika pertama kali datang dan prajurit mengetuk setiap pintu rumah.

kedua mata wanita paruh baya itu berbinar melihat sajian kue coklat. ketika olivia meninggalkan nya untuk mengambil toples lain semua kue diatas piring telah ludes.

"aku memiliki beberapa toples apakah nyonya beatrice ingin membawa nya satu?" olivia bertanya ramah, ia tidak keberatan sama sekali.

nyonya beatrice benar-benar malu karena tidak dapat menahan diri dari godaan kue buatan olivia yang sangat enak. mempertahankan sisa-sisa harga dirinya nyonya beatrice menggeleng. "tidak perlu ini sudah cukup nona Aster. oh ya bagaimana kabarmu? aku merasakan sesuatu yang bebeda denganmu ... apa kau sakit nak?"

olivia mengingat semalam ia menggunakan mana nya untuk pertama kali membuat tubuhnya kelelahan luar biasa. mungkin saja nyonya beatrice melihat wajah nya yang pucat. "ya tadi malam cuaca nya sangat dingin, aku tidak bisa tidur. tapi aku baik-baik saja."

"kau yakin nak? gunakan mantel atau sesuatu yang lain. kau bisa mati jika terserang dingin." nyonya beatrice melepaskan syal nya dan langsung melilitkan benda itu ke leher olivia yang terbuka.

olivia berusaha menolak tetapi nyonya beatrice menolak dengan keras kepala. "kau harus memakai itu mulai sekarang, astaga kau mau kubuatkan bubur labu? kau sangat berbeda dengan cucuku, dia sangat dingin dan tak mau melakukan apapun selain berbaring diatas ranjang nya dan hanya membaca buku enternal snow." nyonya beatrice berkata perhatian sekaligus menyisipkan curhatan nya pada Olivia.

Mendengar itu Olivia merasa bersalah, karena ialah penulis nya. Ia hanya meringis dan hanya mendengarkan cerita dari nyonya Beatrice.

"kudengar putri mahkota menghilang setelah sebuah kesalahpaham, kuharap beliau baik-baik saja diluar sana. ah ya aku baru sadar mengapa wana rambutmu berubah nona Aster." nyonya Beatrice menunjuk rambut olivia yang berwarna hitam.

olivia terlambat menyadari jika melupakan masalah yang satu ini. terlambat untuk merubah warna rambut menggunakan sihir. melakukan mantra penghilang ingatan itu sangat menguras tenaga.

"Kau mirip sekali dengan Grand duke Clarence dan Putri nya Lady Olivia... Tunggu Olivia..." Kedua mata nyonya Beatrice terbelak, ia adalah anak count dan pernah berkerja sebagai pelayan di kediaman sang Grand duke. Ia sudah berhenti sejak bertahun-tahun yang lalu, tetapi sosok gadis rapuh nan kesepian itu masih lekat dalam ingatan nya.

Dan dihadapannya gadis itu memiliki wajah yang persis dengan Grand duchess.
"Nona Aster... Bukan, tapi lady Olivia?!"

Wah Olivia tidak tahu harus berkata apa saat wanita ini menyadari identitas sebenarnya. "Anda telah tumbuh dengan cepat, astaga wajah ini benar-benar mirip dengan Grand duchess.. pantas saja kau terlihat sangat familiar."

"Aku percaya kau tidak mungkin melakukan hal itu, aku senang kau berada disini lady..." Nyonya Beatrice memeluk tubuh Olivia gadis ini adalah putri dari majikan nya dulu, ia terlalu patah hati saat sang duchess meninggal karena sakit dan memutuskan untuk berhenti. Ketika itu ia berniat membawa sang lady bersamanya namun peraturan melarang nya, ia lupa jika keberadaan lady kecil disana sama sekali tidak dianggap.

Nyonya beatrice langsung beranjak bangkit, menutup semua jendela yang terbuka lalu berkata dengan pelan. "Anda harus tetap berada disini Lady, orang-orang kerajaan tengah mencari anda. Meskipun itu adalah niat baik, bukan berarti meraka tidak akan melakukan kesalahan yang sama." Nyonya Beatrice bersikap sangat otoriter, ia akan menjaga peninggalan terakhir sang duchess.

Olivia benar-benar terkejut dengan perubahan sikap yang tiba-tiba. Ia kira nyonya Beatrice akan melaporkan nya tetapi dia malah bersikap sebaliknya.

Ia tertawa kecil, "tidak apa-apa nyonya beatrice mereka tidak akan peduli walaupun aku menghilang."

Itu yang dikatakan nya kenyataannya rumah Olivia telah dikepung oleh para ksatria.

"Lady seperti nya terlambat untuk melarikan diri." Kata nyonya beatrice dengan nada hampa.

Olivia juga melihat kearah jendela dan mengangguk. "Anda benar." Para ksatria itu adalah bagian dari mension Clarence.

"Grand duke telah menemukan tempat anda, seharusnya saya curiga dengan pria berkumis itu. Sebelumnya dia berkerja di toko sebrang sana." Nyonya Beatrice berkata lirih.

Olivia mengingat kalau semalam ia juga berkeliaran diluar, sudah pasti orang ini menangkap keberadaan nya dan langsung melaporkan nya pada grand Duke.

"Dalam sehari berapa orang yang bisa menemukanku?" Gumam Olivia berjalan ke lantai atas.

"Lady akan kemana?"

"Pergi... Kesuatu tempat, melarikan diri." Jelas Olivia membereskan barang-barang nya, lalu naik ke lantai dua. "Nanti aku akan mengabarimu nyonya Beatrice."

Olivia menarik tangga untuk naik keatas atap, ia membuka pintu tersembunyi yang sempat ditemukan nya saat membersihkan ruangan. Ketika ia membuka nya cahaya matahari langsung menyilaukan kedua mata nya, desiran angin berhembus kencang.

Ia memandang kebawah dimana sebuah pohon Ek tumbuh dengan sebur. Ia tinggal berjalan diantara batang nya yang kokoh lalu turun dengan mulus.

Itu rencana nya jika seseorang menemukan nya, Olivia tidak menyangka jika ia akan ditemukan secepat ini. "Baiklah aku hanya perlu berjalan sebentar dan... Ah!" Baru saja Olivia berjalan setengah meter suara para ksatria dibelakang nya mengejutkan nya, sampai kaki nya tergelincir lalu terjun bebas kebawah sana.

"Putri mahkota!" Teriak para ksatria berusaha menggapai Olivia.

Ia sudah siap-siap merasakan benturan dikepalanya, tetapi rasa sakit yang ditunggunya tak kunjung tiba.

"Mau sampai kapan kau akan memejamkan mata?" Tanya orang bersurai hitam itu, wajah nya cukup asing di mata Olivia.

"Kau.. siapa?" Tanya Olivia heran.

"Satu bulan menghilang kau melupakan kakak-mu sendiri?" Suara itu terdengar dingin dan acuh, membuat Olivia gemas ingin mencubit nya hanya ingin tahu reaksi seperti apa yang akan diberikan nya.

Tapi tunggu sebentar...

Kakak?

Sejak kapan Olivia memiliki kakak laki-laki..?

Apakah plot nya sudah sangat hancur sampai pria ini tiba-tiba muncul?

Lady OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang