Why are you still here?
***
Olivia melihat kakak nya yang hanya diam menatap nya. "Sejak kapan kakak disini?"
Melihat jam tangan nya, Ellard berkata. "Beberapa jam. Tepat nya sejak pria itu masuk kedalam kamarmu."
Olivia bisa merasakan wajah nya terbakar oleh rasa malu, artinya kakak nya telah melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan sejak awal sambil menatap dalam keheningan. Kakak nya yang terkadang bertindak diluar nalar untuk melindungi nya, beberapa waktu lalu ia selalu dikurung dikamar jika mencoba keluar tetapi ia tetap ditemukan oleh Raja Henry.
Lalu kini setelah sia-sia menyembunyikan nya, Ellard memilih untuk mengikuti mereka mencegah Henry memaksakan kehendak nya pada Olivia.
Pada siang hari mereka berkumpul di halaman untuk minum teh yang seharusnya dilakukan sore hari, Olivia mengganti nya siang ini karena malas mendengar perdebatan antara kakak nya dan Raja Athanasía.
Terlalu banyak kebisingan membuat nya sakit kepala. Aroma bunga berhembus bersama dengan angin, matahari bersinar terik diatas celah-celah pohon. Wajah Olivia sedikit merah karena saat ini adalah musim panas, sehingga udara cenderung terasa lebih hangat.
Hanry yang melihat rambut Olivia tergerai dipunggung nya berdiri dari kursi nya lalu mendekat kearah Olivia. Kedua kakak beradik Clarence memperhatikan tingkah nya dan tanpa terduga kedua tangan nya secara terampil menjalin rambut Olivia dan mengikat nya dengan pita hitam.
Olivia merasa nyaman ketika angin berhembus di leher nya, secara mendadak ada perasaan berdesir yang familiar. Pandangan nya berkabut sejenak saat meja dihadapannya menghilang dan tergantikan oleh danau, ia merasakan seseorang menyentuh rambutnya dan mendongak menemukan pria dengan wajah tak asing. Itu bukan Hanry tapi ... Orang lain.
"Ah ...!" Olivia tersentak kaget, ia mengerjapkan kedua mata nya dan bayangan sebelumnya menghilang. Kini Hanry lah yang menatap nya dengan bingung.
"Ada apa? Kenapa kau terkejut?"
Olivia tersenyum tipis lalu menggeleng.
"Tidak ... Tidak apa-apa. Hanya saja saat melihatmu tadi aku seperti melihat orang lain.""Siapa?"
"Entahlah, itu seperti Raja pertama Phoenix. Dalam versi muda ...? Aku juga tidak begitu yakin." Olivia melihat rambut nya di kepang oleh Hanry, jalinan nya terlihat begitu rapih seakan pria ini sudah terbiasa melakukan nya. "Kau sering melakukan ini?"
"Ya ... Terkadang aku mengikat rambut adik perempuanku tapi jauh sebelum nya aku sering melakukan nya untuk seorang wanita." Hanry kembali duduk ditempat nya walau dia sempat terkejut karena perkataan Olivia.
Olivia tiba-tiba merasa tertarik. "Kau memiliki adik perempuan?"
"Kau mengenalnya sebelumnya, namanya Alice."
"Alice ... Seperti nama Protagonis pada buku yang pernah kubaca." Olivia meletakan cangkir nya, menatap Hanry yang telah kembali duduk dengan tenang disebelahnya. Kejadian semalam tentang perkataan asal nya yang sama sekali tidak dibantah oleh kakak nya, membuat nya menyadari jika hal-hal penting yang telah ia lupakan berkaitan dengan Hanry. Mimpi tentang Dewi Aphrodite juga menyadarkan nya akan sesuatu.
"Kau dulu cukup akrab dengan nya."
"Ya dan keakraban itu yang hampir membunuh nya." Ellard menyesap teh nya tanpa rasa bersalah karena telah membuat keadaan makin terasa dingin.
Permusuhan itu terasa sangat kentara meskipun keduanya bersikap tenang dan damai, namun setiap kilatan mata seperti tengah menusuk satu sama lain.
Olivia sendiri bersikap tenang-tenang saja, lagi pula ia tidak ingat apapun dan tidak berniat untuk mengingat kejadian yang telah lama berlalu. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan nya selain kenangan yang tampak nya tak begitu baik.
"Itu ada hubungan nya dengan aku?" Gumam Olivia pada akhirnya, ia mulai lelah dengan aura permusuhan disekelilingnya. Niat nya untuk bersikap tak peduli gugur setelah melihat cengkraman kuat Ellard pada pisau kue.
"Ya, dua tahun yang lalu kau hampir mati karena sebuah tuduhan tak berdasar yang dilakukan oleh yang mulia Raja ini. Dihadapan semua orang kau diseret-seret tanpa nurani oleh para ksatria ke menara penjara." Ujar Ellard yang tampak nya tidak akan membiarkan restu nya karena kemarahan nya yang menumpuk pada Hanry. "Belum selesai dari itu kau dijatuhi hukuman penggal dihadapan kerumunan masyarakat di alun-alun. Beruntung kau berhasil kabur saat itu."
Olivia merasa punggung nya dingin ketika mendengar cerita dari Ellard, ia tidak ingat kisah itu dan sebelumnya tidak ada yang mengatakan apapun pada nya. Ia menatap Hanry yang balas menatap nya dengan rasa bersalah yang besar.
"Aku hanya terlalu menyayangi Alice saat itu."
"Lalu kau pikir hanya kau yang memiliki adik disini? Hanya kau yang menyayangi adikmu? Harus kuingatkan bahwa jika bukan karena Olivia memintaku berjanji untuk tidak melakukan apapun padamu, mungkin sekarang aku sudah membunuhmu."
Sebelum pertikaian itu berlangsung lebih sengit lagi Olivia membuang isi cangkir nya dan meletakan nya pada posisi terbalik, tanda bahwa dia tidak akan melanjutkan lagi jamuan minum teh itu.
Hal itu adalah bentuk ketidakpuasan yang ia tunjukkan secara terang-terangan."Begini, aku tidak ingat apapun tentang apa yang kalian bicarakan. Aku merasa seperti kalian tengah membicarakan orang lain ... Jadi mari hentikan ini semua." Ucap Olivia bangkit dari kursi nya tatapan nya dingin terarah pada Hanry. "Terkhusus untukmu yang mulia Raja .... Hah~ baik lupakan, aku tidak dalam suasana hati yang bagus untuk memberikan petuah."
Olivia meninggalkan taman tanpa menoleh pada dua pria yang menatap punggung nya yang terus menjauh.
Ellard menghela napas panjang, dia menyandarkan bahu nya pada punggung kursi. Tatapan nya jauh kearah Olivia menghilang. "Katakan dengan jujur apa niatmu sebenarnya mendekati adikku? Dua kehidupan tak cukup untukmu membuat nya menderita."
"Pernahkah Olivia menceritakan padamu jika dikehidupan kedua nya, dia meninggal karena dibunuh oleh seseorang?"
"Apa?" Olivia pernah menceritakan kehidupan kedua nya tapi hanya sekilas, dia tidak pernah mengatakan jika penyebab kematian nya karena dibunuh."
"Dikehidupan kedua Olivia adalah seorang penulis mungkin karena samar-samar membawa ingatan kehidupan pertama ia terinspirasi untuk menjadikan nya sebuah karya tulis. Sangat disayangkan bahwa dia terlalu dibenci oleh sebagian pembaca." Jelas Hanry.
"Tunggu, mengingat sifat nya jangan bilang alasan dia dibunuh karena membuat alur yang menyedihkan?"
"Ya selain membunuh karakter utama dia juga membunuh ekspektasi pembaca."
"Entah mengapa tapi aku tidak terkejut dengan sifat nya. Tapi bagaimana kau bisa tahu?"
Melonggarkan kerah nya, Hanry tersenyum tipis sebagai tanggapan. "Aku membuat kontrak darah dengan seorang dewa agar jiwa Olivia dapat berainkarnasi sebagai manusia, sesuatu yang kusyukuri karena dapat menemukan nya dan terkadang menyesalinya."
"Jelaskan."
"Umur manusia Olivia hanya sampai 20 tahun tapi dikehidupan kali ini aku beruntung karena dapat mengingat nya lebih awal."
Ellard mulai merasa khawatir oleh sesuatu yang tidak diketahui nya dengan pasti. "Omong kosong jika seperti itu maka adikku hanya akan bertahan hidup beberapa bulan ... Lagi."
Hanry mengangguk lelah. "Itu sebabnya aku selalu mengekori nya kemana pun. Kau tidak akan sanggup melihat banyak darah yang mengalir keluar dari tubuh nya, meskipun kau tumbuh dalam peperangan."
***
Karena Hanry yang tak kunjung ke kembali ke istana meski seorang utusan telah dikirim untuk menjemput nya, Raja Athanasía itu masih bersikap keras kepala dengan menolak nya. Bersikeras untuk tetap bersama dengan Olivia yang menatap nya dengan jengkel.
Seluruh penghuni mension telah kehabisan stok kesabaran, dengan tinggal nya seorang Raja ditempat mereka, para penghuni berkerja keras untuk melayani nya.
Olivia melihat raut wajah lelah dari kakak nya dan membuat keputusan yang langsung disesalinya begitu sampai di pekarangan istana. Dia mengajukan diri untuk ikut pergi bersama dengan Hanry, tanpa banyak berpikir pria itu langsung menyeret nya masuk kedalam kereta meninggalkan wajah-wajah lega dibelakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Olivia
RomanceSeorang penulis mati lalu masuk kedalam ceritanya setelah mendapatkan banyak kutukan dari pembacanya atas karya sebelumnya yang berakhir sad ending. Mendapati dirinya masuk kedalam cerita dan berperan sebagai seorang figuran yang akan mati sia-sia...