Chapter 3 { Kedatangan Siswa Misterius }

431 37 5
                                    

#Salam_WritingMarathon
#ChallengeMenulis1Bulan
#Day3
#Jumkat 1152

Pagi itu, di Medan tahun 2021, setelah turun dari mobil, aku berjalan menuju sekolahku. Pagi yang indah dengan terik matahari bersinar, serta kicauan burung yang ikut bersenandung riang. Aku jalan sendirian. Dari arah belakang kudengar seperti ada suara motor. Suaranya agak berisik dengan knalpot yang memang sudah dia rubah seperti modifikasi masa kini, tetapi aku hanya berjalan santai dan tidak menoleh ke arah kanan dan kiri karena takut nantinya akan tersandung batu, atau benda yang tak sengaja aku injak.

Suara motor itu semakin dekat dan terus mendekat. Hingga akhirnya, aku menoleh ke arah kanan yang sudah ada siswa laki-laki tak kukenal berada di sana. Aku, terdiam.
Lalu, dia bertanya:

"Selamat pagi."

"Pagi," kujawab, seraya menoleh kearahnya sekilas. Lalu, aku membuang tatapan datar menuju depan gedung.

"Kamu Miranda, ya?"

"Eh," kutoleh lagi dirinya, untuk memastikan barangkali aku kenal dengan siswa tampan dengan motor berwarna merah sedikit kecokelatan itu.

Nyatanya aku tidak kenal, lalu kujawab:

"I-iya."

"Boleh gak kenalan?"

"Hmmm ... boleh," kujawab sedikit "nama Loe, siapa?"

"Nama gue ... entar juga bakal tahu sendiri."

"Iya," kujawab

Sepertinya dia ngajak bercanda. Tapi, aku nggak begitu memperdulikannya. Baru kali ini aku bertemu dengan siswa yang seperti itu, biasanya juga kalau sudah kutatap matanya pasti, langsung meminta nomer handphone. Cowok aneh, ya sudahlah, tanpa membuang banyak waktu dia pun bergegas melaju dengan seragam yang tak di dalam celana, pasti ketika guru melihatnya dia akan kena marahi karena nggak patuh sama peraturan sekolah.

Jujur, aku nggak mengenal cowok tampan tadi yang sedang menegur di atas motornya. Mungkin dia adalah siswa baru, atau mungkin aku yang tak pernah keluar kelas sehingga tidak begitu mengenali satu persatu siswa di sekolah ini. Untuk sekedar basa-basi saja, dia nggak mau apalagi sampai bertanya tempat tinggalku.

Di bangku urutan kedua dari papan tulis, kulihat sudah ada Megan, Arumi, dan Cindy di sana. Berjalan dengan langkah lebar, aku langsung bergabung dan duduk bersebelahan dengan sahabat sejatiku.

"Napa, Loe, senyam-senyum gitu?" tanya Megan seraya menatap wajahku heran.

"Emmm ..." kutoleh wajahnya "nggak, kok, biasa aja."

"Pasti lagi jatuh cinta tuh, si paranormal," sosor Cindy memotong pembicaraan kami berdua.

Kubalas dengan senyuman kecil, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Cukup lama berbincang, bel berbunyi sebagaimana mestinya. Memang harus sudah memulai pelajaran yang pertama, hanya berlebih dua menit untuk kami membahas seputar apa yang sedang aku alami tadi. Aneh, baru kali ini aku melihat siswa dan langsung terbayang dalam ingatan terus-menerus.

Tak bisa fokus, seraya memainkan pena dan membuat benda bertinta hitam itu terjatuh ke lantai. Tangan kanan meraih pena dan tak kutemukan, malah yang tersentuh adalah sebuah pecahan seperti kaca dengan kepingan yang lumayan besar. Kuambil satu dan kuletakkan di atas meja belajar, menatap dari segala sisi kanan, kiri, atas dan bawah. Sekilas terlihat biasa saja, tapi kalau di pandang dengan seksama, cermin itu menyerupai sebuah bentuk love. Nggak tahu datang dari mana, yang jelas benda berbahaya ini ada di bawah meja belajarku.

Sssshhhaaa ....
Sssshhhaaa ....

Itu, suara apa, ya? Kok, aneh banget gitu?

KAFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang