Chapter 20 ( Dapat Melihat Nasib Orang Lain )

116 17 0
                                    

#SalamWritingMarathon
#ChallengeMenulis1Bulan
#Day20
#Jumkat: 1334

Saat aku sangat sedih dan menderita, kata-kata cenderung lebih menghiburku. Namun, kita harus mengerti semua makna dalam kata.

Tetapi moment tidak mengingat kapan aku merasa terhibur oleh kata, satu-satunya yang terlintas adalah momen ketika aku patah hati.

Karena aku sudah menghadapinya, seakan penasaran apa yang akan terjadi pada waktu kami bersamaan nanti. Seraya bertanya-tanya semuanya ada di sini, tertumpuk, dan berlapis-lapis.

Aku mememengang dada.

Namun, ternyata ungkapan itu terlalu berlebihan, aku mengungkapkannya saat sesuatu melewati batas. Kurasa karena itulah cinta menjadi menyakitkan.

Seharusnya aku mencintai dia secukupnya saja, sama rata, dan tidak berlebihan. Tetapi cinta itu terlalu berlebihan dan itu membuat diri ini semakin terluka.

Aku menyibukkan diri lagi hari ini, saat mencoba menatap jendela, Milan dan Clara sedang berjalan bersamaan, aku sangat muak.

"Ah, sial! Andai saja Clara jatuh dan wajahnya tergores mungkin akan tertawa sangat kencang."

Batin menggertak dalam hati.

Aku kembali menulis di atas meja, tiba-tiba semua siswa berlarian keluar sangat ribut. Penasaran yang tidak tahu apa-apa dan malas untuk keluar kembali mengintip dari jendela semua mengelilinginya dan diposisi tidak melihat apapun.

Namun setelah beberapa saat Clara berlari sangat kencang dengan tangan yang menutupi wajahnya.

Lalu semua siswa memperhatikan dan berbisik tentang Clara. Tapi terlihat ada yang janggal, seraya menoleh dan melihat seorang gadis yang tampaknya bukan dari sekolah ini dia memakai gaun merah dan melambaikan isyarat "SHUTT" padaku dengan jari yang menempel pada mulutnya.

Bola mata tercengang dan pikiran kembali kepada malam tadi, dia wanita yang semalam menemuiku. Sontak pokiran melamun dan kosong sejenak ketika kembali menatapnya tetapi dia sudah tidak ada, akhirnya aku kembali duduk.

Teman-teman kelasku datang satu persatu dan membicarakan Clara. 'Apa yang sebenarnya terjadi pada
Clara?' Batinku bertanya-tanya dalam hati.

"Eh, sorry mau tanya. Tadi ada apa, ya!" aku memanggil salah satu siswa.

"Eh, tadi Si Clara. Dia terjatuh di lapangan," katanya.

"Hah jatuh, terus keadaan sekarang gimana?" tanyaku sangat penasaran.

"Loe, tau, kan gak ada satu goresanpun di tubuh dan wajah Clara, Loe tahu sekarang wajahnya tergores banyak krikil dan itu membuat Clara sangat malu," katanya seraya tersenyum sinis.

"Sungguh! apa seluruh wajahnya tergores krikil?"

"Ya, wajahnya hampir dipenuhi goresan krikil."

"Makasih, ya," sontak aku langsung diam dan membereskan barang-barang.

Bel pulang berbunyi, tanpa menunggu lama untuk langsung bergegas menaiki mobil dan pulang ke rumah. Sesampai di rumah dengan cepat, melemparkan tas dan melamunkanya sambil berbaring di kursi ruang tengah.

"Apa yang sudah terjadi, apakah ini salahku? Apa yang salah dengan ucapan tadi?" menggumam sendiri.

Hari pun berlanjut, Milan mengahampiriku di kelas. Milan memberikan sebuah coklat dan surat, semua teman sekelas melihat ke arah kami perasaan sangat takut dan gugup.

Apa yang sebenarnya Milan lalukan.

"Apa yang kalian lihat?" Milan melihat sekeliling. "Dasar aneh," Kevin pergi dengan sinis.

KAFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang