#Salam_WritingMarathon
#ChallengeMenulis1Bulan
#Day6
#Jumkat: 1249Sepulang sekolah, tepat di atas kursi kubuka buku diary, pena bertinta hitam seraya menuliskan isi hati yang seperti biasa aku alami sepanjang hari. Menulis bait demi bait peristiwa kelam selama di sekolah, kematian yang datang secara bertubi-tubi, membuat isi kepala seakan hendak pecah.
Mir...,
Miranda ... tolong saya, di sini panas sekali.
Suara apa itu? kok, seperti orang yang kepanasan. Dan tangisan juga mengiringi sebuah embusan angin masuk melalui telinga kiriku.
Beranjak dari kursi, kulangkahkan kaki menuju luar kamar. Membuka pintu dan menoleh menuju kamar orang tuaku. Ya, tepat dibalik pintu. Terdengar seperti bunyi alat-alat musik congklak dan pentigram, suara permainan yang memang sering aku dengar ketika beberapa bulan yang lalu, sekarang kembali hadir bersama dengan alunan biola begitu pasih dan menggetarkan jantung.
Berjalan kecil, mengendap-endap seraya menempelkan telinga tepat di pintu kamar Ibu dan Ayah. Kebetulan mereka nggak ada di rumah, serta Bibi juga sedang keluar untuk membeli sayuran.
Ayo, Qorin, tangkap bonekanya. Ini, tangkap lagi.
BTW-itu suara apa, ya? "ujarku berbicara sendiri, dibalik pintu kamar."
Cicak-cicak di dinding. Diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap-hap lalu ditangkap.
"Astaghfirullah, seperti ada anak kecil tengah bernyanyi di dalam kamar ini. Apa, Ibu memiliki anak selain aku? bukankah, aku adalah anak satu-satunya."
Kubuka perlahan pintu kamar orang tuaku, sepanjang hidup, ini adalah kali pertama memberanikan diri tuk masuk ke dalam seraya menelusuri isi kamar yang dipenuhi dengan sajen dan lilin berukuran besar berwarna merah. Melangkah semakin dekat, duduk tepat di depan sajen dan menatap sebuah boneka yang sangat kusam. Bentuknya aneh, memiliki mata seakan menyala.
Pecahan kaca, jarum, serta kain kafan hitam ada di dalam mangkuk berukuran sedang. Kuambil sebuah keris yang ada dalam kantung hitam, bersinar dan menyala. Melirik dari semua sisi, sungguh menarik tapi, sangat menyeramkan.
Lalu, suara tadi, datang dari mana, ya? aku dengar benar ada di ruang kamar. Menyebut nama Qorin, dan saling lempar boneka. Memang, di sini ada boneka dan benda mainan anak kecil berupa congklak serta bentuk bintang seperti pentigram.
Mengambil napas panjang berulang-ulang. Suara laci terdengar tengah terbuka sangat perlahan, kutoleh ke arah kiri tepat di depan lemari dengan cermin berbentuk love.
Kubuka laci itu dan mengambil benda yang ada di dalamnya. Ya, di sana ada segumpalan kertas putih penuh dengan bercak merah. Seperti sebuah darah yang telah mengering, memandang kertas itu dari ujung ke ujung. Memasukkan kertas di dalam kantong celana. Melanjutkan menelusuri ruang kamar aneh milik orang tua, berjalan lagi dan terhenti di sebuah cermin berukuran segitiga.
Yang membuat nanar pandangan kali ini adalah bukan bentuk cerminnya, tetapi sebuah bayangan hitam ada di sana. Seperti seragam sekolah, tapi penuh dengan sobekan benda tajam. Menyentuh cermin dengan tangan kiri, tuk memastikan bahwa memang ada bayangan yang aku maksud tadi.
Lampu mati tiba-tiba.
"Astaga! kok, mati lampu, sih. Bikin kaget aja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFIR
HorrorRank 1 Pucat - 15 April 2021 Rank 1 Hening - 17 April 2021 Rank 1 Redaksisalam - 18 April 2021 Rank 1 SalamPedia - 19 April 2021 Rank 1 KAFIR - 19 April 2021 Rank 4 Kelas - 19 April 2021 Rank 1 Pentagram - 28 April 2021 Bu guru POV "Baik anak-anak...