#Salam_WritingMarathon
#ChallengeMenulis1Bulan
#Day7
#Jumkat: 1127Pukul 12:00 WIB. Tepat, tengah malam telah tiba. Membuka kedua bola mata lagi dan tak bisa tidur lelap seperti biasanya. Lonceng berbunyi tiga kali sangat dekat dengan telinga, mendengar suara itu belakangan ini kerap pertanda akan ada satu tumbal untuk kejahatan orang tuaku.
Ya, apalagi kalau bukan pengabdi setan. Menghalalkan segala cara dengan memuja orang yang sudah mati, gemuruh berisik seperti angin tiba-tiba terdengar dari luar kamar tidur. Beranjak dan berjalan menuju tepi lorong yang menghubungkan antara ruang tamu dengan ruang misteri di kamar Ibu. Rasa penasaran kembali datang bersama dengan suara gamelan dan gendang juga merasuk jiwa begitu saja, menelan ludah berulangkali hingga napas panjang sengaja aku ambil saat ini.
Menempelkan telinga di balik pintu, seraya mendengar suara-suara aneh di dalam kamar. Meski orang tuaku telah tertidur, di sana tetap berisik serta anak-anak bermain kesana kemari seperti tengah kejar-kejaran.
Hening, dan sunyi. Itu adalah sebuah suasana rumah malam ini. Tepat tengah malam, waktu yang pas untuk menyebutkan beberapa mantra. Tanpa sengaja kusenggol pot bunga yang ada di samping tubuh saat ini hingga terpecah, dan mantra tak lagi terdengar. Saking takutnya, aku kembali berlari menuju kamar tidur seraya menunggu esok hari tiba.
Memaksa untuk segera tidur.
Suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari telah tiba, beranjak dari kasur tuk segera mandi dan pergi ke sekolah.
"Non ... Non, bangun ...," panggil Bibi dari luar ruangan.
"Iya, Bi. Saya, udah bangun kok," sahutku dari dalam kamar mandi.
Sepertinya dia sudah pergi, bersiap-siap memakai seragam sekolah. Berdandan cantik dan bercermin di antara lemari kaca berukuran sedikit besar. Memandang secara teliti, di belakang tubuh seperti tengah ada anak kecil yang melompat kegirangan, di atas kasurku. Menoleh belakang, dan tak ada siapa-siapa di sana. Mungkin itu adalah ilusi atau sebuah khayalan semata.
Mengambil tas dan kaki kembali melangkah menuju luar ruangan, pantas saja sunyi. Rupanya, sepotong kertas sudah ada di atas meja. Bertuliskan bahwa orang tua pergi ke luar kota mengunjungi sebuah tempat sanak saudara, yang membuat heran adalah berkunjung secara bertahap sebulan sekali, itu sudah pasti. Dan hal yang ganjil lainnya adalah selepas kematian salah seorang siswi atau pun siswa dari SMA Gemilang tempatku menimbah ilmu.
Dengan menggunakan mobil berwarna putih, kuinjak gas dengan sangat kencang. Melewati kompleks perumahan dan menyetir fokus menuju depan, tak kusangka bahwa di sepanjang jalan tengah ada sosok menyeramkan terlihat jelas.
Rasa takut tuk menatap, membuatku melaju dua kali dari kecepatan yang biasanya. Sesampainya di pintu gerbang sekolah, kuparkirkan mobil di tempat biasanya. Berjalan santai membuang rasa takut itu, yang membuat nanar penglihatan adalah kerumunan para siswa dan siswi tengah memadati mading sekolah. Ini adalah kali kedua aku saksikan, Megan, Arumi dan Cindy juga ada di sana.
Langkah lebar membawaku untuk segera sampai dengan cepat, menyingkirkan para siswa kala itu sedang menatap di tembok mading sekolah.
"Mir, Loe, udah tahu enggak?" tanya Megan serius. Sepertinya dia ingin memberitahuku sesuatu.
Aku menggelengkan kepala tanpa membalas kata-katanya.
"Coba lihat ini," jawabnya dan menujuk sebuah tulisan sangat membuat penasaran.
Aku membaca tulisan terbalik dengan tinta spidol berwarna hitam pekat, tampak sangat abstrak dan begitu susah untuk dibaca. Setelah memahami dengan menggabungkan huruf tersebut. Akhirnya aku paham, bahwa itu adalah nama siswi yang meninggal semalam. Akibat kecelakaan beruntun bernama NENCY.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFIR
HorrorRank 1 Pucat - 15 April 2021 Rank 1 Hening - 17 April 2021 Rank 1 Redaksisalam - 18 April 2021 Rank 1 SalamPedia - 19 April 2021 Rank 1 KAFIR - 19 April 2021 Rank 4 Kelas - 19 April 2021 Rank 1 Pentagram - 28 April 2021 Bu guru POV "Baik anak-anak...