12. meet Aaron

18.2K 1.5K 110
                                    

Pagi hari telah tiba, saat ini Alisa sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah dirasa siap, ia turun ke bawah namun di depan pintu kamarnya sudah terdapat Arga yang memandangnya sambil tersenyum.

"Berangkat bareng gue kuy," ajak Arga sambil memainkan kedua alisnya.

"Ngapa lo ?"

"Gue mau berangkat bareng." Ungkap Arga sambil cengengesan, ditangannya Arga menenteng jaket kulit kebanggaan geng Elang.

"Ogah, gue bisa berangkat sendiri." Ketus Alisa.

"Ayo dong dek, sekali-sekali berangkat sama abang." Arga memelas mengeluarkan ekspresi andalan yang jarang ia tunjukan.

Mendengar panggilan dari Arga mau tak mau ia teringat dengan Dino, abang kandungnya. Abang yang dirindukannya Membuat matanya berkaca-kaca. Arga yang melihat itu panik dan refleks memeluk dirinya.

"Kamu kenapa, Nggak mau berangkat sama abang? Kalo gak mau gapapa abang gak maksa, jangan nangis." Arga panik melihat Alisa mau menangis, padahal dirinya sudah mengeluarkan jurus terakhir yang mungkin bisa membuat Alisa luluh tapi malah dirinya yang panik.

Entah mengapa melihat Alisa menangis membuatnya merasakan sakit hati, ia memikirkan selama ini jika Alisa menangis siapa yang mau merangkul dan menenangkannya melihat ketika bersama sahabat-sahabatnya Alisa selalu menjadi sosok pembully dan tidak pernah menunjukan kelemahannya.

"Gue gapapa." lirih Alisa, karena merindukan Dino, ia melampiaskan kepada Arga membuatnya tanpa sadar memeluk Arga.

Tentu saja Arga yang merasakan pelukan Alisa merasa senang dan juga bersalah.

"Maafin abang ya, abang janji mulai saat ini abang bakal berusaha untuk jagain kamu." ucapan Arga tersebut membuat tangisnya pecah, Alisa tak tau mengapa ia bisa secengeng ini padahal masih pagi.

Tapi berada diposisi sedang merindukan abang kandungnya dan juga merasakan perasaan Alisa sesungguhnya membuat ia merasa bahagia.

Sambil mengeratkan pelukannya Arga meneteskan air matanya, betapa jahatnya ia selama ini.
Ia dulu selalu merasa enggan ketika melihat Alisa, ia tak membencinya tapi ia merasa kecewa saja. Namun, melihat sisi Alisa yang seperti ini dan seperti di balkon malam itu entah ia merasa harus selalu menjaganya, ia tak peduli akan dibenci keluarganya yang ia inginkan saat ini, berdiri disamping adiknya dan memeluknya saat ia merasa rapuh.

Sedangkan di sisi lain, Varo melihat itu dengan tatapan yang sulit diartikan, ia merasakan perasaan yang sulit ia jabarkan ketika mendengar tangisan Alisa.

Karena enggan melihat pemandangan di depannya, ia memilih turun menuju meja makan tempat keluarganya berkumpul untuk sarapan.

"Var, Arga mana kok belum turun ?" tanya Dirga sambil menyesap kopi yang masih sedikit panas itu.
Namun, tatapan mereka teralihkan ketika melihat Arga datang tidak sendiri melainkan bersama Alisa dirangkulannya.

Arga yang terlihat bahagia dan Alisa yang masih diam.  Dirga terkejut melihatnya terlebih Arga mempersilahkan Alisa untuk duduk disampingnya dengan menarik kursi untuk Alisa.

Setelah duduk pun mereka kembali dikejutkan dengan kondisi dimana Arga mengambilkan makanan lalu menyuapkan kemulut gadis itu.
Dirga yang melihatnya merasakan iri, namun
"Kenapa kamu mau aja dideketin pembunuh adikmu itu." ujar papanya membuat Arga menoleh dengan cepat kearahnya, sedangkan Alisa berusaha tenang sambil melanjutkan acara makannya. Ia berusaha tak hilang kontrol saat mendengar ucapan lainnya.

"Kamu nggak takut apa ikut tertular jadi pembunuh kayak dia? Kecil-kecil sudah jadi pembunuh dasar anak si-"

Braaakkkk

Replace Alisa's Soul (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang