BAB 08✓

44.6K 6K 339
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Fera tidak tau akan berakhir seperti ini dengan tidur satu ranjang bersama Callioer. Mana mungkin Fera nyaman jika situasinya Callioer terus-terusan mengendus ceruk lehernya seperti seekor anjing. Apakah Callioer ini semacam keturunan anjing?

Padahal dirinya sudah sangat mengantuk dan lelah. Tetapi pria ini tidak bisa diam barang sedetik pun.

"Yang mulia bisakah anda berhenti!" Akhirnya Fera berucap dengan raut wajah datar penuh kejenuhan. Ia bosan terus berbaring dalam satu posisi. Tubuhnya terasa sangat kaku.

"Kenapa aku harus berhenti?" Wajah polos Callioer membuat Fera ingin menusuk kedua bola mata itu atau mungkin meracuninya? Ok, kini pikiran Fera mulai liar tidak terkendali.

Namun kembali lagi pada target idupnya yang mengharuskan Callioer hidup maka dari itu ia berusaha menahan emosi yang merupakan sesuatu tidak mungkin ia lakukan.

"Sudahlah lupakan," dengus Fera memilih memejamkan mata memaksa diri untuk tertidur dengan berbagai kelakuan Callioer.

Callioer tersenyum kecil seraya mengeratkan pelukannya dan kembali menelusup di ceruk leher Hayena.

Tok.. tok... tok...

Fera mendongak lalu mengerutkan keningnya. Siapa lagi yang malam-malam datang ke-kamarnya.

Ketika Fera mencoba bangkit Callioer semakin mengeratkan pelukannya. Menatap pria itu heran yang dibalas gelengan kecil dengan wajah ditekuk.

Tok... tok.. tok..

"Yang mulia bisakah anda melepaskan tangan anda."

"Tidak bisa!" jawab Callioer cepat.

"Biarkan saya mengecek kalau anda tidak mengizinkan, silahkan tinggalkan kamar saya!"

Terpaksa Callioer menyerah dan melepaskan Fera. Wajahnya berubah murung sembari melontarkan berbagai umpatan pada orang yang berani-beraninya mengganggu kesenangannya bersama Hayena, ralat hanya kesenangannya!

Pintu terbuka dan menampakkan sosok yang membuat Fera mengumpat. Seharusnya ia tau dan tetap di kasur dan bertahan hingga pagi bersama Callioer, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Apa boleh buat. Yap, orang itu adalah... Darriot.

"Aku tidak bisa tidur sendiri!"

Setelah mendengar bahwa Callioer tidur dikamar Hayena membuat hatinya tidak tenang dan mungkin cemburu. Ia juga ingin tidur bersama Hayena, maka dari itu dengan percaya diri Darriot menghampiri kamar Hayena.

"Tidak bisa!"

"Kenapa tidak bisa?!" tanya Darriot setengah berteriak.

"Apa karena Callioer kau jadi tidak ingin juga tidur bersama ku? Kau harus memperlakukan kami sama!"

Fera kikuk sendiri jadinya. Memperlakukan mereka sama? Kenapa perkataannya seolah-olah mereka suaminya dan dia harus memperlakukan mereka berdua sama! Apa-apaan ini! Enggak jelas, ah nih komik! BALEKAN GUE KE DUNIA NYATA, YA GOD! DAN TERKUTUK KALIAN WAHAI LIMA IBLIS!

Berakhir lah Fera tidur dengan dua pria sekaligus. Ia merasa seperti wanita berdosa dengan ini.

Dia ingin berdosa dengan menumpuk mayat bukan dengan tidur dengan dua pria sekaligus yang pura-pura polos! Kesannya dia datang ke dunia ini untuk mengharem bersama mereka.

Tenanglah Fera jangan sampai lepas kendali dan berakhir membunuh mereka berdua. Ayo tenangkan diri mu.

"Peluk," rengek Darriot mengerucutkan bibirnya membuat Fera ingin muntah. Pelak, peluk, ndas mu!

"Huft... sini," ucap Fera membuka kedua tangannya dan langsung disambut girang oleh Darriot. Lelaki itu menelusupkan wajahnya di belahan dada Hayena.

Karena tidak ingin kalah Callioer ikut memeluk Fera dari belakang. Menghisap kecil kulit lehernya lalu menggesekkan wajahnya di lekukan leher jenjang itu. Ia tidak boleh kalah dari Darriot.

Fera? Sedang menahan diri agar tidak membasmi dua makhluk yang kejam nan mesum ini. Walau tidak punya rasa tersipu, tetapi tetap saja Fera tidak mentoleransi ke-mesuman.

Abaikan saja dia dan beralihlah pada dua makhluk yang masih saja tidak berhenti.

"BISA KALIAN MEMBIARKAN AKU TIDUR!" sentak Fera marah. Keduanya serentak menjawab tidak membuat Fera menyerah dan memejamkan mata paksa.

.
.

Paginya Fera menghembuskan nafas lega karena ketika membuka mata ia tidak lagi menemukan keberadaan kedua pria itu dikamarnya. Namun, bisakah dia menarik kembali perkataannya!

Callioer duduk di sofa kamarnya dengan rambut basah dan robes yang menutupi tubuh. Bisa Hayena tebak pria itu habis mandi di kamar mandinya. Lalu dimana Darriot? Dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sama basah dan bagian atas yang tidak tertutup apa pun dan hanya memakai handuk kecil yang melilit di pinggang sebatas paha.

Ingin rasanya Fera mengusir mereka berdua yang seenak jidatnya memakai kamar mandinya dan berpakaian tidak bermoral didepannya.

"Apa yang kalian lakukan disini tuan-tuan?" tanya Fera dengan urat kepala yang timbul hingga menjalar pada rahang yang ikut mengeras.

Mereka berdua menoleh dan mengedik acuh secara bersamaan membuat urat-urat kepalanya semakin terlihat jelas. Jelas sekali ini adalah sebuah pertanda perang dari mereka  padanya.

Abaikan, abaikan, abaikan, Fera, abaikan, rapal Fera dalam hati.

Mungkin kalau Hayena yang asli akan senang mendapat asupan pagi seperti ini, tapi untuknya ini sesuatu yang membuatnya mual.

"Hayena kau tidak mandi?" tanya Darriot mengeringkan rambut dengan handuk.

"Tidak!" jawab Fera datar.

"Kenapa?" giliran Callioer bertanya.

"Malas."

"Ayo mandi sama!" ucap keduanya. Kalau kalian ingin tau ekspresi Fera, maka jawabannya ia tengah memasang wajah horor yang jelek. Yang benar saja, mandi sama?! Apakah otak mereka berdua korslet?! Gila!

"Enggak, aku akan mandi sendiri!" jawab Fera bergegas memanggil pelayan untuk menyiapkan bak mandinya.

"Dan kalian keluar SANA!"

_______________________________

_______________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Antagonis princess:HayenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang